Actually

763 68 4
                                    

Okey, hai hello anyoeng

Udah lama ga update kayaknya, hee lagian juga mana ada yang nunggu ini book gadungan

Tapi jujur ges, skill author ku makin meredup, sekarang yang gencar skill reader doang 😔

Sebenernya juga aku banyak ide buat ngelanjutin, tapi skill ku bener bener hampir hilang, jadi agak susah buat nyusun kata katanya

But, it's okay

Aku bakal ngelanjutin semua book (kayaknya) tapi ga pasti ya, bisa sebulan sekali, dua bulan sekali, mungkin setahun sekali bisa wkakaka.

Ya pokoknya aku ngucapin terimakasih sebanyak-banyaknya buat kalian para reader dan sider yang udah mau baca book ini (ga ada gunanya sumpah kalian baca book ini)

Oke deeh, kita mulaii

...

Ni nu ni nu ni nu

" Permisa sobat pagi, berita pagi ini berkaitan dengan kecelakaan di jalan tol xx dengan kronologi bus pariwisata yang kehilangan kendali rem nya, menabrak mobil milik seorang anggota d*pr yang saat itu sedang pergi dinas keluar kota... "

Suara siaran berita di televisi menggema diseluruh ruangan yang tidak terlalu luas itu.

"Hm, "

Sluurrp

"Ahh, nikmat kopi mana lagi yang kau dustakan. "

Seorang pria tua yang tidak terlalu tua, sedang duduk santai menikmati secangkir kopi dengan koran di pangkuannya.

"Hari ini beritanya tentang kecelakaan itu. " Ada jeda sedikit di perkataannya.

"Anggota d*pr ya? " Pria tua yang tidak terlalu tua itu tersenyum tipis.

Dia lantas bangkit menuju kamarnya, mengambil sekotak kayu dengan ukiran bunga kuno.

Dia meniup kotak itu dikarenakan debu yang menempel diatas kotak, dia lalu membukanya perlahan.

Dia melihat secarik kertas putih yang sudah tua yang mana kertas itu sudah hampir berwarna kecoklatan akibat terlalu lama disimpan.

Srek

Dia lantas membaca isi dari surat usang itu, " Untuk anakku, Dirga. Eh bukan, aku tidak mempunyai anak, jadi kamu sebenarnya adalah anak dari temanku. Maaf telah membohongimu, Dirga. Itu bukan kemauan ku, itu kemauan ibu mu. Jangan berpikir yang tidak tidak, aku tidak memiliki hubungan apapun dengan ibu mu. Oke, jadi disini aku hanya ingin menyampaikan sebuah rahasia. Aku sebenarnya adalah 'Indonesia' personifikasi negara ini, aku membohongi mu selama ini, agar kau kelak jika sudah dewasa, akan mampu meneruskan ku. Aku tahu kau bukan personifikasi seperti mu, maka dari itu, jika kau sudah melihat isi surat ini, datanglah ke istana negara. Aku akan menjawab semua pertanyaan mu. "

Begitulah kira-kira isi dari kertas itu.

"Dia payah dalam menyusun kata kata, "

Pria tua yang tidak terlalu tua yang diyakini bernama Dirga itu, menghela napasnya kasar.

"Aku sudah pernah membaca surat ini dulu, tapi mengapa rasanya aku masih tidak begitu yakin untuk datang ke sana? "

Dirga menyenderkan punggungnya di depan lemari, sejak tadi dia memang sedang duduk dilantai kamarnya.

" Sepertinya aku menyesal sekarang, kenapa aku tidak datang dari dulu? Sekarang aku sudah tua. " Dia mengusap wajahnya kasar.





'Tidak ada kata terlambat, Dirga. Datanglah, datanglah kepadaku. "

Tubuh Dirga menegang, dia melihat ke sekeliling, dia yakin dia mendengar suara seseorang tadi.

Tapi, suara itu terdengar familiar...


Apa jangan jangan..

Mata Dirga melotot terkejut. Tidak salah lagi, itu pasti dia. Dirga beranjak, mengambil jaketnya di gantungan baju, mengambil sepatu kulitnya, lalu keluar rumah, tak lupa menguncinya.

"Aku pasti datang-



























Papa. "

























































'Hei tunggu! Kan sudah ku bilang, aku tidak memiliki anak. Kenapa kau masih memanggilku papa?'


Ekspresi wajah Dirga menjadi datar, " Sialan, aku menjadi tidak mood datang kesana. "



'Dia merusak suasana. ' lanjutnya dalam hati.


'Oh ayolah, begitu saja kau marah. Dasar tua bangka. '

Sudut perempatan siku-siku muncul di kepala Dirga. "Apa kau tidak punya kaca? Bahkan usiamu sudah berabad-abad, Sialan. "

' walaupun begitu, wajahku masih awet muda tau. Tidak seperti wajahmu yang sudah berjenggot dan sedikit keriput. '

Dirga benar-benar dibuat kesal sekarang, tolong siapa pun tahan dia agar tidak menghancurkan pintu rumahnya.

"Ingatkan aku untuk memukulmu nanti. " Senyum mengerikan bertengger di wajahnya. Dia benar-benar akan memukul pemilik suara ini nanti, dia tidak peduli siapa itu, Dirga sudah sangat dibuat kesal.

'Oy oy oy, tahan. Kau mengerikan sekali- '

"Diam, atau aku benar-benar akan memukulmu. " Seketika suara itu terdiam, Dirga tersenyum puas. Dia melanjutkannya perjalanannya yang sempat tertunda.



TBC

Yuhuuu, aku mau buat one-shot sebenernya, tapi kepanjangan jadi aku potong potong deeh jadi beberapa part.

Okey, disini ga ada maksud menyinggung ya, itu part d*pr nya jangan di seriusin, itu cuma bejanda. Kalo serius serius nanti jatuh cinta, anjaayy.

Semoga kalian suka sama chapt kali ini, karena aku pun gatau mau mengeluarkan ide yang mana, bahkan di draft buanyak banget cerita yang aku timbun tapi ga berani ku up.

Hehe, yaudah see you next time ♥♥

'Maklumi kalo jelek' 🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ngehehe :DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang