Cinco

814 91 1
                                    

Tok tok tok

"Chaniee, tolong buka pintunya dek!" Ucap Renjun dari dapur

Haechan yang sedang duduk anteng di pangkuan Jaemin pun bangun dan membukakan pintunya. Terlihat abang tertuanya ada di sana, tetapi yang membuat si mungil itu bingung siapa pria tinggi yang berada di belakang abangnya itu?

Mark yang melihat sang adik menatap tajam ke arah sahabatnya itu otomatis menggendong si bungsu, "adek, perkenalkan, ini sahabat kakak namanya Wong Lucas. Dia juga sepupunya Koko Renjun."

Haechan lantas menatap ke arah Mark, "eung?" Terlihat dirinya nampak bingung akan perkataan Mark.

Mark terkekeh melihat tatapan bingung adeknya, "iya, abang itu sepupunya Renjun."

Haechan memandang sengit Lucas yang sedang berbicara itu, Mark yang melihat sahabatnya menatap pandangan interogasi dari si bungsu, Mark pun langsung membawa Haechan masuk kembali ke dalam rumah. "Masuklah," ucap Mark pada Lucas.

Lucas pun menggeret kopernya masuk ke dalam mansion besar nan mewah itu. Jeno yang masih setengah tidur terlihat berjalan ke arah ruang tamu, penampakkan dirinya cukup membuat Haechan kaget. Penampilannya yang cukup pucat, serta baju dan rambut yang berantakan, namun tak menghilangkan kesan tampan yang melekat pada dirinya.

Jeno langsung menuju ke arah Mark, ia mengambil alih gendongan si bungsu tiba-tiba. "Eh, eh, jatuh nanti adeknya!" Teriak Chenle.

Jeno tak menggubris, ia langsung menuju ke lift dan kembali naik ke atas. Semuanya menatap ke arah Jeno sampai tubuh pria itu menghilang dari pandangan mereka. Semuanya masih terdiam, mereka saling melempar pandangan satu sama lain. 

***

Jeno membawa Haechan kembali ke dalam kamar, ternyata pria maskulin itu masih mengantuk dan ingin kembali tidur bersama adiknya. "Bang Nono, kita ke mana?" Tanya si kecil. 

Jeno tidak menjawab, ia masuk ke dalam kamar dan Haechan melihat ada seseorang lagi yang sedang tidur. Wajahnya tertutup oleh selimut, rambutnya berwarna hitam legam dan terlihat bercahaya. Jeno menaruh kembali tubuhnya ke atas kasur itu, Haechan pun di taruh di tengah-tengah ranjang. Saat selimut tebal nan lebar itu di buka, akhirnya ia dapat melihat siapa orang yang sedang berbaring di sebelah kirinya, itu adalah Jaemin.

Haechan langsung saja mendekat ke arah Jaemin, ia membenamkan wajahnya ke leher Jaemin yang masih tertidur pulas itu. Setelah membaringkan Haechan, Jeno pun ikut merebahkan dirinya di sebelah Haechan. Haechan berada di tengah, tubuhnya hampir tak terlihat karena 2 badan besar mengapitnya.

***

"John ayo makan, jangan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu itu."

Saat ini keempat lelaki yang sudah berusia 20 tahunan itu sedang berada di dalam pesawat menuju ke Indonesia, mereka sudah selesai dengan urusan bisnis yang kemarin mereka lakukan. Sudah terhitung dua jam mereka berada di dalam pesawat tersebut, Johnny sedang bekerja di laptopnya, Taeyong sedang menikmati hidangan yang tersedia, Yuta sedang tidur dengan earpods yang bertengger di telinganya, dan Jaehyun sedang bermain game di ponsel genggamnya.

Taeyong sedang membujuk Johnny untuk makan, masalahnya ialah pria itu belum mendapat asupan makanan sama sekali sedari pagi. Mereka mendapat fligt jam 6 pagi dan sekarang sudah sekitar pukul 8. "Taruh saja makanannya di sana nanti aku makan," kata Johnny. 

Sudahlah, Taeyong sudah lelah dengan tingkah laku Johnny yang selalu menunda-nunda jam makannya hanya karena terlalu fokus dengan pekerjaan kantornya. 

Drrtt...Drrtt...

Ponsel Johnny bergetar, ia mengalihkan pandangan tersebut ke layar ponselnya yang menunjukkan layar dengan nama Mark Subak di sana. Ia pun mengangkat panggilan video itu.

"Ada apa Mark?" 

"Papaa!!"

Suara pekikan khas balita itu terdengar jelas di kuping Johnny dan Taeyong, Taeyong menolehkan kepalanya ke arah ponsel Johnny. "Halo adeek," sapa Taeyong.

"PAPIII!!"

Taeyong dan Johnyy terkekeh melihat wajah si bungsu yang tiba-tiba menjadi sangat besar, "adek lagi apa?" Tanya Johnny

"Baru selesai makan pah, susah banget di ajak makan," adu Mark.

"Looh, kok gitu adek?"

Yang di tanya hanya menunjukkan senyuman manisnya, Taeyong dan Johnny sama-sama menggelengkan kepala mereka. Johnny mengarahkan kameranya ke kursi bagian belakang, temoat Johnny dan Yuta duduk.

"Eung....Daddyy?"  Jaehyun yang merasa bayinya memanggil langsung celingak-celinguk kesana kemari, "aku di sini daddyyy!!"

Ia melihat ke arah bangku Johnny, terdapat gambar anak kecil yang sangat ia rindukan sedang menatap ke arahnya. "Halo adeek, adek lagi apaa?"

"Baru selesai mmam dad, tadi susah banget di ajak makan"  ucap Mark.

"Looh, ga boleh gitu adek. Daddy bawa banyak oleh-oleh, adek mau?"

"MAUUUU!!  Adek tunggu di rumaah!!" Pekik Haechan senang, ia langsung turun dari sofa dan segera ke ruang tamu di bawah.

Ketiga pria berusia kepala dua itu tertawa terbahak-bahak, lucu sekali bungsu mereka ini. Sayang sekali ayahnya tak dapat menyaksikan, sudah pasti ia akan menjadi bahan godaan oleh yang lain.

"Kita tunggu di rumah ya," ucap Mark.

Ketiga kepala itu mengangguk, "kalau ada apa-apa dan kita belum balik, kabarin om Jendra dulu ya."

Mark mengangguk, tiba-tiba ada Jeno dan Jaemin di belakang Mark dan mengambil alih ponsel itu. "Kenapa boys?"

"Bisakah kita berbicara nanti saat kalian sudah pulang?" Ucap Jaemin



***





Tok tok tok

"Sebentar"

Jaemin pun membuka pintu, "selamat datang kembali," ucapnya dengan senyuman.

Keempat pria berkepala tiga itu pun membalas senyuman sang anak, "kenapa belum tidur? Udah jam satu dini hari loh." Omel Taeyong sambil berjalan masuk membawa koper mininya






TBC

Maaf ya temen-temen aku jarang banget update, entah kenapa belakangan ini aku belum ada ide buat mau nulis apa di buku ini. Sekali lagi aku minta maaf, dan terima kasih untuk 2k+ readersnya yaa!!

Mafia FamillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang