0.3 luluh

43 13 7
                                    

Setelah tragedi kemarin, ia baru berfikir mengapa rasa kesalnya terhadap Axel mulai surut?,
Julie rasa benar is bukan cowok yang narsis dan sombong namun tetap saja yang namanya malu ya malu.

Namun rasa penasaran dan tertarik bergejolak serasa terus menerus bertanya,

mengapa kejadian kemarin adalah seperti suatu hal yang langka bisa berbincang dengan seorang Axel? bahkan bukan dia yang mendahulukannya?.

mengapa kejadian kemarin adalah seperti suatu hal yang langka bisa berbincang dengan seorang Axel? bahkan bukan dia yang mendahulukannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dipikir-pikir gak ada gunanya terlalu mikirin hal yang ada diluar kepala gue -julie

Merapikan buku lalu dimasukkan kedalam tas. Terseleting penuh dan memulai ke jam berikutnya yaitu perpustakaan.

Belajar kali ini tak hanya dikelas, khusus pelajaran bahasa Prancis dan bukan praktek selalu saja belajar diperpustakaan elercis.

Cewek berkuncir satu itu mencari sesuatu dari bilik lokernya. Selain olahraga, rasanya ada barang lain yang disimpannya.

"Bentar ya"
"Olahraga ada, Lks ada, buku cat-"
"Loh dimana!!" Pekik kerasnya.
"Buku gue gamungkin lari"
"Terus ini, aduh kunci loker gue belum kepasang tadi, berarti?!"

"Ada yang nyolong!!" Pekik teman-temannya sekaligus bersama.

"Duh gue nulis make apa.." keluh Julie.

"Nih ada kertas binder gue." Lala menyodorkan kertas bergambar tingkerbel.

"Ambil aja" Tawaran Lala dengan senyuman penuh.

"Yailah, ada princesnya laa" Hitam, putih dan warna gelap yang bisa disukai Julie. Sesekali jika sangat mendesak harus menerimanya bahwa terdapat warna lain selain warna-warna gelap.

"Gue belum mau terbang dengan angan-angan lo itu" timpalnya lagi.

"Ya terus lo mau make apa!" Sewot Lala.

"Yauda sini, princesnya gue ilangin ya la" Dengan senang hati ia akan menghapus tingkerbel hijau dengan background binder pink dan kuning itu.
Kaya anak TK.

"Eh jangannn, waifu gue ituu."yang benar saja tingkerbel ia dijadikan waifu.

"Yang normal dikit dong kalo punya waifu."

"Bodoamatt" -_-

Dan akhirnya Julie sanggup menghadapi cewe kue dengan berjuta ocehannya tadi.

Serta memutuskan menggunakan kertasnya.

"Baik anak-anak segitu saja dari saya, ada yang ditanyakan?" Pamit Bu guru.

"Ada Bu." Celetuk Julie mengangkat tangan kanannya.

"Iya Julie apa yang ingin ditanyakan mengenai pelajaran hariini,"

"Buku catetan saya hilang Bu, ibu tau tidak siapa yang nyolong"

"Waduh, tadi kamu nulis make kertas siapa Julie?"

"Kertas princess punya Lala"
Jawab Lala dengan bangga serta memperlihatkan gigi rapihnya.

"Baik, jika ada yang melihat sampaikan saja pada Julie ya."

"Baik Bu." ujar seluruh murid kelas serentak.

                            •••••••••••
Terlihat bangku nomor 3 pulas tertidur dengan berjuta-juta mimpinya.

Mimpi indah ditambah semerbak angin serta dongengan guru bahasa Indonesia yang sedang menceritakan sebuah cerpen membuatnya merasa lupa daratan.

Julie tertidur hampir 2jam ketika pelajaran berlangsung dan kebetulan guru bahasa Indonesia tidak killer.

Sehingga bisa melayang bersama mimpi-mimpinya.

Mimpinya menjadi kenyataan pada saat,

Tes,

Julie terbangun mengelap daun bibirnya.

Kemudian Bel istirahat ke 2 berbunyi sehingga Julie tak dapat meneruskan tidur cantiknya.

"Iya cantik, sampai ada air terjunnya" sindir Nina.

"Lo beneran ga sadar? Lo tidur udah kaya pingsan."

"Gausah diungkit kalii." Ujar Julie tampak malu.
"ya ya gatau gue." Gagapnya.

"Ah yang betull" Nina berusaha meyakinkan.

"Emang muka gue meragukan ya?" Tanya Julie.

"Sangat, sangat meragukan"
"Emang dari kapan muka lo jujur"

"Ciailahh gitu?"
"Lo pada bukan temen gue!" Sentakan kaki kanan julie tak terima.

"EMANG" ucapnya serentak.
Sadis mamah..

Akhirnya Julie memutuskan untuk keluar kelas menuju toilet hendak menghilangkan kantuk dan roomtour kelas sembari menghirup udara segar.

Tepat didepan aula terdengar seseorang membicarakan apa yang dicarinya, membuat diharuskan untuk menguping lebih dalam.

"Lo tau ga ternyata yang ngambil kuncinya itu Axel" ujar Nanang salahsatu siswa sekelasnya berasa di dekat aula.

"Lo tau darimana?,"ujar teman nanang.

Nanang hanya mengangkat bahu nya.

Julie menggaruk alisnya yang tak gatal. Julie berusaha berfikir jernih disela-sela hal buruk itu.

Tak mau tertinggal jauh akhirnya melanjutkan ngupingnya tadi.

"Iya gue liat sambil kesel gitu" lanjut Nanang.

Alis julie terangkat satu, apakah harus hal ini ditanyakan langsung ke Axel?berarti gue nuduh dia dong?.

Tanpa berfikir panjang langkahan kakinya menuju lantai dua.
Arah kelas Axel.

Waktu istirahat hampir habis namun selesai tidaknya harus bisa ditangani secepatnya.

Dalam hatinya berkata,
Lo yakin Axel?dia gagitu ko orangnya.

Terdapat seseorang duduk memandangi arah bawah sembari memegang ponsel nya.

"Hai, boleh bicara bentar gak?"

Melihat ada bayangan kemudian axel mendongak kepala.

"Gue?"
"Bicara aja." Ujarnya dengan wajah datar.

Bel sedang berbunyi menandakan jam istirahat telah habis, waktunya kembali ke habitatnya yakni kelas.

"Penting banget?," Tanya Axel.

"Menurut Lo?"

Axel tak mengerti mengapa seakan-akan menyalahkan dirinya.

"Mungkin." Jawabnya pasti.
"Yaudah ntar gue samperin lo lagi aja, tuh guru udah mau masuk."Pasrah Julie.

Sudah jauh dari hadapan Axel sekarang Julie merenung,

Rasanya Axel adalah sosok yang berbeda?, Lalu siapa sosok yang menawarkan tebangan?, meminta maaf padahal bukan salahnya?.

                              *****
Hai hai haii🤩👋
Gimana ceritanyaaa
Semoga sukakkk yaa
Oiya aku up tiap seminggu yaa sekarang..
See u semua
Enjoy and happy reading semua

Smart Crush Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang