Bas menghela napasnya untuk kali kesekian hari itu, matanya merah kurang tidur, walkie talkie yang beberapa hari ini jadi sahabat terdekatnya tergeletak di samping tempatnya duduk.
Hari ini hari terakhir festival budaya akhir tahun di kampusnya, acara tahunan yang selalu membuat banyak mahasiswa institut seni itu kurang tidur berjalan lancar dan sukses, matahari sudah menghilang dan acara puncak sudah selesai.
Mata pemuda tinggi itu tertutup sebentar sebelum tepukan di pundak membuatnya berjengit kaget, menoleh ke belakang dan menemukan cengiran khas Isa, temannya kenal ketika masa orientasi.
"Serius banget sih, Pak?"
"Capek gue, Sa, seriusan tolong jangan aneh-aneh ini udah gelap, mending siap-siap pulang," Bas menggelengkan kepalanya, menolak sebelum Isa meminta bantuan tentang hal-hal aneh.
"Gue ga aneh-aneh, Bagaskara, gue kapan aneh sih?"
"Tiap hari."
"Gue potong ya poni lu next time anak teater butuh orang buat jadi pohon lagi," ancaman Isa itu membuat Bas tertawa kencang.
Keduanya menjadi akrab ketika sama-sama menjadi pohon pada saat pementasan akhir semester milik anak Jurusan Teater.
Bas dimintai tolong menjadi pohon karena satu orang beralasan demam panggung, sedangkan Isa menjadi pohon karena tidak lolos audisi, Isa bangun telat berakhir tidak bisa menghapal dialognya.
Bunyi ponsel Bas membuat keduanya terfokus pada benda pipih itu, baru saja Bas akan meraih ponselnya, Isa lebih dulu merebut ponsel dengan case bergambar toothless yang dibelikan Ari.
"Dih, gue kira siapa, ternyata lover boy kita," Isa mengulurkan ponsel milik Bas, menunjukkan nama Ari yang berkedip-kedip.
"Emang siapa lagi sih, Sa, yang telfon gue jam segini kalau bukan Ari, emang lu yang isinya kosan campur."
"Video call deh, Bas, gue mau cuci mata liatin muka ganteng Ari," ucapan Isa itu membuat gadis itu mendapatkan dorongan keras pada pundaknya, tapi Bas tetap mengalihkan panggilan telfon itu ke video call.
"Hi, sayang," Bas langsung menyapa Ari ketika wajah pemuda itu memasuki layar.
Belum sempat Ari menjawab, Isa sudah mendorong Bas minggir dan menyapa Ari dengan ceria, "ARIIII, ingat Isa ga?"
"Haaiiiii, Irisa," Ari tertawa sembari menyapa Isa dengan sama hebohnya.
"Bas duh, lu liat cowok lu manggil nama gue bener, Airisa katanya, Baas," dengan heboh Isa mendorong-dorong pundak Bas, membuat Ari semakin tertawa.
"Udah diem dulu, gue mau kangenan sama Ari," Bas berucap sembari melangkah menjauh, meminta privasi untuk berbicara dengan Ari.
"Hi, maaf ya si Isa heboh banget," Bas menyapa Ari dengan senyuman manis.
"Hi, Bas, capek banget ya?"
Bas tersenyum kecil ketika mendengar pertanyaan Ari, tentu saja Arinya akan bertanya tentang keadaannya.
"Iya, capek banget rasanya aku mau tidur sampai bulan depan."
Senyuman kecil Ari ketika mendengar jawaban Bas membuat pemuda yang sedang mencari tempat duduk dengan penerangan cukup agar bisa lebih nyaman berbicara dengan lebih nyaman itu menggelengkan kepalanya pelan.
"Kenapa?"
"Engga, aku cuma kangen banget liat senyum kamu secara langsung, lusa jadi ke sini kan? Diantar Kak Andra?"
"Aku kangen kamu juga, iya diantar Kak Andra, sekalian katanya Kak Andra mau ke tempat temannya di sana."
"Kamu lagi apa? overused ga aku nanya kamu lagi apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta raya dan kerlipannya
Fanfictionmatahari dan bulan, bersatu dalam semesta semesta raya milik anandara mentari dan kamari bagaskara, satu dua tiga hari dalam selamanya yang dijanjikan. kompilasi cerita pendek tentang ari dan bas. a hajeongwoo story