1 Keputusan

10 1 0
                                    

"Bukankah ini mengasikan, kita bisa mempelajari kebudayaan ini sambil praktik langsung," Ungkap seorang wanita dengan kacamata bulat tebalnya, sambil menyalakan lilin yang telah di letakkan di lantai membentuk lingkaran. 

Mengambil tempat duduk di depan lingkaran lilin itu dan mengambil sebuah buku yang sudah menguning, dengan perlahan membuka lembarnya.

"Apanya yang mengasikan? Ini seperti ritual pemujaan setan!" Ucap seorang perempuan cantik bersurai putih panjang  yang tidak jauh darinya.

"Bukan, ini itu kebudayaan dan kita harus melestarikan budaya biar tidak hilang, Alyssa." 

"Benar bahwa budaya itu harus dilestarikan tapi, kau mencuri buku itu dengan mengatasnamakan budaya?" Mata Alyssa heterochromia biru dan hazel itu menatap dengan penuh ketidakpercayaan.

"Yapp betul sekali, lagi pula buku ini hanya sebatas benda yang tersisa dari desa yang di tinggalkan, mungkin saja mereka lupa membawanya dari pada terbuang lebih baik aku ambil."

"Tapi Na, apakah kamu tidak berpikir, kau melakukan ritual yang tertera di buku dan kau saja tidak tau ritual apa itu dan suku apa yang dulunya mendiami desa itu lalu mengapa buku itu bisa tertinggal bahkan bisa saja itu sengaja ditinggal dan dibuang?"

"Ritual ini seperti ritual pemanggilan dewa, itulah yang tertulis di sini."

Alyssa yang mersa semakin aneh dengan ritual yang di tulis di buku. Membujuk sekali lagi pada wanita berkacamata tembal yang bernama Nana ini untuk tidak melakukannya karena mungkin saja yang datang malah dewa penghancur.

"Makanya, kita harus mempraktikkannya agar kita bisa tau, tenanglah Lys." ucap Nana sambil membenarkan letak kacamatanya dengan penglihatannya terfokus pada tiap kata di buku itu.

"Aku tidak mau ikut campur lagi," Alyssa pergi  meninggalkan ruangan itu.

Nana tak acuh akan kepergian Alyssa, mengangkat bahunya sebentar seakan menunjukkan ketidakpeduliannya dan memulai merapalkah beberapa kata yang tercantum dari buku tersebut.

Jauh di belakang tempat Nana dan Alyssa tadi, di sofa  tamu terdapat empat orang lagi. Seorang pria berambut coklat tua bermain game dan seorang pria meresap merokok di temani oleh wanita berambut kuning dan merah yang senantiasa melilit manja di kedua sisinya. Hitam warna rambut panjangnya  seperti bangsawan kuno dengan mata hitamnya tidak lepas sedetik pun dari interaksi Alyssa dan Nana tadi. 

Pria itu mengambil rokok dari mulutnya lalu menundukkan kepalanya sedikit memijat dengan tangan. 

"Eryk kau tidak apa?" Ucap wanita berambut merah berbisik di telinga Eryk sambil mengusap paha Eryk dengan lembut.

Eryk merasakan ditelinganya penuh dengan suara pertarungan game online  dan suara erangan di dekat telinganya. 

"Menjauhlah." Suara dingin dari Eryk. 

Eryk mengeluarkan aura yang  mencekam dan membuat dua wanita tadi ketakutan. Adam si pria rambut coklat tua di sofa sampingnya sadar akan hal itu. Dia menghentikan pandangan dari ponselnya dan memberikan isyarat kepada kedua wanita yang ia kenal sebagai teman sekelas itu. Untuk berhenti melekat pada Eryk. Menunjuk ke wanita rambut pirang untuk menemani Nana dan mengundang satu wanita lainnya untuk duduk si kursi kosong dekat mereka berdua. 

"Ohh bro, ada apa denganmu? Baru saja Alyssa marah ke Nana, sekarang kau tiba-tiba marah juga."

Alyssa? Nana? Siapa mereka?

Ia membuka matanya, penglihatan berawal kabur menjadi jelas, di depannya seorang wanita bersurai coklat tua duduk di depan lingkaran lilin  dengan seorang  bersurai pirang mendatanginya. Mengalihkan pandangannya menatap orang yang tadi berbicara padanya.

Bukankah dirinya sudah mati karena terjebak dalam lift yang jatuh, mengapa ia bisa sengan tenang duduk di sofa ini di tempat yang tidak familiar untuknya.

"Alyssa? Nana? Siapa mereka?"

"Ada apa denganmu bro? Nana adikku dan Alyssa itu tunanganmu."

"Alyssa tunangan ku?"

"Alyssa Edelmiro bodoh," Adam menahan emosinya untuk memukul kepala Eryk.

Sekarang Eryk tau dimana dirinya. Setelah mendengar nama Alyssa Edelmiro. Dia mengetahui dirinya terjebak dalam novel yang dia baca sebelum kematiannya. Melihat situasinya sebelumnya diimpit oleh dua wanita dan situasi dalam ruangan ini.

Dapat ia simpulkan bahwa dirinya Eryk Eugene hidup kembali menjadi Eryk Adhelmar  tokoh figuran di dalam novel fantasi yang akan mati sebentar lagi.

"Entahlah, aku mau pergi dulu," Eryk tidak peduli dengan orang-orang sini, hal pertama yang ingin dia lakukan adalah menyelamatkan dirinya.

"Oke," Ucap Adam yang mengabaikan  keanehan yang Eryk lakukan sebelumnya

Eryk mengambil beberapa barangnya dan bersiap ingin pergi namun, suara dari temannya menghentikan dirinya sejenak 

"Ku harap takdir yang bagus untuk kalian berdua, Eryk."

Adam dan saudarinya tau hubungan apa yang terjadi di antara Eryk dan Alyssa. Tapi melihat perilaku mereka berdua cukup membuat Adam menghela nafasnya.

Eryk tidak menjawabnya dan ia meneruskan jalannya hingga sampai di luar. Dari sedikit cela sebelum pintu tertutup rapat, Eryk mendengar suara teriakan dari dalam ia langsung masuk memutuskan menyelamatkan mereka dan untuk keadaan dunia ini di masa depan. 

Dari lingkaran lilin tadi, muncul sebuah portal hitam dari portal itu terlihat tiga sosok abnormal. Dua sosok manusia merangkak keluar dengan tubuh kurus kering  dan daging yang mengelupas mengeluarkan bau busuk yang menyengat seperti mayat hidup serta seekor anjing dengan luka gigitan yang terbuka lebar di bagian punggung di dekat ekor.  

Terlambat, teman sekelas di samping Nana tadi, kakinya gigit oleh salah satu mayat hidup, dirinyalah berteriak kesakitan tadi. Nana sudah berada di dalam pelukan Adam dengan membeku.

Gentleman SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang