|1|

197 31 1
                                    

Menurut Ryusei, ada tiga hal yang selalu keren di dunia ini: kemampuannya, dirinya sendiri, dan tentu saja kekasihnya yang mengagumkan-Itoshi Sae.

Benar, Itoshi Sae, kekasihnya yang menggemaskan, dan selalu tidak lupa membuatnya menghembuskan napas dengan memuja. Itoshi Sae yang paling mengagumkan, yang selalu dipuji seluruh dunia atas kehebatannya, dimana semua orang akan rela tunduk untuk mendapatkan sepatah kata darinya.

Terkadang Ryuusei juga kebingungan harus merasa bangga atau asam. Bangga sebab kekasihnya begitu menakjubkan dan memilihnya dari sekian banyak orang, atau asam yang mencoba menggelapkan hatinya, sebab terlalu banyak orang yang mencoba mendekati kekasihnya. Nah, Ryuusei tentu tahu kekasihnya benar-benar hebat, terlalu keren, dan tentu saja satu-satunya orang yang dapat melihat seluruh sisi kepribadian kekasihnya hanyalah dirinya seorang. Bahkan ia bisa bertaruh, Rin tidak pernah mendapatkan kesempatan itu.

Ya, benar, Ryuusei harus bangga dengan kepercayaan dirinya yang besar. Meskipun hal itu, tidak luput untuk mengecap rasa posesif yang memakan dirinya dalam-dalam.

Contohnya barangkali saja, kejadian saat ini.

Ryuusei mencengkram botol minumnya, berusaha untuk tidak meremukkannya atau ia akan berakhir ditendang Ibunya dari rumah. Mencoba yang terbaik menahan kedua tangannya yang berkedut, seolah-olah saat ini haus akan pukulan, dan memutuskan menumpahkannya pada tatapannya yang menggelap.

Itu harusnya kencan yang menyenangkan. Kekasihnya juga terlihat tampan dan menggemaskan seperti biasa, dengan syal dan mantel musim dinginnya yang terlihat menakjubkan. Ryuusei harus menahan diri untuk tidak menciumnya, jika tidak mau kena tampar. (Nah, ya, bukan berarti dia tidak menikmati tamparan kekasihnya. Ia hanya tak ingin ditampar seawal ini oke?)

Kencan itu berawal dengan baik, semua berjalan sesuai rencananya, jika saja kumpulan karakter sampingan itu tidak menerjang dan merebut kekasihnya darinya. Sebuah keberuntungan Ryuusei belum mematahkan hidung mereka, oh atau barangkali, lebih pantasnya tulang mereka saja.

Ya, jangan salahkan perilaku impulsifnya, oke? Lihat saja, siapa yang menganggu seenaknya saat ini.

Ryuusei mendengus, mencoba yang terbaik untuk mengembalikan botol minumnya tanpa merusaknya, ke dalam tas. Tatapannya semakin menajam, ketika ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju kekasihnya.

Barangkali saja kumpulan karakter sampingan itu menyadari tatapan gelapnya, atau mungkin hawa gelap yang dikeluarkannya juga. Sebab sedetik setelah Ryuusei berdiri di belakang kekasihnya, orang-orang sampingan itu mencoba yang terbaik untuk melarikan diri saat itu juga. Heh. Benar, lari dan tak pernah kembali sana.

Ryuusei tertawa terbahak-bahak, rasa asamnya kembali menguap, meskipun tatapannya masih tetap menajam.

Hela napas terdengar, dan Ryuusei hanya membalas dengan seringai lebar, ketika kekasihnya menatapnya datar. Ah yah, tatapan itu, Ryuusei sangat mencintainya. Meskipun ia lebih suka tatapan tajam Sae, nilai tambah jika dipadukan wajahnya yang memerah dan napasnya yang terengah-engah, ketika ia me—

"Sudah selesai?" Ryuusei mengerjap sejenak, sebelum kembali melemparkan cengiran, mendengar sindiran kekasihnya.

"Saee-chaan, kau tidak bisa menyalahkanku." Dengan merajuk ia melingkarkan lengannya ke pinggang kekasihnya, mencoba menariknya lebih dekat. Ryuusei menarik senyum, ketika Sae menyandarkan kepalanya ke dadanya. "Itu akibat mencoba mengacaukan kencan kita!"

Ryuusei membenamkan kepalanya pada bahu kekasihnya, mencengkram pinggangnya, ketika merasakan tangan yang menepuk kepalanya dengan lembut. Ah sial, kekasihnya ini benar-benar meggemaskan, terlalu keren, hingga Ryuusei ingin memilikinya hanya untuk dirinya sendiri. Milikku, milikku, milikku.

Ia dapat merasakan tatapan kekasihnya. Sae menatapnya dalam-dalam, sebelum ia merasakan tangan yang menepuk kepalanya berhenti dan berganti menarik kerah mantelnya. Seolah mendengar pikirannya, Sae menyatukan dahi mereka, menatapnya dengan tatapan yang membuat Ryuusei semakin memuja. "Kau yang milikku."

Mendengar hal itu, Ryuusei mencoba memajukan wajahnya. Ia ingin mencuri ciuman yang semenjak tadi ia tahan, namun kekasihnya itu menarik diri dengan cepat dan mendorongnya menjauh.

"Ayo, aku lapar."

Ryuusei mengerjap, sebelum bibirnya menekuk dan merengek dengan nadanya yang biasa. Tungkainya bergerak, mengejar kekasihnya yang sudah terlebih dahulu berjalan, dan memeluknya dengan erat. "Eh~ Saee-chaaan, aku ingin cium! Ciuuuum!!"

Terdengar decakan, tetapi Ryuusei mengabaikannya. Malah memeluk kekasihnya semakin erat

"Saee-chan~"

"Diam, atau kau tak akan mendapatkan satupun hari ini."

"Kejam!"

Cool || shidosae✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang