"Lo siapa?"
"Loh? Seharusnya saya yang tanya. Kamu yang siapa?"
Era mengernyitkan dahinya. Biar dia ingat-ingat dulu. Sejak kapan keluarga Wibisono punya anak cewek?
"Mohon maaf, tapi Kak Deka gak ngebolehin saya biarin siapapun masuk ke ruang kerjanya. Termasuk yang namanya Era. Kamu pasti yang namanya Era kan?" tanya perempuan itu.
Apa? Gak boleh masuk? Yang bener aja!
"Lo--"
"Ada apa ini ribut-ribut?"
Dengan cepat Era menoleh bersamaan dengan perempuan tadi.
"Eh--Kak Vino? Kak Vino sejak kapan disini? Aku kira masih di Kanada Kakak apa kabar?" tanya Era sambil merapikan poninya dan tersenyum lebar.
"Why this stupid girl still come to grandma house dad?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut kecil anak perempuan cantik disamping Vino. Siapa lagi kalau bukan Arvina, anak semata wayang Vino.
Era bukan gadis bodoh. Jelas dia tau apa yang dikatakan bocah barusan. Sialan. Kenapa gadis kecil ini seolah sangat membencinya? Era masih tidak paham.
"Hey... what are you talking about sweety? It's not good word, don't say that. Your mom will angry if she know it," ujar Vino pada anaknya.
"Eh, gak apa kok kak. Namanya juga anak kecil. Ya kan?" tanya Era dengan senyum terpaksa pada perempuan yang tadi melarangnya masuk ke ruang kerja Deka.
"Eh? I-iya. Namanya juga anak kecil," sahutnya takut-takut.
"Wait... kamu siapa? Kenapa saya baru lihat kamu dirumah ini?" pertanyaan barusan Vino tujukan pada perempuan itu.
"S-saya Ayu. Pembantu baru disini. Tapi sejak kemarin saya direkrut jadi sekretaris sementaranya Kak Deka," jelas Ayu.
Jawaban tersebut langsung membuat mata Era membulat sempurna. Dia mengamati Ayu dari atas sampai bawah dan dari bawah ke atas lagi. Kok-- kok cantik sih? Serius ini pembantu? Ya walaupun lebih cakep Era kemana-mana, tapi itu perempuan juga good looking. Wah, gak bisa dibiarin nih.
"Lo? Sekretaris Kak Deka? Hell no... dari tampang lo keknya ada bibit-bibit uler. Lo pasti punya niat terselubung kan? Atau jangan-jangan lo ini orang kiriman yang berusaha buat deketin kak Deka terus ambil harta Wibisono?" selak Era. Jujur, perkataan yang baru saja dia keluarkan murni ngaco alias keluar begitu saja dari mulutnya.
Namun ucapan Era berhasil membuat Ayu menelan ludahnya kasar dan pupilnya melebar tanpa dia sadari. Ayu bertanya-tanya. Siapa gadis ini? Bagaimana bisa dia tau niat buruk Ayu?
****
Era memutar bola matanya dan melirik sinis Ayu.
"Era. Saya udah bilang berapa kali tadi? Tiga kali. Apa kamu masih mau protes lagi? Ayu cuman sekretaris sementara buat gantiin Johnny. Lagian mana mungkin pembantu kaya dia jadi pendamping saya?" jelas Deka yang jelas-jelas tengah berbohong demi kebaikan bersama. Sudah setengah jam Era merengek padanya untuk memecat Ayu, dan selama itu pula rasanya kepala Deka mau pecah.
"Hiks... ta-tapi serius kan ka-kalian hiks... gak bakal macem-macem?" tanya Era sesenggukan.
Deka meletakkan tangannya diatas kepala Era, dengan perlahan dia mengelus rambut tebal nan halus milik gadis itu. Wangi stroberi menguar dan tercium oleh hidung Deka. Terlepas dari semuanya, Deka suka aroma ini. Sebenarnya, dia mengakui bahwa sejak Era kecil, dia adalah gadis termanis dan tercantik yang pernah Deka temui. Benar, keluarga mereka sudah dekat bahkan sejak orang tuanya masih muda. Deka ingat betul saat kelahiran Era. Hari yang membahagiakan sekaligus menyedihkan terjadi saat hari itu juga. Era merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara yang terlahir laki-laki semua. Kedua kakaknya sibuk dengan keluarga kecil masing-masing dan tinggal jauh diluar negeri. Sejak ditinggal istrinya meninggal saat melahirkan Era, papa Era memilih menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Semua tentang Era dia serahkan pada pembantu. Katanya, papanya membenci Era dan tidak kuasa melihat wajah Era yang mirip sekali dengan mendiang istrinya. Memang benar apapun yang Era minta selalu dibelikan, tapi sayang... gadis itu tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup. Mungkin alasan dia selalu datang ke keluarga Wibisono karena ingin mencari kasih sayang sebuah keluarga.
Semua yang ada pada Era terawat dengan baik dan sempurna. Mata polosnya yang menarik siapa saja untuk menatapnya lama-lama. Tapi sayang, Deka tidak bisa... dan bahkan tidak akan pernah bisa mencintai gadis ini. Era tidak lebih dari adik perempuan bagi Deka. Ya... dan akan selalu seperti itu selamanya.
"Sstt... udah nangisnya. Nanti jadi jelek loh. Jangan berpikiran macam-macam. Saya gak suka," ujar Deka dengan nada kalem yang jarang Era dengarkan. Terbukti setelah mendengar suara Deka gadis itu sedikit terperangah sebelum akhirnya menghapus air matanya dan tersenyum lebar.
Dilain sisi, Ayu tengah memperhatikan kedua orang didepannya. Entahlah, ada sesuatu yang mengganjal saat melihat adegan barusan.
****
"Widih... ada yang habis menang arisan kayaknya? Apa dibeliin mobil baru sama papanya?" celetuk Zico yang melihat Era senyum-senyum ke arah dapur. Awalnya Zico lagi makan, tapi lihat nenek lampir tiba-tiba senyum-senyum sendiri jadi ngeri. Takutnya kesurupan atau gimana.
Era menoleh. Tapi karena suasana hatinya sedang baik dia justru tersenyum manis ke arah Zico membuat cowok itu melongo dan kue ditangannya jatuh ke lantai.
Barusan bukan mimpi kan? Ini Era sehat gak sih? Apa habis kejedot? Tapi yang membuat Zico lebih syok lagi, ini jantungnya kenapa ya? Kok tiba-tiba deg-deg serr gini disenyumin Era?
"Minggir!"
Gedebukk
"Awww!" Zico meringis saat Aby entah datang darimana dan menabrak badannya begitu saja. Orang itu memang selalu semena-mena.
"Lo! Ikut gue!" perintah Aby pada Era yang sedari tadi masih senyum-senyum sambil minum cokelat yang dia ambil dari kulkas.
Era menghentikan kunyahannya membuat pipinya menggembung menahan cokelat penuh dimulutnya. Mata bulatnya menatap Aby penuh tanya.
Bukannya menjawab Aby malah jongkok di depan Era dan memeluk kaki jenjang gadis itu. Selanjutnya dia berdiri membuat Era mau tak mau berpegangan pada pundak Aby. Kini gadis itu berada diatas pundak Aby dengan Zico yang terjerembab dilantai dan kedua mata mereka yang terus bersitatap.
"Mmm..mmm.." protes Era dengan mulut penuhnya. Tangan mungilnya berusaha memukul Aby agar cowok itu melepaskannya. Namun dengan santainya Aby berjalan meninggalkan dapur dan melewati Zico begitu saja.
Zico yang terjerembab buru-buru sadar apa yang terjadi. "WOY BANG!!! MAU LO BAWA KEMANA ANAK ORANG?!?"
####
(Abyan / Aby si paling gak bisa ditebak)
💋
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Prince
RandomTampan, kaya, berbakat, dan terpandang. Siapa yang gak kenal sama mereka? Sebut saja mereka 5 pangeran dari keluarga Wibisono yang terpandang. Hidup bergelimang harta bukan menjadi alasan agar mereka bahagia. Mereka keluarga, tapi permusuhan tetap t...