2

194 43 10
                                    

"Hadeh~ lo lagi, lo lagi. Ngapain sih kesini?" tanya Zico sewot duluan. Tadinya dia lagi asyik main games di tongkrongan cowo belakang sekolah. Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba Era nyamperin.

Yap, mereka satu sekolah, bahkan satu kelas.

"Dih? Gue kesini bukan mau nyamperin lo ya! Gue cuman mau nitip ini buat Kak Deka," ujar Era tak acuh sambil menyerahkan paper bag ditangannya.

Bukan hanya Zico, hampir semua yang ada di tempat itu menoleh kecuali satu orang.

Apaan tuh?

"Cih! Lo gak usah sok iye deh. Mau ngasih apa sih lo?" tanya Zico jadi penasaran.

Bukannya apa-apa. Takutnya kan isinya bom atau bahkan sesuatu yang bisa membunuh abangnya. Siapa tau Era saking terobsesinya sampai berniat mencelakai Deka.

"Kepo banget jadi orang!" kesal Era.

Hal itu sontak membuat Jeno, Yoyo, dan Lucas yang sedari tadi menoleh jadi menautkan kedua alisnya dan memasang muka jengah. Emang kayak mak lampir si Era ini. Untung cakep.

"Buset... cuek banget sih neng. Cium aja Co, ntar juga kicep. Modelan kayak gini mah kalo digrepe juga desah," kali ini Hendry yang biasanya males nanggepin jadi gerah sendiri. Berakhirlah mulut laknatnya itu bikin semua yang ada disana kicep. Kecuali Era tentunya.

Era menelan ludahnya kasar. Butuh beberapa detik untuk membuatnya kembali sadar dari lamunannya.

"Ngomong apa lo barusan? Lo--"

Tes..

Dasar cengeng! Belum juga ada sepuluh detik, tapi air mata Era tiba-tiba sudah membasahi pipinya. Melihat itu Zico langsung terkesiap, segera memukul mulut Hendery membuat cowok itu termundur dan agak terhuyung ke belakang.

"Ahhh!! Lo apa-apaan sih?" ujar Hendery tidak terima. Bersamaan dengan itu Era lari menjauhi area itu.

Zico meraup mukanya jadi panik sendiri. "Lo yang apa-apaan bego?!?" kesalnya sembari menendang kursi yang dipakai Hendery membuat cowok itu jatuh terjungkal yang kemudian ditertawakan yang lainnya. Setelahnya dia langsung lari mengejar Era, meninggalkan Hendery yang sudah misuh-misuh tidak karuan.

****

"Lo bisa gak sih gak berantem sehari aja?"

"Kemarin gue gak berantem."

"Ya iyalah. Kemarin lo gue suruh nemenin gue rapat. Lo gila ya By? Otak lo dipake bentar aja bisa gak? Gue capek dimarahin papa mulu gara-gara lo gak bisa diatur. Lo lupa kalau lo tuh tanggung jawab gue?" tanya Alfa mengeluarkan semua unek-uneknya.

Yang jadi pertanyaan bagi Aby adalah... kemana Wibisono? Kenapa ayahnya itu selalu sibuk kesana-kemari mengurusi perusahaan tanpa menanyakan kabarnya? Bukankah Aby tanggung jawabnya? Alfa jelas bukan yang Aby inginkan.

"Gue udah capek ya By, gue--"

"Kalau capek ya gak usah peduliin gue lah," celetuk Aby tanpa berpikir.

Plakkk

Yah. Tamparan keras mengenai pipinya begitu saja. Bukan Alfa pelakunya. Tapi Deka.

"Jaga bicara kamu. Kamu pikir kamu lagi ngomong sama siapa? Sopan kayak gitu hah? Untung-untungan Alfa yang dititipin buat ngurus kamu. Coba aja aku, udah habis kamu!" tukas Deka penuh penekanan dengan aura gelap yang tiba-tiba menyelimuti ruangan itu.

5 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang