Prolog

14 9 1
                                    

SMA ANTARTIKA. Sekolah Internasional dengan segudang prestasi, dimana siswanya hanya orang-orang tertentu saja yang dapat masuk dan harus berasal dari kalangan atas.

Segerombolan siswa laki laki tampan tengah memasuki area kantin dan menjadi pusat perhatian siswa siswi SMA Antartika. Dengan jaket yang melekat di masing-masing orang itu yang bertuliskan Gallaxion membuat semua orang tidak berani mengganggu dan mengusik mereka.

Diketuai oleh Madhavi Gautama Nalendra yang kerap dipanggil Dhavi. Yang merupakan anak dari Pengusaha no 1 di Indonesia yang mempunyai cabang dimana-mana. Memiliki wajah tampan dan badan yang atletis, membuat kaum hawa ingin bersanding dengannya. Dhavi terkenal dengan sifatnya yang dingin dan kejam, membuat orang tidak berani mengusik hidup nya. Tetapi, dia akan menjadi sosok yang hangat ketika bersama sahabatnya, yaitu Glara Maylafaisha Biantara. Gadis cantik dan pintar dengan seribu tingkah yang membuatnya banyak disukai orang.

Gallaxion memiliki wakil ketua, yaitu Zio Alixie Mahatama anak dari seorang Pengusaha yang membuka berbagai Restaurant dan Hotel Bintang 5 yang tersebar di berbagai wilayah. Mempunyai wajah tak kalah tampan dari Dhavi membuatnya banyak di sukai kaum hawa. Namun tidak ada yang berani mendekatinya karena sifatnya yang sama dinginnya dengan Dhavi. Dan susah ditebak membuat kaum hawa hanya bisa menjadi pengagum rahasia.

Kevan Davendra dan Javas Cakrawala. Anggota inti dari Gallaxion. Javas Cakrawala yang kerap di panggil Cakra adalah anak dari pengusaha tambang emas terbesar d Indonesia, memiliki wajah tampan dan sifat yang humoris membuatnya dapat mencairkan suasana. Berbeda dengan Kevan, yang merupakan anak dari keluarga Davendra yang memiliki sebuah club' terkenal dan membuka cabang dimana mana. Mempunyai sifat yang usil dan wajah yang tampan, membuatnya menjadi terkenal dan memiliki banyak mantan.

Dhavi terus berjalan dengan pandangan yang tajam dan sedang mencari sahabatnya, dia pun tersenyum ketika orang yang dia cari sedang memakan bakso, bersama teman-temannya di meja pojok dekat dengan meja khusus anggota Gallaxion.

"Pelan-pelan makannya, kaya gak makan seminggu aja," ujar Dhavi dengan mengusap lembut rambut Glara.

Glara yang merasa rambutnya di usap pun menoleh ke arah Dhavi dan tersenyum. "Laper banget tadi. Mapel Fisika bikin pusing," adu Glara pada Dhavi.

"Ehem, dunia serasa milik berdua aja ya gak Van?" Cakra mencibir sambil menyikut tangan kevan.

"Bener Cak. Kita mah ngontrak," ucap Kevan dramatis sambil meminum minuman Cakra.

Cakra yang melihat itu pun lantas memukul lengan Kevan, "Lo kalau ngomong ya ngomong aja. Gak usah pake minum minuman gue,"

"Sakit bangsat! Lo main pukul aja," ucap Kevan sambil mengusap lengannya yang dipukul Cakra.

Zio yang mendengar ucapan Kevan pun menatap tajam kepada Kevan. "Mulut lo harus di filter kayanya,"

Cakra yang mendengar itu pun merasa senang karena merasa di bela oleh Zio.

"Dengerin tuh bang Zio. Iya gak bang?" tanya Cakra sambil tersenyum kearah Zio. Sedangkan Zio sibuk memainkan ponselnya.

Kevan yang melihat itu pun tertawa dan meledek Cakra. "Ada yang di kacangin tuh. Hahaha,"

Berbeda dengan teman-teman Glara yang memutar bola matanya malas, karena melihat tingkah mereka berdua. Dhavi yang masih pokus ke Glara tiba-tiba teringat tujuannya untuk mengajak pulang bareng sahabatnya.

"Nanti pulang sekolah gue tunggu di parkiran. Awas aja kalau sampe lo duluan!" Glara yang mendengar itu pun menghela nafas, niatnya ingin ke mall bersama teman-teman nya harus di tunda.

"Iya nanti gue pulang bareng lo," Dhavi yang mendengar jawaban Glara pun tersenyum. Bunyi bel pun berdering, membuat semua siswa berhamburan pergi ke kelasnya tak terkecuali Glara dan Dhavi.

***

Bunyi bel pulang pun berdering membuat semua siswa siswi merasa senang, dan ingin cepat-cepat pulang untuk merebahkan dirinya di kasur yang lembut. Sama halnya dengan Glara. Yang saat ini berjalan menuju parkiran menghampiri sahabatnya yang sedang mengobrol dengan seorang cowo, entah dengan siapa tapi Glara tidak peduli.

Dhavi yang melihat Glara pun menoleh dan memberikan helmnya. "Ayo cepet naik," kata Dhavi sambil menunggu Glara memakai helmnya.

Glara pun berpegangan ke bahu Dhavi dan menaiki motor tinggi itu. Hanya keheningan yang menemani perjalanan mereka, Glara menyandarkan kepalanya di punggung Dhavi dan memejamkan matanya sebentar.

"Asal lo tau Dhav, kalau gue sebenarnya suka sama lo," lirih Glara dalam hati membuat nya merasa sesak dan matanya berkaca-kaca.

***
hierss
Agisnft

GlaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang