17

354 58 1
                                    

Semakin sibuk Mew dengan acara pernikahan yang tinggal hitungan hari, semakin jarang ia membicarakannya dengan Gulf.

Namun makin sering saja ia pulang ke tempat Gulf.

Meski ia penat setelah kesana kemari mengurusi banyak hal yang belum rampung, ia akan tetap menolak ajakan Vije untuk menginap. 

Dini hari sekalipun ia pun tetap membawa dirinya beristirahat dengan memeluk Gulf.

"Jangan terlalu sering menginap. Setelah ini mungkin kakak akan punya teman tidur, tapi aku yang akan tiba-tiba kesepian kalau terlalu sering kakak temani," ucap Gulf satu malam.

"Jangan ingatkan aku dengan siapa aku akan tidur setelah ini. Itu saja sudah membuatku stress." Bisik Mew sambil menyusup ke ceruk leher Gulf.

"Aku tidak pernah tidur dengan orang yang tidak aku cintai. Selama ini hanya kamu, Gulf. Aku jatuh cinta sekali dan tidak bisa pindah lagi..."

Gulf merasa tertampar.

Berminggu-minggu ia memikirkan dirinya yang harus melihat kekasihnya menikahi orang lain. Tanpa memikirkan bagaimana Mew setelah menikahi orang lain yang tidak ia cintai.

Mew mempertahankan dirinya untuk tidak menyentuh orang lain hanya untuk kepuasan.

Mew berbeda dengan dirinya.

Dan rasanya ia bisa memahami kekalutan yang Mew rasakan.

Dengan satu tarikan ringan di rambut belakang Mew, Gulf membawanya pada ciuman panjang.

Memagut bibir Mew dengan lembut tanpa berniat memberinya jeda. Mungkin itu ciuman paling lama yang pernah Gulf berikan pada Mew.

Emosi dalam ciuman itu begitu asing. Tidak terburu-buru, tidak sedih, tidak terlalu bernafsu, tapi berhasil membuat Mew sedikit tenang.

"Aku mencintaimu..." lagi-lagi Mew berbisik disela ciuman mereka.

"Aku tahu.." sahut Gulf singkat.

Gulf tidak ingin mengobrol. Ia tahu Mew sudah terjatuh sama dalamnya dengan dirinya.

Dan itu ia tegaskan dengan membuat dirinya kini berada di atas Mew.

Setelah sedikit memandangi wajah Mew dari pantulan berkas cahaya entah darimana, Gulf mulai menyusuri tulang selangka Mew.

Gulf ingin menyentuh seluruh tubuh Mew agar tidak ada yang tersisa sebagai yang pertama disentuh untuk vije.

Ia menciumi seluruh wajah Mew. Mengecup kening hingga dagunya. Gigitan kecil ia tinggalkan di telinga Mew.

Lalu ia turun mengecup dada Mew.

Tangannya turut menyelinap ke punggung Mew, mengusapnya lembut.

Gulf berusaha keras membuat Mew setidaknya mengerang daripada hanya bernafas cepat saat mengulum dua titik coklat di dada Mew.

"Gulf..."

Pemilik nama tersenyum mendengar Mew mendesahkan namanya.

Lalu ia membasahi perut Mew dengan mulutnya.

"Gulf..."

Lagi. Gulf melirik bagaimana Mew menatapnya sayu. Dadanya naik turun menahan hasrat yang berpusat di satu titik tubuhnya.

Titik itu kini dalam genggaman Gulf.

Titik itu kemudian berada di mulut Gulf sementara mulut lain di ruangan itu sibuk mendesah.

Mew tahu peraturannya. Ketika Gulf sedang seperti itu, ia tak boleh menginterupsi meski otaknya sudah berkali-kali memerintahkan untuk membalik keadaan.

AILEEN (sang Jalan Pulang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang