Jangan lupa baca, vote dan koment, ya 🌹🌹
Semoga kalian suka, jatuh cinta dan mendapatkan banyak pelajaran di cerita ini
.
.
.Jawa Timur, Tahun 2006.
Suara guntur saling bersahutan. Hujan turun tiada henti membasahi bumi. Seorang suami dan istri tengah duduk di kursi, merenung dalam kamar mereka seraya berpelukan mesra.
"Kanda, adinda ingin memiliki seorang putri. Apa yang harus kita lakukan lagi agar mendapatkanya. Sementara sudah tujuh orang putra kita miliki."
Wanita berambut hitam dan berkulit sawo matang itu berkeluh kesah dengan nada manja pada suaminya. Menjadikan sang suami sebagai sandaran tubuhnya.
Sementara sang suami yang sedang memeluknya dari belakang itu terus-menerus mengelus lembut punggung tangannya.
"Jangan khawatir. Gusti Allah pasti akan memberikannya. Kita usahakan saja adinda."
"Tapi bagaimana jika yang selanjutnya anak lelaki lagi? Sedangkan dinda sudah merasa cukup dan hanya menginginkan seorang putri yang dapat dinda manja dan menemani kita di hari tua?"
Pria itu menghela napas pelan. Ia juga tidak tahu solusi seperti apa yang harus mereka lakukan agar mendapatkan anak perempuan yang mereka idamkan dan tunggu selama ini.
"Besok kita pergi tanya ke Mbah Walu. Mungkin dia punya solusi untuk memecahkan masalah kita saat ini."
"Baiklah, Kakanda."
Setelah mengobrol cukup panjang, sang suami mengangkat tubuh istrinya dan membawanya menuju tempat tidur. Tidak peduli dengan langit yang berteriak seakan hendak pecah berantakan.
"Kita tidur malam ini. Semoga besok mbah Walu memberi kita petunjuk."
"Aamiin."
Malam yang semakin larut dengan hujan deras membasahi bumi itu menambah nyenyak tidur pasangan suami istri itu dan juga ke tujuh anaknya di kamar mereka masing-masing yang di isi satu kamar dua atau tiga orang.
Dan keesokan harinya, pagi-pagi sekali kedua suami istri itu berangkat dari rumah mereka setelah sarapan pagi dengan makanan yang putra-putra mereka masakkan.
Keduanya tiba di rumah Mbah Walu setelah menempuh perjalanan hampir setengah jam lama-nya.
Mbah Walu merupakan salah satu leluhur atau anggota keluarga kedua pasangan suami istri itu. Dia juga dikenal dengan sebutan orang pintar oleh penduduk desa.
"Assalamu'alaikum, Mbah."
"Wa'alaikumussalam. Silahkan masuk, masuk," ucap Mbah Walu mempersilahkan kedua suami istri itu menggunakan bahasa Jawa yang kental.
"Terima kasih, Mbah."
"Ngomong-ngomong, ada apa? Tumben ke sini?" tanya Mbah Walu saat kedua suami istri itu telah duduk.
Di dalam sana, istri dari Mbah Walu sedang menyiapkan minuman untuk tamu mereka.
Sang istri melirik pada suaminya untuk menyampaikan maksud kedatangan keduanya.
Detik berikutnya, sang suami pun membuka pembicaraan.
"Begini, Mbah. Kami datang untuk meminta petunjuk. Bagaimana caranya agar kami dapat memiliki seorang putri?"
"Hem?" Kening Mbah Walu berkerut dalam, ia mengangkat satu alisnya, lalu bertanya balik. "Seorang putri?"
"Benar, Mbah. Kami sangat menginginkan anak perempuan," timpal pihak istri dengan memasang tampang memelas.
"Apa kalian sudah meminta pada gusti Allah?"
"Sudah, Mbah. Tapi belum kunjung diberikan."
"Hemmmm." Mbah Walu diam sejenak seraya berpikir. Tidak lama setelahnya ia tersenyum dan membuka suara. "Kalau begitu, kalian lakukanlah persembahan. Berdoa pada Gusti Allah sekaligus memberikan qurban."
Kedua suami istri yang sangat menginginkan anak perempuan itu saling pandang dalam beberapa saat. Kemudian kembali menatap Mbah Walu.
"Apakah Mbah yakin ini akan berhasil?"
"Tentu saja. Jangan khawatir. Kalian lakukan saja apa yang aku suruh."
"Baiklah, Mbah."
Istri dari Mbah Walu datang membawakan dua gelas teh untuk tamu mereka.
"Silahkan diminum dulu."
"Iya Nyai. Terima kasih."
Tanpa menunggu lama, keduanya meneguk perlahan minuman itu. Selanjutnya, kembali bertanya pada Mbah Walu.
"Kira-kira tiap hari apa kami harus melakukan persembahan, Mbah?" tanya si suami.
"Kalian bisa melakukannya hari apa saja. Tapi lebih khusus, Selasa dan Jum'at."
"Sampai kapan kami akan melakukannya?"
"Ya sampai kalian diberikan anak perempuan oleh Gusti Allah."
Suami-istri itu mengangguk-angguk paham. Mereka pun pamit pulang setelah menanyakkan semua hal tentang persembahan yang akan mereka lakukan.
Hari demi hari berlalu dengan sangat cepat. Kedua suami istri itu begitu rajin melakukan persembahan, namun juga tidak lupa melakukan shalat dan beribadah kepada Allah.
Keduanya mencampur adukkan kebenaran dan kebathilan.
Sebuah batu besar yang ada ujung desa itu menjadi tempat bagi mereka memberikan persembahan atas nama Allah.
Hingga sebulan kemudian, sang istri dinyatakan hamil oleh bidan desa. Kendati demikian, persembahan dan doa-doa mereka tidak terputus sama sekali.
Orang-orang yang ada di desa itu pun juga sama sekali tidak ada yang melarang. Karena mereka juga biasa melakukan hal yang sama jika membutuhkan sesuatu.
Lima bulan kemudian, kedua suami istri itu pergi ke rumah Mbah Walu dan menemui istrinya untuk memeriksakan tentang kondisi kelamin anak yang ada di dalam perutnya.
Dan kabar gembira pun disampaikan oleh istri Mbah Walu. Wanita itu mengandung anak perempuan jika dilihat dari bentuk fisiologis tubuh sang ibu yang tengah mengandung itu.
Kedua suami istri pun pulang dengan gembira ke rumah mereka. Ke tujuh anak laki-laki mereka gembira atas berita yang orang tuanya bawakan.
Mereka pun menyiapkan makanan yang sangat enak untuk kedua orang tuanya santap demi mensyukuri nikmat yang baru saja Allah berikan.
Sampailah pada bulan ke sembilan lebih beberapa hari, wanita itu pun akhirnya tiba pada proses melahirkan.
Suaminya sibuk mengurus banyak hal dengan memanggil bidan dan sebagainya.
Dan tidak lama setelahnya, anak perempuan yang ditunggu-tunggu itu pun akhirnya berhasil dilahirkan dengan selamat.
Hidung mancungnya terlihat sangat cantik meski masih bayi. Kulitnya tidak putih, juga tidak hitam. Namun anak itu menangis kencang setiap waktu. Seperti sedang memanggil kawanannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NIFAK
Spiritual"Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala". (Fathir : 6) ** Di sebuah provinsi, sebua...