Dos

1.3K 102 1
                                    

5.00 a.m

"Anak-anak ayo turun dan makan sarapan kalian!!"

Pagi ini Taeyong lah yang akan menjadi juru masak untuk menyiapkan sarapan, anak-anak akan pergi ke sekolah, dan akan ada yang ikut Johnny dan Jaehyun pergi ke perusahaan, karena itulah mereka harus bangun pagi hari ini.

Jaemin lah yang pertama kali turun, ia menggunakan seragam berwarna hitam, di susul dengan Renjun, dan Jisung di belakangnya.

"Di mana yang lain?" Tanya Jaehyun sembari menyuruput kopinya.

"Bang Mark dan Chenle masih di atas, bang Jeno masih mandi," jawab Jisung. Jaehyun mengangguk. Baru saja di bicarakan, terlihat Mark dan Chenle yang baru keluar dari dalam lift sedang menuju ke arah meja makan.

Keduanya sudah terlihat rapi dengan Mark yang menggunakan jas berwarna hitam dengan kemeja berwarna putih, sedangkan Chenle hanya menggunakan kemeja hitam dan  jeans hitam. Taeyong terkekeh melihat kedua anak adam itu, mereka masing-masing masih berumur 10 dan 8 tahun, tetapi gaya mereka seakan-akan menunjukkan kalau mereka sudah lebih tua dari umur mereka.

Ngomong-ngomong, di mana pria asal Jepang itu? Batang hidungnya tak terlihat sedari tadi.

"Ayah di mana?" Tanya Renjun

"Mungkin ayahmu sedang di halaman belakang sekarang," saut Jaehyun. "Kebiasaan sekali dia." -Taeyong

Jeno sudah berada di ruang keluarga, sedang menuju ke ruang makan. Jeno terlihat sangat tampan dengan seragam sekolahnya dan almamater OSIS.

"Tampan sekali kau Jeno," ucap Johnny

"Kau bisa saja dad"

Tin tong...

Semua yang berada di ruang makan itu saling bertatap-tatapan, "apa ada di antara kalian yang memesan sesuatu?" Tanya Johnny. Serempak mereka semua menggelengkan kepala mereka. Yuta tidak ada di sini, apa mungkin dia memesan sesuatu? Tanya Johnny dalam hatinya.

Orang yang Johnny curigai pun akhirnya muncul, terlihat Yuta yang berjalan dari ruang tamu menuju ke meja makan dengan tergesa-gesa. Semua yang ada di sana terheran-heran dengan apa yang Yuta bawa, apakah ia memesan sesuatu? 

"Apa yang ayah bawa?" Mark langsung bertanya pada ayahnya. Yuta tidak berbicara apa pun, ia hanya menaruh keranjang yang ia bawa di sofa ruang keluarga. Para penghuni rumah yang awalnya berada di ruang makan kini sudah berpindah tempat ke ruang keluarga, Taeyong kembali mengutarakan pertanyaan Mark sebelumnya, "apa yang kau bawa?."

Yuta tiba-tiba saja mengeluarkan sesuatu dari dalam keranjang itu, dan apa yang dikeluarkan oleh Yuta sangat-sangat membuat mereka semua terkejut. "Ya ampun!! Bagaimana bisa seorang bayi di taruh di keranjang seperti ini?!," "Yuta, bagaimana kau menemukan bayi ini?" Ucap Taeyong sambil mengambil alih bayi dalam gendongan Yuta.

***

Ting Tong...

Yuta yang awalnya sedang joging mengelilingi rumah yang cukup besar itu, seketika mendekat ke arah pagar besi kala bel rumahnya berbunyi. Ia tidak melihat ada siapa pun di sana, yang ia lihat hanyalah sebuah keranjang dan sepucuk surat tertempel di sampingnya.

Tolong rawat anak ini sebaik mungkin, saya tidak bisa merawatnya dengan kondisi ekonomi saya yang kurang. Saya mohon, nama anak ini adalah Lee Haechan, usianya masih 2 bulan ,tolong jaga dia sebaik mungkin, saya mohon. 

Kurang lebih seperti itulah isi dari surat yang tertempel di keranjang itu, Yuta sontak kaget dengan kata-kata yang tertera di dalamnya. Bayi? dia langsung menengok ke dalam keranjang tersebut, dan benar saja, ada sesosok bayi mungil di dalamnya. Yuta pun dengan tergesa-gesa langsung masuk ke dalam rumahnya.

***

"Haechan, lucu sekali," ucap Jeno. "Tega sekali orang tuanya meninggalkan anak ini sendirian, tetapi, syukurlah anak ini berada di tangan yang tepat." Setelah Renjun berbicara seperti itu, yang lainnya langsung tersenyum, apa yang Renjun bilang ada benarnya juga.

Tiba-tiba saja bayi yang berusia 2 bulanan itu mulai menggeliat, di lihat dari raut wajahnya yang semula damai kini berubah. Beberapa detik kemudian ia pun menangis, semua yang ada di sana langsung panik.

"H-hey, kenapa kau menangis?" Tanya Yuta

Yuta memang tidak bisa mendengar suara tangisan bayi, ia akan menjadi lebih panik --mungkin lebih ke arah takut-- karena sungguh, ia sangat-sangat tidak berani mendekati bayi yang sedang menangis. Yuta pun langsung pergi ke atas meninggalkan semuanya, tak peduli dengan perutnya yang sudah mulai berbunyi karena lapar.

Taeyong, Johnny dan Jaehyun yang mengetahui tentang Yuta pun hanya bisa menghela nafas mereka. Pada dasarnya Yuta memang bukan tipe orang yang bisa dekat dengan anak kecil seperti kawannya yang lain. Anak-anak itu paham akan tabiat pria Jepang itu, trauma yang dialami sang ayah memang membuatnya menjadi takut akan tangisan bayi.

"Sama Jaemin aja pah," dan Jaemin pun mengambil alih bayi yang semula ada di gendongan Taeyon itu, ia menimang-nimang bayi berusia 2 bulan itu dengan melodi halus yang keluar dari mulut Renjun. Ya, Renjun sedang bernyanyi, dan ajaibnya bayi itu berhenti menangis, ia melihat ke arah Jaemin yang saat itu masih berusia 9 tahun. Tangan bayi itu tiba-tiba saja terangkat, mencoba memegang hidung Jaemin.

Jaemin yang mengerti dengan kemauan anak kecil itu langsung mendekatkan wajahnya agar lebih mudah di capai si kecil. Haechan meraba-raba hidung Jaemin, tiba-tiba saja anak kecil itu tersenyum lebar, entah apa yang berhasil di lakukan Jaemin sampai-sampai anak kecil itu tersenyum walau hanya dengan memegang hidungnya saja.

"Apa kau suka bermain dengan hidungku, hm?" Tanya Jaemin, seakan-akan tahu apa yang Jaemin bicarakan, bayi itu langsung terkekeh lucu. Jaemin dan yang lain pun ikut terkekeh di buatnya.

"Baiklah," Taeyong mulai mengambil alih si bayi. "Kalian berlima harus pergi ke sekolah sekarang atau kalian akan terlambat." 

Renjun, Jeno, dan Jisung hanya bisa menghela nafas mereka. Belum sempat mereka menggendong dan bermain dengan si kecil, teteapi apa boleh buat, mereka masih harus berangkat ke sekolah. Kalau tidak, Taeyong pasti akan menceramahi mereka lagi.

Kalau kalian bertanya, kenapa Mark dan Chenle tidak pergi ke sekolah? jawabannya adalah karena mereka sudah memiliki ketertarikan yang besar dengan dunia bisnis. Mereka bisa lebih cepat memahami dan menyerap materi dibandingkan dengan anak-anak yang lain, maka sebab itu lah mereka di bebaskan untuk memilih ingin pergi ke sekolah atau tidak.

"Kalau begitu, daddy akan mengantar kalian ke sekolah hari ini."


***


Semenjak kedatangan si kecil, kehidupan di rumah itu perlahan-lahan mulai terisi dengan suara berisik khas bayi dan juga tawanya. Kehidupan Haechan pun tak jauh berbeda dengan abang-abangnya, kehidupannya di isi dengan hal yang mewah namun keras, dirinya harus siap mental apa bila ingin pergi ke luar. Bahkan dirinya akan di kawal oleh pengawal pribadi selama 24 jam. 

Haechan yang kini sudah berusia 5 tahun, dirinya ternyata mempunyai kesamaan dengan Chenle dan Jaemin. Dirinya sangat mudah menerima pelajaran yang diberikan, ia adalah anak yang ceria dan penuh dengan tawa. Tetapi di lain sisi, dirinya akan sama persis dengan kakaknya yang keempat, dia akan sangat fokus dengan hal yang berbau dengan dunia luar selain keluarganya.

 Ia juga akan menjadi pribadi yang bertolak belakang apa bila bersama dengan orang yang tidak ia kenal, persis seperti Jaemin. Anak yang terlihat tampak mudah untuk didekati dan di hasut, kenyataannya adalah anak yang sangat pandai dalam membaca situasi dan gelagat orang lain, anak ini sangat lihai soal persembunyian dan penyamaran, sama juga seperti Yuta, lemah lembut seperti Taeyong, tapi ada satu hal yang tidak ia suka. Bisnis






TBC

Mafia FamillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang