2

14 1 0
                                    

"Happy Reading 🚀 ☁️"

***

Diandra menatap malas angka 0 yang sedari tadi ia harap berubah menjadi dua atau tiga digit angka yang akan mengisi saldo ATM nya.

"Ya Tuhan, apa gue batalin aja ya ajakan Gabio, gue lagi ga punya duit ya ala," keluh Diandra dengan wajah hampir menangis.

Pasalnya tak satu pun dari anggota keluarga nya yang mengangkat telpon atau membalas pesan yang ia kirimkan sejak kemarin sore. Perutnya pun terasa lapar karena belum di isi sebutir nasi pun sejak pagi.

"Gini amat ya hidup gue," gumamnya sembari kembali mencoba menghubungi nomor ibunya yang tak kunjung aktif.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berasa diluar...."

"Arhhh, terpaksa deh gue pinjam duit dulu ke Naura," ucap Diandra memutuskan langkah yang harus di ambilnya demi mengisi perutnya yang kosong dan jaga-jaga jika ia jadi bertemu Gabio.

"Halo Nau, gue butuh bantuan lo nih," kata Diandra setengah tak enak hati.

"Iya Ra ada apa?" Suara khawatir Naura terdengar dari seberang telepon.

"Gue belum makan Nau dari pagi, pengen pinjam uang Lo dulu kalau Lo punya uang lebih yang belum Lo pake dalam waktu dekat," jelas Diandra to the point.

"Ya ampun Ra, Lo kek sama siapa aja. Ambil aja sini kerumah, gue lagi jagain ponakan gue nih,"

"Gapapa Nau?" Tanya Diandra memastikan.

"Iya Diandra, sini buruan ambil. Keburu cacing di perut Lo marah-marah tuh," kelakar Naura dengan khas tengilnya.

"Lo mah minta di tempeleng Nau, gue otw sekarang deh," kata Diandra sembari menyambar tas selempang dan helm yang langsung ia kenakan secepat kilat.

Naura benar, sepertinya cacing di perut nya sudah mulai demo dan akan segera mengamuk. Ditambah asam lambungnya yang sudah mulai kumat dan menyiksa.

Perjalanan menuju rumah Naura tak memakan waktu lama. Karena rumah mereka hanya di pisahkan oleh jalan raya dan gang nya pun berhadapan.

Tepat saat Diandra menghentikan motornya di depan rumah Naura, cewek itu keluar dengan senyum lebar dan menyerahkan dua lembar uang bernilai seratus ribu dan lima puluh ribu yang ia genggam kan ke tangan Diandra.

"Buruan beli makan sana," ucapnya dengan gaya mengusir.

"Iya iya, btw makasih banyak ya Nau udah bantuin gue,"

"Ga usah makasih Ra, kita sama-sama tau gimana keadaan masing-masing. Lo ga usah segan datang ke gue kalau Lo butuh bantuan, apalagi sampai Lo ga makan kek hari ini," peringat Naura entah untuk yang keberapa kalinya.

"Iya bawel," balas Diandra, "Btw gue mau nonton nih sama cowo, di ajakin ke bioskop,"

"Gila akhirnya Lo mau juga buka hati lagi, kesambet apa Lo?" tanya Naura penasaran. Pasalnya Diandra tidak pernah sekalipun merespons para cowok yang mendekatinya selama dua tahun belakangan ini.

"Lo ingat kan Gabio? Cowok yang sempat gue ceritain ke Lo itu,"

"Yang mana Ra?" tanya Naura berusaha mengingat sosok Gabio, "Oh teman kuliah Lo yang mirip Andre itu kan?" ucap Naura memastikan ingatan nya dan di balas anggukan Diandra. "Bukannya dia udah ga kuliah di kampus Lo?"

"Iya, dia ngajakin ketemu gitu. And I think why not?"

"Ya iya sih, cuma Lo masih ada perasaan suka ga sama dia?"

Diandra terkekeh pelan, "Sekarang sih udah ngga Nau, gatau kalau udah ketemu dia. Lagian Lo kan tau gue selalu ngerasa ga pantas buat dia,"

"Lo gabole gitu Ra, siapa tau dia emang mau pdkt sama Lo,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Teman Yang Bukan "Teman"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang