***
Musim Semi dimana berbagai petualangan penuh kenangan akan bermula dari titik ini. Dimana pada musim itu, bunga-bunga bermekaran, berbagai tumbuhan tumbuh subur, binatang-binatang mencari pasangannya kemudian berkembang biak, kehangatan matahari yang mulai beradaptasi dengan stabil setelah suhu dingin ekstrim di musim dingin membawa suasana baru.Di negeri kepulauan ujung timur Asia, Musim Semi di maknai sebagai awal petualangan baru dan akhir kenangan lama, musim di mana pertemuan dan perpisahan silih berganti. Dilambangkan dengan bunga Sakura yang hanya mekar selama musim semi dan karna itulah sudah menjadi tradisi perpisahan dan pertemuan baru sekolah terjadi di musim semi.
Pada musim semi ini ayahku membawaku ke sebuah acara besar di Korea Selatan, sebuah acara yang beberapa kali diikuti oleh Ayahku. Dari isi surat yang kubaca, berisi Acara pertemuan Organisasi besar yang diikuti oleh Ayah.
Ayah membawaku ke acara tersebut dengan menggunakan pesawat umum. untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku menaiki pesawat. Setelah sebelumnya sebagian besar hidupku dihabiskan di dalam rumah.
Aku pergi hanya berdua bersama Ayah sementara Bang Vinnie tidak ikutan karna lebih betah ada di rumah. Ia juga tidak menyukai dunia luar yang menurutnya begitu ramai dan kompleks, Ia lebih menyukai hidup sendirian di rumah. Terutama di kamar pribadinya yang hanya dia sendiri punya kuasa atas ruang tersebut. Di temani oleh Handphone dan Laptop, dengan itu kesehariannya setiap hari berjalan.
Berbeda denganku yang terbiasa dibawa main keluar dan tidak betah untuk terus dirumah. Berbanding terbalik dengan dengan Bang Riski. Ayah membawaku ke bandara terdekat menggunakan taksi lalu sesampainya di sana dia berpesan sesuatu kepadaku,
“Nak. Tunggu Ayah di ruang tunggu penumpang. Ayah mau mengurus tiket pesawat, nanti Ayah belikan jajan.”
“Baik yah.”
Ayah kemudian meninggalkanku sendirian di kursi ruang tunggu penumpang. Suhu yang begitu dingin menyejukkan paru-paru ku hingga menyentuh ke Alveolus. Begitu sejuk dan menenangkan otak. Baru pertama kalinya aku merasakan berada di ruangan ber AC, sensasi dinginnya sangat nikmat. Aku betah ingin berlama-lama duduk disini.
Aku termenung memegangi Tas koper sambil memandangi lantai dengan tatapan kosong.Karna aku tidak tau harus berbuat apa dalam kebosanan ini. Handphone masih belum diperbolehkan untuk dipakai karna aku masih kecil. Untuk seusia ini aku biasanya hanya bermain dengan anak-anak seusia ku di desa. Seperti kejar-kejaran, petak umpet dan kelereng. Aku tidak tau permainan seperti apa yang dimainkan sama anak-anak Korea sana, aku biasa bermain dengan teman dekat rumah ku. Jadi aku perlu untuk menyesuaikan diri.
“Ibu…Aku pulang..”
“Anakku sayang, Ibu rindu padamu nak.”
“Aku membawakan oleh-oleh buat Ibu, dari Kazakhstan."
“Nanti kita makan sama-sama di rumah, kita pulang dulu yuk,”
“Yuk..”
Pandanganku beralih memerhatikan percakapan antara mereka berdua yang terdengar begitu hangat.
Seorang gadis muda cantik berusia kisaran 19 tahunan, dengan rambut hitam berkilau panjang berponi ke samping memeluk ibunya yang juga tidak kalah cantiknya. Beda tinggi mereka tidak beda jauh, si anak lebih tinggi beberapa cm dari Ibunya. Kulitnya putih mulus sedikit pucat meski terlihat dari jauh. Seperti orang Skandinavia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow White and the LIttle Prince
FantasySeorang bocah laki-laki bernama Shorzan dipertemukan dengan gadis Tarzan Albino bernama Rhea. Mereka berdua dipertemukan kembali di dunia nyata namun mengalami nasib yang terus menerus akibat bencana berkepanjangan tapi mereka masih mempercayai adan...