Anak Manja

12 0 0
                                    

Frederick van Veldeen, adalah seorang pria Netherland yang berasal dari keluarga sederhana. Kedua orang tua nya bekerja sebagai buruh di suatu pabrik kecil, sementara Frederick sendiri hanya lulusan sekolah dasar. Ia mulai bekerja serabutan di umur 18 tahun.

 Sebenarnya, dia cukup tampan dan terkenal sangat ramah serta sopan pada siapapun. Gadis manapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati pada ketampanan wajah dan juga hati Frederick.

 Namun sayang, status Frederick yang berasal dari keluarga miskin membuat gadis gadis itu harus berfikir dua kali jika ingin jatuh hati padanya. Karna, yah, hidup di sana memang serba mahal dan membutuhkan uang. Gadis gadis itu tak ingin hidup susah. 

Mereka ingin makan makanan sungguhan, bukan makan cinta ataupun makan hati.

Frederick sendiri tak pernah memikirkan apapun tentang memiliki kekasih, apalagi menikah. Dia bertekat tak akan jatuh hati pada siapapun sampai dia sanggup menghidupi keluarganya sendiri.

Leender Van veldeen, adik Frederick, merupakan seorang gadis manis yang terkenal cukup pintar saat sekolah dulu. Berbeda dengan sang kakak yang sangat penuh dengan kasih sayang, Leen tumbuh menjadi seorang gadis yang judes dan gemar mencemooh apapun yang dianggap tak pas dimatanya. 

Dia selalu menyalahkan orang tuanya yang melahirkannya di keluarga miskin seperti ini.

Suatu pagi, Leen yang sedang berbelanja kebutuhan di pasar, tak sengaja melewati sebuah toko busana. Matanya tak sengaja menangkap pemandangan gaun gaun cantik yang berjejer rapi di dalam toko. Leen menghentikan langkahnya tepat di depan toko tersebut, matanya terpaku pada gaun gaun itu.

 "Cantik sekali... Apa aku minta mama untuk belikan ya?" Batin gadis itu dalam hati sambil memandangi gaun biru muda yang terlihat anggun di dalam etalase toko busana. Setelah puas memandanginya, Leen melangkah pergi, melanjutkan tujuan awalnya yang ingin membeli lauk pauk untuk dimasak dirumah.

Leen tak tau. Dari dalam toko, ada sepasang mata yang sedang memandanginya. Sepasang mata yang memperhatikan setiap ekspresi dan tingkah laku gadis itu dari awal sampai akhirnya melangkah pergi meninggalkan toko.

____

Leen : " Aku cuma minta dibelikan baju !! Kenapa perhitungan sekali sih !? " Sesampainya di rumah, Leender merengek pada orang tuanya tentang gaun yang ia lihat tadi pagi.

Anneke : " Leen sayang, sungguh, kalau mama ada uang, mama pasti akan langsung belikan. Sekarang mama belum ada uang Leen"

Leen : " Itu lagi itu lagi, Aku bosan mendengarnya Ma ! Setiap meminta sesuatu, Mama selalu bilang begini ! Memangnya mulut Mama tak bisa mengucapkan kata kata lain selain itu ?! "

Frederick yang saat itu baru pulang kerja dan hendak memasuki halaman rumahnya, tak sengaja mendengar suara ribut ribut dari dalam. Dengan cepat pemuda itu melesat masuk, begitu sampai di dalam dia langsung menegur "Ada apa ini?! Suara kalian sampai terdengar ke luar ! Kalian sedang meributkan apa?" Tanyanya dengan setengah panik.

Leender yang mengetahui kedatangan kakanya, langsung bergelayut manja di lengan Frederick sambil mengharapkan pembelaan darinya. " Kak, Mama pelit sekali..." ucapnya sambil menekuk bibirnya kebawah.

Frederick mengambil nafas dalam dalam, lalu mulai berbicara."Huft... aku kira ada apa. Leen, kamu merengek apa lagi pada Mama? Minggu lalu kan aku sudah membelikanmu sepatu mahal. Bulan lalu saat ulang tahunmu, kami juga menghadiahkanmu tas bermerek yang kamu incar incar itu. Sekarang Leen minta apa lagi ?" suara Frederick terdengar gundah. Ekspresinya menyampaikan kata lelah. Bagaimana tidak? Sesampainya dirumah, bukannya di sambut senyum hangat keluarganya, tapi ia malah disambut dengan drama dan teriakan dari sang adik kepada ibunya.

" Sudah Fred, kamu mandi dulu lalu makan sana, mumpung makanan nya masih hangat." Anneke memasang senyum tulus sambil berjalan mendekati Frederick, lalu melepaskan jaket yang dikenakan putranya itu. 

Frederick hanya menghembuskan nafas panjang, menepis tangan adiknya yang dari tadi menempel di lengannya, lalu berjalan menjauhi mereka berdua menuju ke kamar mandi. Ekspresi Leender semakin kecut saat mengetahui penolakan dari kakaknya tersebut.

Anneke kembali fokus pada Leen, dan mulai berbicara.

"Lalu kamu Leender, jangan membebani kakakmu dengan barang barang yang ingin kamu beli. Kasihan Fred lelah mencari uang untuk kita. Kamu menabunglah. Mama juga akan menabung untuk membantu membeli gaun mu itu. Kalau uang patungan kita sudah cukup, kita akan membelinya. Sabar sebentar ya sayang ? " Anneke membuka lengannya lebar lebar, hendak memeluk putri satu satunya itu.

" Ah, apa sih! Jangan sentuh ! " Leender menepis tangan ibunya dengan kasar, sambil berjalan pergi ke kamarnya.

---

Bulan demi bulan berlalu. 

Sejak pertengkaran Leen dengan ibunya, anak gadis itu menjadi jarang di rumah. Ia selalu pergi sampai larut malam entah kemana. Sepertinya ia berusaha menghindari pertemuan dengan ibunya sebisa mungkin. Frederick tak menyadari kerenggangan dalam keluarganya. Karir pria itu sedang berkembang pesat sehingga ia pun juga sangat jarang di rumah. 

Dengan uang kakak nya, Leen berubah menjadi seorang gadis sosialita. Ia menghambur hamburkan uang dan dengan mudah membeli barang barang yang ia mau. Padahal keuangan kakaknya tak sebanyak itu. Keluarga ini hanya mengubah status nya dari keluarga miskin menjadi keluarga menengah yang berkecukupan.

Tak kaya memang, namun tak bisa juga di sebut miskin. Frederick berhasil membawa keluarganya menjadi keluarga normal pada umum nya.

Suatu pagi, Leen tiba tiba pulang setelah ia tak pulang 3 malam. Tak sendirian, Leen pulang dengan menggandeng seorang pria tampan. Wajah mereka berdua nampak berseri seri. Sangat berkebalikan dengan wajah Ibu dan kakak nya yang pucat pasi karna kelelahan karna mencari Leen.

" Kakak ! Mama ! aku hamil 2 bulan ! Perkenalkan, ini Zedentiant. Calon suamiku sekaligus ayah dari anak yang aku kandung. " Leen benar benar terlihat bahagia. Senyuman lebar terukir di bibirnya saat menyampaikan berita ini.

Frederick yang sedang menyeduh teh langsung tersedak sampai sampai teh yang hampir di telannya itu kembali keluar dari bibirnya. Sementara Anneke langsung pingsan di tempat. 

Frederick langsung menyeka sisa air yang ada di bibirnya. Tanpa bicara sepatah katapun, pria itu langsung berjalan cepat ke halaman belakang.

" Sayang, sepertinya keluargamu tak menyukaiku" Zedentiant menunjukkan ekspresi kesal bercampur sedih.

" Tak apa. Mau mereka suka atau tidak, yang terpenting aku tetap menyukaimu, Zen. Kita bisa menikah tanpa restu mereka." 

Tiba tiba Frederick kembali muncul. Wajahnya memerah. Pipinya di penuhi air mata. Tak hanya itu, di tangannya kini ada sebuah kapak berkarat. Dia berjalan cepat menuju ke arah Zedentiant sambil mengangkat kapak tersebut tepat di atas kepalanya. 

Frederick mengayunkan kapak itu ke kepala Zedentiant. Dengan reflek yang bagus, pria itu menghindar. Sehingga kapak tersebut menancap di tembok. Tepat di samping kepalanya.

" IBU TAK PERNAH MELAHIRKAN PEREMPUAN SEPERTIMU ! KAU BUKAN ADIKKU LAGI." 


*****

Sejak saat itu, nama gadis itu hanyalah Leender, tanpa ada marga Van Veldeen di belakangnya. Bahkan saat hari pernikahan Leen dan Zedentiant, tak ada satupun keluarga Leen yang hadir di pesta pernikahannya. Seakan akan mereka adalah orang asing yang tak saling mengenal. 

Beberapa minggu kemudian Frederick memutuskan pindah dari Netherland bersama ibunya. Ia sudah tak kuat setiap hari di hantui bayang bayang adik kesayangannya itu. Apalagi rumor rumor tak sedap mulai merebak di masyarakat.

Dengan uang yang ia kumpulkan, mereka memutuskan pindah ke Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda. Ia memulai semuanya dari awal lagi. Dan dengan kerja kerasnya, Frederick berhasil sukses sebagai pedagang rempah. Ia membuka banyak bisnis di bidang ini dan berhasil memonopoli perdagangan rempah di daerahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jeruji LarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang