satu

24 3 0
                                    


"Om Damar beneran terima perjodohan ini?" Tanya Alura serius pada Pria dihadapannya.

"Ya, saya terima". Jawabnya terkesan santai dengan matanya tak luput dari handphone yang di pegangnya.

Alura geram melihat respon Damar yang terlihat santai seolah ini adalah pembicaraan yang tidak ada artinya. Hell no! Ini sebuah pernikahan loh, yang dimana ini semua menyangkut dengan kehidupannya dan juga masa depannya, yang artinya ia tidak akan bebas.

Bagaimana dengan semua mimpi cita-cita yang ia andai-andaikan selama ini!. Apakah semua ini akan hangus dalam sekejap? Oh bahkan ia pun belum terpikirkan secara matang dia akan menjadi apa untuk kedepannya.

Alura tersenyum getir dihadapan pria tersebut, seketika entah mengapa sebuah cairan lolos begitu saja mengalir di pipinya. Ia terbawa suasana membayangkan bagaimana kehidupaannya, ia tidak mau jualan pop ice. Batinnya sedih.

"Aaa.. kenapa malah nangis sih, memalukan!" Dalam hatinya menggerutu tersadar dia menangis dihadapan pria yang selama ini ia selalu menjaga image didepannya.

Damar yang tersadar gadis yang dihadapannya itu menangis, tidak menggubris sedikitpun, ia hanya meliriknya sebentar dan kembali fokus pada benda pipih itu di tangannya.

Alura yang hanya mendapat lirikan tersebut ia merasa sangat malu yang pastinya menimbulkan rasa kesal, marah pada pria dihadapannya itu gak pekak banget jadi lakik!.

Tangisannya yang semula hanya lirihan, diganti dengan suara tangisannya yang kencang, ya Alura nangis kejer. Tak hanya itu, diapun memukul-mukul dada pria yang didepannya meluapkan semua kekesalan nya.

"Huaaaa Aaaa!!! Om!! Hiks.. kenapa diterima sih Anjirr!! Hiks huaa Ara gamau hiks..".

Damar terkejut dengan tingkah Alura yang secara tiba-tiba itu, apalagi saat ia menerima umpatan yang dilontarkan Alura padanya.

Yang ia ketahui Alura adalah remaja kecil yang lugu nan anggun walaupun sedikit cerewet.

Padahal sikap itu hanya Alura lihat kan pada Damar seorang, selain itu ia akan mereog dan tak jarang untuk mengabsen nama-nama penghuni kebun binatang di mulutnya. Kasihan sekali kamu Damar.

Damar menahan tangan mungil yang memukul dada bidangnya yang hanya terasa seperti elusan saja. Ia pun membawa Alura duduk dipangkuan nya dengan saling berhadapan.

Alura terlihat lebih tenang menghentikan tangisannya.

Jarak keduanya terbilang sangat dekat, hingga Damar bisa merasakan deru nafas Alura yang tidak beraturan, wajah putih nan mulusnya saat ini terlihat merah seperti tomat, mata dan hidungnya sembab, dan terlihat pula Sedikit cairan yang keluar dari hidungnya. Entah mengapa ia tidak merasakan jijik sedikitpun saat melihatnya.

Tangan besar Damar menangkup pipinya lalu mengusap air mata Alura dengan perlahan, sungguh mungilnya gadis dihadapannya ini, bahkan wajahnya hanya seukuran telapak tangannya saja.

Jari jemari besar itu membenarkan Surai rambut Alura dan disematkannya lembaran rambut itu dibalik telinganya. Ia tak rela rambut kecil itu menghalangi wajah Cantiknya ini. Ya, wajah ini yang selalu menjadi candu baginya selama 3 tahun ini.

Alura hanya diam menerima perlakuan Damar yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ingin rasanya berteriak dan mati ditempat saja.

"Dengar.." ucap Damar dengan suara beratnya yang terdengar sangat sexy di telinga Alura. Ia bergidik dan menunduk tak berani menatap balik Damar yang terlihat sedang menatapnya.

"Saya sangat menerima perjodohan ini, walaupun ini memang hanya keinginan dari orang tua kita, tapi percayalah Saya akan menjalankannya dengan serius". Ucapnya tegas, ia menjeda ucapannya.

I Love Your Pain'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang