Cuarto

985 81 1
                                    

Mereka semua sudah berada di dalam mobil, sesuai janji Jisung tadi, mereka akan membeli es krim untuk Haechan. Keadaan mobil terasa cukup sunyi, semua sedang sibuk dengan ponsel masing-masing, si bungsu yang belum punya ponsel sendiri pun memainkan iPad milik Chenle.

Mereka pergi ke sebuah restoran, memang awalnya hanya ingin pergi membelikan es krim untuk Haechan. Tetapi mengingat anak itu belum sarapan, mereka harus terlebih dahulu mengisi perut si mungil. Restoran yang mereka kunjungi jaraknya cukup dekat dari rumah, ini juga salah satu resto langganan mereka sedari awal mereka pindah ke sini.

Sesampainya mereka di resto itu, mereka langsung menemui pelayan yang ada di sana, "NaJaem." Pelayan yang sedang berada di kasir itu segera mengantarkan mereka ke suatu ruangan setelah Jaemin memberitahu namanya. Hanya beberapa pelayan yang tahu tentang kode rahasia para anak remaja itu, sudah ada banyak kode yang mereka gunakan pada pelayan di sana.

Kini mereka sudah berada di dalam ruangan yang cukup luas, pelayan tadi langsung memberikan buku menu pada mereka. "Channie mau apa?" Tanya Jeno, "es krim," jawabnya dengan mata berbinar.

"Adek harus mmam nasi dulu, baru makan es krim, ok?" Mendengar persyaratan yang di berikan oleh Renjun, ia pun menggelengkan kepalanya, "tidak mau! Haechannie mau es krim sekarang!" Ucapnya sambil menggebrak meja.

Jaemin yang berada di sampingnya sedang memilih menu pun terkejut mendengar gebrakan meja yang di sebabkan oleh adik bungsunya itu, seketika raut wajah Jaemin berubah cukup drastis. "Kalau kau tidak makan, maka tidak akan ada es krim Haechan."

Suara Jaemin yang berubah menjadi cukup berat membuat Haechan ketakutan, ia segera berpindah ke pangkuan Mark dan memeluknya, Jaemin yang seperti ini sangat-lah seram menurut Haechan.

"Nasi goreng seafood satu, beef tenderloin satu, cheese burger satu, kimchi jjigae satu, 2 bibimbap, takoyaki satu, 2 beer, 1 air mineral, 1 milk shake coklat, lemon fresh satu, 1 americano dan satu soju."

Mark menyebutkan setiap pesanan member dan makanan untuk si bayi, "Melk, es krim nya?"

Haechan menatap Mark dengan tatapan memelas, Mark tak kuasa menahannya dan menyubit-nyubit pipi adiknya yang gembul.

"Aaaaa~ lucunyaa," ucap Mark.

Haechan yang di cubit-cubit pun merasa geram, ia dengan sengaja pun menggigit tangan Mark yang masih berada di pipinya.

"Aw!"

"Kak Melk ndaa boleh cubit pipi Channie lagi, ccakit tau!" Ucap Haechan dengan tatapan tajamnya yang menatap Mark.

Mark hanya terkekeh lantaran menemukan keimutan pada adik bungsunya itu, pipi gembulnya terlihat seperti mochi yang bisa di santap kapan saja.

"Es krimnya nanti ya sayang, kamu harus sarapan dulu."

Mendengar tutur kata Chenle, Haechan hanya bisa menyilangkan kedua tangannya. Sembari cemberut,  dirinya menggumamkan sesuatu yang kurang jelas, pipinya yang di gembungkan membuat penampakan dirinya semakin lucu di mata para kakaknya.

***

"Apa sudah selesai?"

"Belum bos, kami usahakan hari ini semuanya beres."

"Ck, aku tidak mau tahu, hari ini semuanya harus sudah selesai!" Tegas orang itu

"B-baik bos."

Sambungan telepob itu pun diputuskan sepihak, orang yang sedang menelpon bawahannya tadi hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.

"Kau tidak perlu stress  macam orang gila seperti itu."

Orang yang di bilang gila tadi hanya menatap tajam pada sang pengejek. Untung kau pintar, kalau tidak, sudah ku buang kau dari jauh-jauh hari, batin orang itu.

"Benar apa yang dikatakan Jaehyun, kau tak seharusnya stress seperti itu John."

Johnny hanya bisa menghela nafasnya. Jujur saja ia sangat kesal dengan musuh kantornya itu.

"Bagaimana aku tidak stress seperti ini, Haechan bisa saja menjadi sasaran mereka."

Pagi ini Johnny mendapat telpon dari nomer tak di kenal, orang itu mengancam akan menghancurkan perusahaan Johnny. Yang Johnny takutkan adalah Haechan akan dijadikan sebagai umpan untuk memancing mereka keluar.

"Kita tak perlu sepanik itu John."

Johnny melempar handphone-nya ke sofa, memikirkan apakah bayinya akan baik-baik saja selama di tinggal.

Johnny adalah orang yang paling dekat dengan Haechan, walaupun ia memiliki sisi yang jahat dalam dirinya seperti Jaehyun, tapi hatinya sangat lembut bagai kapas.

Kelemahannya adalah seorang Lee Haechan, walaupun mereka tidak sedarah, Johnny tetap menganggap anak itu sebagai anak kandungnya.

"Kami tahu kau mengkhawatirkannya, tapi jika kau tak menjernihkan pikiranmu, bagaimaa kau akan melawan mereka?" Ucap Jaehyun.

"Kau adalah sumber dari strategi kami, kaulah yang menyusun segala pergerakan kami. Bila kau seperti ini, bagaimana kami dapat bertarung?" Lanjut Yuta

Apa yang dibilang adik-adiknya itu benar, seharusnya ia tak terlalu larut dalam kekhawatiran ini.

"Kalian benar, ayo kita susun strategi untuk menghancurkan mereka!"







Hari sudah menunjukkan jam 11.45 siang. Saat ini bayi beruang sedang duduk santai di antara kedua abangnya, Jaemin dan Jeno. Mereka sedang menonton movie kesukaan Haechan bersama-sama, Haechan yang berada di tengah sedang memakan cookies yang di buat oleh papa Doyoung. 

"Adek udah makan siang belum tadi?" Tanya Renjun

Yang di beri pertanyaan hanya diam tak menjawab pertanyaan yang lebih tua, dirinya masih sibuk menonton dan memakan cookies-nya.

Jaemin melihat ke arah Haechan, ia mengambil wadah cookies yang sedang di peluk oleh si manis. Haechan pun terlihat kebingungan, "kenapa di ambil kak Nana?" Rengeknya.

"Adek, kalo ada orang yang lagi ngomong sama adek ngga boleh di cuekin seperti itu. Kasian tu koko-mu mau ngomong tapi kamu cuekin," jelas Jaemin.

Haechan pun menoleh ke arah Renjun, ia turun dari pangkuan Jeno dan langsung menghampiri koko tersayangnya. Ia merentangkan kedua tangannya, meminta gendong pada yang lebih tua. Dengan senang hati Renjun menggendong si kecil, "maap ya koko..." Cicit Haechan

Renjun tersenyum, "iya, ngga apa-apa. Adek udah makan?" Renjun mengulangi pertanyaannya. Sang adik pun mengangguk sebagai jawaban. "Adek tadi mam pakai telur, teruuus, ada sayur-sayuran hijau, lalu ada sosis dan nugget!" Jelasnya, Renjun tersenyum, ia mengelus kepala anak kecil itu dengan sayang. 

Jeno dan Jaemin yang melihat interaksi antara koko dan si bungsu tersenyum, Renjun yang biasanya menjadi salah satu rival Haechan di rumah, ternyata itulah cara bagaimana ia memberikan kasih sayangnya pada Haechan. 












TBC

Heyy guyss, maaf ya kalau belakangan ini updatenya lama :'> tapi aku usahain untuk update sesuai jadwal yang aku bikin, mungkin di antara 1-2 kali dalam satu minggu (akan aku usahain). Btw makasih banyak juga untuk semua dukungan kalian untuk buku ini!!! Luv u guys

Mafia FamillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang