01 | Pengantar Susu

247 24 49
                                    

Sirine ambulance.

Terdengar sangat bising.

Keadaan di IGD rumah sakit tujuan sangat sibuk, pasien satu persatu dibawa masuk ke dalam ruangan, darah menetes di lantai-lantai rumah sakit, suara tangisan anak membuat suasana semakin genting.

Pasien terakhir yang dibawa masuk adalah seorang gadis kecil, dia melewati dan melihat dengan tatapan lemahnya beberapa laki-laki bertubuh tegap menggunakan seragam berbalut jas hitam yang rapi dengan mimik wajah yang sangat khawatir.

Bogor, Indonesia. 2008
▪️▪️▪️

LEVITA

"Permisiiiii, Permisiiii," teriakku didepan salah satu rumah yang cukup mewah.

[Seorang wanita paruh baya keluar untuk membuka gerbang dan menghampiriku.]

"Ohhh mbak Levi, sebentar ya, saya bilang ibu dulu," sambutnya dan kembali masuk kerumah.

[Aku hanya mengiyakan sambil membereskan susu yang disimpan di bagian depan motor.]

"Mbak Levi kata ibu, uangnya di transfer untuk berlangganan selama satu bulan, oiya nnti langsung masuk aja ke gerbang soalnya saya biasa lagi masak dan bel juga belum di perbaiki, dari pada kamu teriak-teriak capek." ucap mbak tersebut sambil tersenyum ramah.

"Ouhhh siap kalo seperti itu mbak, sampaikan rasa terima kasih saya pada ibu, semoga kalian sehat selalu, aku lanjut yaa," langsung ngegas motor matic berwarna putihku.

Aku adalah Levita, kebiasaan pagiku adalah mengetuk setiap pintu di perumahan untuk menawarkan susu kemasan dan koran berlangganan. Aku sudah terbiasa mandiri, sampai biaya untuk melanjutkan hari demi hari pun aku dapatkan dengan kerja keras sendiri.

~~~
Aku kembali ke kosan, karena ada kuliah jam 9 pagi, meletakan tas di sembarang tempat dan segera masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan langsung bergegas ke kampus. Tiba di kampus, memarkirkan motor dan tidak sengaja melihat satu laki-laki yang aku kenal dengan baik.

"Git, git, sigitttt, tunggu!" teriakku, sepertinya dia belum dengar atau pura-pura budeg, berjalan sangat cepat dan aku mencoba mengejar pria berkaca mata dengan dandanan sederhana tersebut.

"Apaan Ta" jawab Sigit memperbaiki kemejanya yang baru saja di tarik olehku, aku tersenyum dan meminta maaf padanya.

"Gua pinjem buku yang lu beli kemaren dong, gua belum ada duit buat beli, abis bayar kosan kemaren," ceritaku berharap dia iba, Sigit pasti langsung paham dan akan memberikannya padaku.

"Bukunya engga gua bawa kalo lu mau, ambil ke kosan gua sana," gaya bicara makhluk satu ini selalu membuat pendengar salah paham, terus berjalan dengan cepat tanpa menghiraukan aku yang mencoba mengimbangi langkahnya.

"Idih sama aja gua masuk kandang macan kalo gitu, besok bawain dong atau gak gua ambil nanti malam" celotehku yang berhasil membuatnya berhenti dan berbalik menatapku.

"Ide bagus, sekarang gua mau lari, gua telat!" menunjukan wajah dengan senyum palsunya padaku dan segera berlari melewati lorong. Aku cukup maklum dengan Sigit yang memang gamers lovers. Terlambat adalah teman setianya.

"Leviiiiiii," teriak seorang gadis menghampiriku. "Lu tau gak sih di kelas gue ada tiga cowok exchange dari Jepang gila mereka cakep banget" ucap Rinda dengan gayanya yang ceria dan ekspresif di dukung wajahnya yang sangat cantik.

"Hmm, emang useless banget kalo udah ngomongin cowok, udah ah gua masuk kelas dulu bentar lagi kelas gua di mulai" protesku sambil berjalan di samping Rinda yang masih saja dengan story telling nya dan baru berhenti saat aku sudah di depan pintu kelas.

Kuliah hari ini sangat hectic.

Setelah dosen menutup kuliah dan keluar dari ruangan. Aku segera bergegas keluar bahkan melewati dosen dan meminta maaf karena mendahuluinya.

Aku harus bergegas ke pekerjaanku selanjutnya. Meskipun ini dilakukan pada malam hari tapi aku menyanggupi karena sangat membantu untuk pemasukan setiap bulannya.

~~~
Aku memarkirkan motor disamping sebuah mobil Pajero sport berwarna putih, segera masuk kerumah yang cukup mewah di kawasan elit tersebut, disambut oleh seorang anak laki-laki yang membukakan pintu dan mempersilahkan masuk dengan wajahnya yang ceria.

"Kak Levi duduk dulu disini, nanti mbak bawakan minum. Aku ambil buku dulu" pesan anak tersebut, sambil menaiki anak tangga menuju lantai atas. Aku memastikan lagi dimana kita akan belajar tapi Elvan hanya memintaku menunggunya.

"Iya, tunggu ka" tanpa menoleh padaku dan berteriak pada mbak yang bekerja di rumahnya, "Mbakkk ada kak Levi, tolong bawakan minum yaa" lanjutnya tanpa mempedulikan apa yang sedang mbaknya lakukan di dapur.

"Mbak Levi engga langsung keatas aja" tanya mbak, membawakan cemilan dan minum untukku.

"Suru tunggu di sini mbak, tapi kok Elvan lama banget yaa ambil bukunya" aku bertanya dan berharap mbak tersebut peka dan memanggil Elvan, karena aku tidak mungkin berteriak memanggil Elvan. Alasan nya jaim lah alias jaga images masa dirumah orang teriak-teriak.

"Elvan, kak Levi sudah nunggu nak,"
Seperti duagaanku ternyata mbak ini sangat peka dan langsung memanggil Elvan. Sedikit bocoran juga ternyata ada kakak Elvan yang baru pulang dari luar negeri, mungkin Elvan masih kangen pada kakaknya.

"Elvan belajar dulu sana, nanti kakak gak mau ajarin teknik games loh kalo engga belajar" ucap seorang laki-laki mendorong adiknya dengan lembut, ekspresinya sangat tenang dan raut wajahnya sangat friendly tersenyum pada Elvan.

"Tapi nanti kakak ajari games dari yang level bawah, janji" ucap Elvan sambil berjalan mundur. Kakaknya mengiyakan dan mengangkat jari yang bermakna ok.

"Ka Levi sini ke atas, kita belajar di kamar Elvan" panggilnya di lantai atas, anak berperawakan gembrot itu sepertinya sangat malas untuk turun.

"Ok baik," aku segera naik ke lantai atas, melewati kakak Elvan yang sedang asik main games tanpa melihat wajahnya.

"Ka Levi besok antar susu lagi kan kerumah Elvan?" tanya Elvan dengan tangan yang sibuk memainkan berbagi benda yang ada dihadapannya.

Aku mengiyakan pertanyaan Elvan, sambil membuka setiap halaman buku. Aku sedikit bercanda, berharap ketika aku datang tolong buka gerbang secepatnya.

"Ihh kan ada bel, jam 5.30 biasanya aku belum bangun, meskipun sering dimarahin papa karena telat sholat subuh" cerita Elvan polos sambil menyuapkan suguhan cemilan yang di hidangkan untukku, tapi Elvan telah membaginya menjadi dua bagian dan aku respect karena dia masih ada sopan santun.

"Yaudah berarti sekarang bangunnya jam 5, biar gak terlalu telat sholat subuhnya," berharap Elvan bisa mendengarkan saran dariku. Setelah dia fokus aku baru bisa mulai mengajaknya belajar, bertanya apakah dia ada PR dan bagian mana yang belum dia pahami.

Setelah satu jam pelajaran, aku keluar dari kamar Elvan, meskipun belajar hari ini kurang efektif karena Elvan terus-menerus keluar masuk untuk menghampiri kakaknya.

~~~
Aku berlari di lorong kampus dan tidak sengaja menabrak seseorang, saat mengucapkan maaf dan mendongakkan wajah betapa terkejutnya aku, karena dia adalah pria yang tadi dirumah Elvan.

Tobe continue

Makasih banyak yaa udah baca
Jangan lupa vote dan comment
Keep spirit ^^

ARAH PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang