01 : dia, siapa?

120 18 0
                                    

Setelah tiga hari penuh Chan hanya mengurung diri di dalam kamar selepas pulang sekolah, kali ini pemuda itu mulai berjalan menuruni angka tangga. Jelas saja, perkara dengan pemuda Yoon-kakak tingkatnya-tidak akan selesai begitu saja. Bahkan itu juga menjadi salah satu alasan Chan murung dan memilih mengurung diri. Jam menunjukan pukul delapan malam, waktu yang sangat tepat untuk berkumpul dan sedikit berbagi cerita dengan keluarga. Pemuda Lee itu tidak langsung memilih untuk menemui ayah atau ibunya, Chan justru berjalan ke arah dapur lantas membuka lemari besi untuk menemukan sesuatu yang dia inginkan. Entah mengapa akhir-akhir ini Chan selalu merasa panas.

Tapi lagi-lagi apa yang ia inginkan tidak tersedia. Cuaca di luar sana tengah hujan deras, tapi dengan gila dan sangat tidak masuk akal pemuda Lee itu justru menginginkan sebuah es krim cokelat. Memang, membuat mie instan rasa-rasanya adalah pilihan yang paling tepat. Tapi Chan benar-benar tengah menginginkan es krim cokelat. Bahkan ia meruntuk karna menurutnya AC di dalam rumah tidak cukup dingin.

"Ayah sama ibu ke mana, Bang?" Setelah menyudahi sesi memaki diri sendiri, pemuda itu memilih mendudukkan diri tepat dihadapan abangnya Seokmin. Menatap sekeliling beberapa kali sebelum kembali melayangkan pertanyaan sama seperti sebelumnya.

"Bang-"

"Tidak tahu," Balas Seokmin seadanya. Ia tidak terlalu menginginkan perdebatan yang sering kali keduanya lakukan. Chan sangat mudah merengek dan bersembunyi di balik punggung ibu sembari mengadu dengan hiperbola yang memuakkan.

"Bang lo-"

"Nggak usah banyak omong bisa nggak sih, Chan? Lo nggak lihat gue lagi baca buku?" Seokmin menegur dengan tegas. Bahkan tatapan pemuda Lee itu kian menajam seolah membagi dua tubuh seorang Lee Chan.

Chan tak banyak menjawab. Ia hanya segera bangkit untuk mengambil remote TV lantas kembali mendudukkan diri. Mencari chanel yang ia suka daripada memancing kemarahan abangnya.

Aneh sekali. Seokmin menjadi sering marah dan menurut Chan selalu marah kalau tengah bersamanya. Biasanya ia hanya akan diam kalau Chan mengatakan ini itu termasuk hobinya yang sedikit nyeleneh dan berbeda dari manusia pada umumnya. Dari mulai mengajak tanaman berbicara, ngedumel seperti yang sering Chan lakukan, dan masih banyak lagi. Tapi kali ini abangnya sangat berbeda dari biasanya. Mungkin karna penerimaan rapot kemarin nilainya menurun? Jadi ia melakukan introspeksi diri dengan sedikit perubahan kecil-kecilan?

Siapa yang tahu!

"Lo terlalu buang-buang waktu buat ngelakuin hal yang nggak penting."

Chan kembali menoleh, berdecak malas sembari memutar bola mata jengah. Lihat, salah lagi, kan? Memang hobi pemuda itu kini sudah berganti menjadi tukang marah!

"Gue lagi nggak cari gara-gara! Jadi jangan mancing gue ya, Bang!"

"Gila." Pelan, tapi Chan bisa dengan sangat jelas menangkap ucapan Seokmin barusan.

"Lo-ada yang aneh dari diri Lo!" Ungkap Chan terus terang. Chan tak tahu apa yang berbeda dan terlihat aneh dari kelakuan Seokmin.

☯☯☯

Cakrawala masih setia dengan warna jingga yang begitu mempesona terbentang begitu luas untuk dipandang mata. Suara burung masih sempat menyapa indra sebelum suara lain menginterupsi dan mengubah fokus seorang pemuda dengan kepala yang sedari tadi hanya menyentuh badan meja.

"Yang lain mana?" Sembari menutup tirai berwarna gelap, ruang itu langsung menjelma menjadi malam paling menakutkan sebelum pada akhirnya pria yang sebelumnya menutup tirai memilih untuk sedikit memberikan pencahayaan dengan menghidupkan lampu.

[𝟐] 𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥 ( 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐮𝐬𝐚𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang