studio #2

166 30 10
                                    

Bas memencet tuts keyboard dengan random, matanya menerawang sebelum satu ketukan di pintu membuatnya menoleh, pemuda dengan rambut berwarna coklat dan kacamata berlensa kotak tersenyum kecil kearahnya.

"Mas, tumben sempet ke sini hari Senin gini?"

"Mau ambil flashdisk aja sih, Bas, lu kenapa ada di sini? Tumben udah seger aja."

Komentar dari Mas Jana, Lembayung Janakara, partner satu studio Bas, bertemu karena Jana merupakan kakak tingkat Bas di SMA, sampai ketika pulang ke Indonesia, mereka berdua memutuskan untuk bergabung di studio musik yang sama, membuat Bas tertawa kecil.

"Abis ketemu sama Ari sih, Mas, tiga harian tidur di kosan dia ternyata buat bahagia ya, Mas, apa gue pindah aja ya ke kosan dia?"

"Mending lu mikirin demo yang belum selesai daripada mikir pindah ke kosan Ari."

"Udah selesai tau, cuma sama Bang Hagan disuruh revisi lirik, katanya gue kurang kasmaran masa sih, Mas."

Tawa Jana yang tidak bisa ditahan setelah mendengar penyataan Bas membuat si pemuda merengut lucu, menahan diri agar tidak merengek mengingat umurnya yang bukan lagi anak SMA.

"Yaudah, semangat ngerjainnya, gue tinggal ya, besok jangan lupa beliin gue naskun depan kontrakan."

"Naskun buat apa, Mas?"

Tanpa menjawab pertanyaan Bas, Jana hanya tersenyum kecil sebelum menutup pintu studio, yang kemudian terbuka dan menampakkan Anandara Mentari yang sedang tersenyum lebar.

"Ari?"

"Bas!!"

Bas tertawa kecil sembari menyambut Ari yang langsung memeluknya, hampir mendorong pemuda itu jatuh jika tidak karena ada kursi yang menahan tubuh tinggi itu.

"Happy banget kayaknya, kenapa nih?"

"Kelas senin dicancel dan cuma disuruh ngasih absen aja, percaya gaaaa?" nada manja dari Ari yang hanya Bas bisa mendengar membuat pemuda itu tidak bisa menahan senyumnya.

"Lucu banget sih kamuuuuuu!" dengan gemas Bas menarik Ari agar duduk di pangkuannya.

"Jadi aku tadi ketemu sama Mas Jana, di fotokopian sebelah gerbang belakang fakultas kamu tuh, terus diajak ke sini, katanya kamu kemungkinan besar ada di studio, soalnya hampir tiga hari kamu ga ke studio setelah Bang Hagan nolak demo kamu lagi 'kan, yang kemarin kamu nginep di kosan kerjanya cuma makan tidur makan tidur itu, jadi... eh, kenapa aku jadi cerita panjang lebar ya.."

Bas mengusap pelan pinggang Ari yang masih duduk di pangkuannya, senyum tidak pernah lepas dari wajah pemuda itu.

"Lanjutin, sayang.."

"Ih, apaan deh, kenapa ngeliatinnya gitu banget," Ari menutup wajah Bas dengan kedua telapak tangannya, tanpa bisa ditahan pipinya memanas.

"Kamuuu gemesin banget, mau turun ga, aku mau nunjukin sesuatu," Bas berucap setelah menurunkan kedua telapak tangan Ari, menawarkan kursi putar di sebelahnya.

Ari dengan cepat berpindah ke kursi di sebelah Bas, pemuda itu duduk diam memperhatikan Bas yang kini fokus pada keyboard di depannya.

Pemuda kurus itu menekan beberapa tuts sebelum akhirnya memainkan satu lagu yang sudah cukup familiar di telinga Ari, lagu Bas, milik Bas yang sebulan lebih dia kerjakan.

Tanpa menoleh kearah Ari, Bas mulai menggumamkan beberapa lirik, sebelum berhenti tiba-tiba, dengan cepat jarinya menarik notebook yang terbuka di sebelah keyboard, mencoret dan menulis beberapa kali.

Ari menatap pacarnya itu dalam diam, senyum kecil terpatri di wajah tampannya, belum genap lima menit, Bas tiba-tiba menoleh dan meringis kecil ke arah Ari.

semesta raya dan kerlipannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang