Prolog

23 5 1
                                    

Banyak murid berlalu lalang menuju kantin, rela berdesakan demi mendapat makanan. Berbeda dengan satu siswi di kelas XI MIPA 1, selalu membawa 2 bekal karena ia berada di sekolah sampai sore.

Awalnya dia selalu di ejek siswi lain, meski yang mengejek berujung meminta bekalnya. Tidak buruk memakan bekal sendiri di kelas, ia sudah terbiasa dari kelas X. Membawa bekal bukan berarti ia tidak mempunyai uang saku, hanya saja lebih sehat membawa bekal dari rumah.

Tetapi beberapa minggu di kelas XI, ia merasa sedikit berbeda, iya memang benar ruang kelas nya berbeda. Tetapi bukan itu, teman-temannya seperti biasa membeli makan di kantin, ada 1 siswa yang mengganggu penglihatannya akhir-akhir ini karena sosok tersebut sering berada di kelas saat istirahat, duduk dengan hikmat seraya memakan bekalnya.

"Ah gue tau, dia Jarrel. Teman sebangku Hengky." Pikir Kalea.

Entah perasaan nya yang berlebihan atau bagaimana, biasanya dia selalu bersama teman sebangkunya itu. Apakah akhir-akhir ini dia sengaja di kelas untuk menemaninya?

Sebenarnya Jarrel teman masa kecil Kalea, tetapi seiring beranjak remaja mereka menjadi asing.

Tak

Kalea POV on

Gue menaruh kotak bekal gue di meja Jarrel, dari pada memakan bekal sendiri lebih baik bersama kan?

"Permisi, boleh duduk sini?" Ucap Kalea.

Melihat Jarrel hanya melirik gue, otomatis gua meneguk ludah gua pelan. Beberapa detik berikutnya dia menggeser bekalnya dan berpindah ke bangku sebelahnya.

"Makasih, anyway tumben lo di kelas?" Gue berusaha menetralkan suasana.

Bayangkan saja di kelas mereka tidak pernah mengobrol, tidak pernah satu kelompok, tiba-tiba memakan bekal bersama rasanya sangat canggung.

Jarrel menaruh sendoknya, dan menelan makanannya. Dia noleh ke arah gue.

"Bosen." 

Hanya satu kata, tapi sukses bikin jantung gue nggak karuan.

Suaranya astaga.

"O-oh," gue mengangguk.

Kita menyantap bekal masing-masing tanpa mengeluarkan suara. Entah mengapa gue mati topik.

Gue mencoba tetap tenang meski jantung gue party.

"Makasih." Gue membereskan kotak bekal gue, dan berterimakasih karena Jarrel mengizinkan gue duduk di bangkunya.

Gue melihat sekilas dia mengangguk, huftt akhirnya gue merasa lega.

Selepas gue memasukkan bekal ke dalam tas, teman-teman gue memasuki ruang kelas dengan tertib.

Pelajaran di kelas berjalan dengan lancar di pelajaran terakhir gue mendapat tugas kelompok di mata pelajaran Biologi. Dan yang mengejutkan gua satu kelompok dengan Jarrel, Sean, dan Mia

Ah okay, kelompok gue bakal jadi kelompok paling suram di kelas. Bayangan Jarrel dan Sean yang sama-sama pendiam di satukan lalu ditambah Mia yang juga pendiam. Jika di tanya dia menjawab tetapi sering mematikan topik. Indahnya pelajaran Biologi, bakal gue remove dari mapel fav gue.

Kalea POV off

Kalea menenggelamkan kepalanya di antara lengannya.

“Umm, harusnya gue duduk di tempat lo.” Gadis itu mendongak.

“Udah syukur lo bareng Sean, Le. Kalo lo di tempat gue mereka beban banget ntar lo marah-marah di chat gue.” Ghea memanyunkan bibirnya.

“Gapapa lah yang penting nggak suram banget, kelompok gue kayak nggak ada kehidupan, mana Mia masih sakit lagi, gue cewe sendiri dong.” Kalea menyenderkan badannya.

“Ya udah sih,  yang penting di jokiin sama Sean, lumayan kan dapet nilai bagus,” Ghea menyengir.

“GHEAA!!” Teman sekelas Ghea dan Kalea memanggil.

“Cepet piket gue mau balik.”

“Aelah ganggu aja lo.” Ghea bangkit dari bangkunya.

“Hahaha gue tungguin nih, lanjut cerita lagi biar nggak sepi.”

“Mending lo chat Mia dulu siapa tau bisa bantu,” usul Ghea.

“Ya nanti gue chat, btw baru kali ini gue satu kelompok sama Jarrel.”

“Lah?”pergerakan Ghea terhenti.

Sedetik kemudian Ghea tersenyum misterius, “sabar ya, Jarrel kalau kelompokkan nggak pernah nimbrung tapi dia bisa kasih solusi yang bagus walau anaknya tudep banget.” [Tudep: to the point]

“Aaaa tuh kan nggak asik banget,” rengek Kalea.

Ghea hanya tertawa, dengan cepat membersihkan ruang kelas dan mengajak Kalea pulang.

Sesampai nya di parkiran.

“Lo balik sama siapa?” tanya Ghea.

“Gue naik sepeda, motor gue lagi di bengkel kemarin nabrak tiang,” jawab Kalea.

Ghea tertawa keras sambil menabok bahu Kalea, “lagian baru bisa naik motor gegaya lu langsung pergi sendiri.”

Kalea hanya memanyunkan bibirnya sambil mengusap bahunya yang sedikit panas karena di tabok Ghea.

“Yaudah hati-hati lu bawa sepeda jangan nabrak tiang apalagi masuk selokan ya,” ucap Ghea asal.

Brumm 

Ghea meninggalkan Kalea yang sedang membuka kunci sepeda.

“Huftt, apa gue naik helikopter sekalian ya.” Kalea mulai menggoes sepedanya.

Tbc.

My Stepbrother's RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang