Kelabu Chapter 01, unlocked 🔓Gadis itu, berlari ditengah derasnya tetesan air terus menerus yang berasal dari cakrawala.
Hujan mengambil alih sore. Beberapa kendaraan masih berlalu-lalang di sepanjang jalan. Hanya beberapa, mungkin karena cuaca yang tidak memungkinkan untuk berkendara.
Ia tidak sengaja menginjak genangan, menyebabkan seragamnya ternodai oleh lumpur.
Aruna mendesah sebal. Ia melepaskan ransel yang bertengger manis di pundaknya.
Untung saja semua buku-buku pelajaran sudah Aruna taruh di loker, kondisi ransel tersebut sudah basah luar dalam, apapun yang ditaruh disana pasti basah, termasuk ponsel. Oh iya, ponsel!
Gadis itu merogoh ranselnya, mencari benda pipih yang sangat berharga bagi Aruna.
Tidak ada!
Aruna berusaha tenang, dia tetap mencari benda itu di seluruh bagian. Berharap terselip, atau tertindih sesuatu. Ah, bagaimana bisa tertindih jika yang ada disana hanyalah sebuah ponsel.
Perempuan itu menoleh kebelakang. Apakah dia harus mencarinya di sekolah? Apa Pak Ratno sudah mengunci gerbang? Ah tidak, Masih ada anggota ekskul musik, tidak mungkin Pak Ratno mengunci gerbang saat masih ada anggota ekskul yang tengah berlatih.
Aruna menghembuskan nafas panjang. Dia berlari menerjang hujan, kembali menuju ke sekolah untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
***
Dia benar-benar kembali ke sekolah, dan benar, gerbang belum dikunci. Aruna bernafas lega saat menemukan ponselnya terselip di antara lembar buku novel.
Mungkin benda itu tertinggal saat Aruna menaruh tumpukan buku pelajaran serta novel kedalam loker.
Aruna meraup wajah menyadari kecerobohannya. Untung ketemu, jika tidak..
Ah sudahlah, sepertinya akan lebih baik jika meneduh sebentar.
Bagaimana jika dia ke perpustakaan saja? Itung-itung menyiapkan buku untuk bahan referensi, atau menyetok novel baru.
Baru saja ia menyentuh knop pintu, ekor mata Aruna menangkap sesosok lelaki duduk di bangku taman sekolah dengan iPod putih menyumpal kedua telinganya.
Aruna mengerutkan dahi, apa cowok itu tidak takut dengan sambaran petir bertubi-tubi diluar?
Mencoba masa bodo, Aruna lanjut memutar knop pintu. Ruangan luas itu gelap gulita, ia menekan sakelar, lampu menyala, memberikan cahaya ke seluruh sudut ruangan.
Perpustakaan SMA Bimasakti itu luas plus panjang, beberapa rak buku terlihat berdebu karena lama tidak dibersihkan. Ruangan ini hampir terbengkalai, murid lain jarang kemari.
Mungkin penyebab utamanya sudah banyak perpustakaan buka di Jakarta, dan orang-orang sekarang lebih banyak menggunakan jam istirahat dengan bermain ponsel.
Aruna menghampiri salah satu rak, mengambil sebuah buku tebal yang ia yakini adalah novel.
Tak
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelabu Tanpa Sosokmu
Ficção AdolescenteTentang Raden Jenggala Nirwana Putra, seseorang yang membuatku tersenyum. Setiap kata yang diucapkannya membuatku tersipu, bagaimana caranya memujiku, memujaku layaknya seorang Ratu. Apakah kita berhasil bersama selamanya lalu menua bersama? Atau d...