13

378 60 5
                                    

Mew memakaikan helm di kepala Gulf. Keningnya berkerut sebentar ketika ia berniat mengaitkan tali helm itu tapi tak juga bisa.

"Sudah, kak. Aku saja," Gulf mengambil alih.

Matahari sudah mulai panas meski baru jam 10 pagi. Gulf tidak mau berlama-lama di pinggir jalan sambil dipanggang hanya karena kaitan helm.

"Baiklah, kita berangkat sekarang?" Tanya Mew ketika mereka sudah berboncengan di atas motor.

"Ck! Cepat berangkat, kak! Panas!"

Gulf sedari awal memang kesal dengan ide 'mengulang kencan di masa lalu' yang ingin sekali mew wujudkan, tapi ia terpaksa mengalah karena kasihan dengan mimik mew yang memelas.

Mereka melaju membelah jalanan, bergabung dengan hiruk pikuk jalanan, dengan gulf yang menekuk wajah, tak suka.

Sesekali Mew melirik pemuda di belakangnya dari kaca spion, lalu tersenyum, menganggap rajukan si penumpang sebagai hal yang lucu.

"Tersenyumlah sedikit, orang akan mengira aku menculikmu." Ucap mew berusaha menghibur. Suaranya nyaris kabur terbawa angin dan bising di sekitar mereka.

Gulf tidak menyahut. Ia protes lewat diamnya.

"Setidaknya peluk aku seperti ini," Mew menarik tangan kiri Gulf yang berhasil ia pegang dan melingkarkannya di pinggang mew, otomatis Gulf merangsek memeluk Mew.

Gulf menurut. Sepanjang perjalanan mereka tak bicara. Mew fokus pada jalanan sambil tersenyum riang.

Mereka tiba di resto tempat terakhir kali mereka bertemu sebelum dua tahun lamanya mereka berpisah.

Tempat itu lebih ramai daripada terakhir kali Mew berkunjung. Dulu banyak meja kosong, kini hampir semua meja terisi, termasuk meja tempat ia dan gulf pernah makan berdua.

"Ayo!" Mew menarik Gulf ke meja yang sudah ia pesan.

"Ingat terakhir kali kita duduk di meja itu? Aku tidak ingat dekorasi tempat ini waktu itu. Apa saja yang tersaji di meja, bahkan warna kusi dan mejanya pun aku tidak ingat. Fokusku hanya pada bagaimana caraku menyampaikan semua padamu tanpa membuatmu terlalu sakit, dan aku minta maaf untuk itu. Aku tetap saja brengsek, kan?"

Gulf bergeming.

"Aku minta maaf," pinta Mew tulus. Nada suaranya lembut, sama seperti tatap matanya.

Mereka saling tatap beberapa detik.

"Aku rasa aku mulai bosan dengan permintaan maafmu," Gulf memutuskan pandangan, ia mulai beralih pada hidangan yang teracuh di atas meja.

"Aku ingin menebus semuanya."

Gulf mengangguk.

"Baiklah! Tapi menebus dua tahun yang lalu dengan makan dan memanggangku di jalan tidak akan bekerja sama sekali. Tebus saja dengan melobi dosen-dosenku, minta  beri aku nilai bagus sampai aku lulus, dan aku akan melupakan semuanya. Sanggup, kak?"

Mew menggusak rambut Gulf gemas mendengarnya. "Kamu ini tidak bodoh, kenapa hanya melobi yang ada pikiranmu?"

Suasana mulai mencair. Wajah kesal Gulf berangsur ceria seperti yang Mew harapkan.

Setelah selesai dengan hidangan mereka, Mew membawa Gulf ke kost lama Mew. Tempat dimana Gulf dan Mew menghabiskan banyak waktu berdua.

"Ya ampun kak, kita mau apa kesini? Kalau hanya duduk di jok motor sambil memandangi gerbangnya, lebih baik kita pulang," rengek Gulf.

"Ikut saja, jangan banyak protes!"

Gulf hampir tak percaya ketika Mew mengeluarkan kunci dari saku celananya.

AILEEN (sang Jalan Pulang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang