Sehidup Semati?

3 2 0
                                    

⚠️⚠️WARNING⚠️⚠️

Selama baca harus dengerin lagunya pokoknya, gamau tau!

.

.

.

Pertama, pernah nggak punya bayangan masa depan yang indah? Menua bersama pasangan yang kita yakini dan percayai seumur hidup. Menjalani hari berat dan suram, hari bahagia dan ceria bersama dengan orang yang berhasil kita pilih. Menjadi pilihan dan memilih pasangan hingga akhir hayat.

Di tengah ketidakseimbangan pemikiran dan finansial seperti sekarang ini, masih banyak juga kok pasangan yang bisa bertahan tanpa gangguan sedikitpun. Cekcok dan kesalahpahaman dalam berpasangan itu hal yang sudah sepatutnya dilumrahi, meninggalkan bukan lagi opsi jika pemilihan pasangan sangat sempurna.

Tak harus bergelimang harta, berparas rupawan atau berfisik seperti gatot kaca. Tak perlu sepintar bapak habibi tapi mampu membuat tersenyum setiap hari. Cerita kali ini datang dari sumber yang sangat aku kenali, cerita yang sampai sekarang aku yakini sebagai satu dan tidak ada lagi. Cerita sejati yang mampu membuatku tersenyum dan menangis sendiri, ini bukan sebuah akhir. Belum menjadi kisah yang patut dikenang atau banggakan, cerita ini masih akan berjalan. Dengan ada atau tidaknya pasangan, cerita cinta selalu bisa diceritakan.

Ini cerita tentang kedua Boyotku, orangtuanya kakek nenekku.

Aku selalu merasa beruntung karena diusia remaja aku masih bisa bersenda gurau dengan kedua boyotku, kebanyakan temanku bahkan sudah tidak bisa bercengkrama dengan kakek neneknya. Saat itu aku tidak memiliki firasat apapun, dari pagi sekolah hingga pulang rasanya seperti biasa, bersenang-senang dan melalui usia remaja dengan berbagai sambatannya.

Sampai saat aku pulangpun suasana masih biasa saja, bahkan ibu dan bapak yang saat itu masih bersama juga nampak tak ada kejanggalan. Tapi disore harinya ibu baru berbicara mengenai boyot kakungku yang dirawat dirumah sakit. Waktu itu mereka hanya bilang kalau boyot sering mengeluh cepat lelah dan sering terjatuh. Keluarga mengira itu hanya anemia, gejala darah rendah karena kurang tidur dan minum air putih.

Boyot kakung dan boyot putri adalah dua sosok yang usianya paling renta diantara semua anggota keluarga, tetapi juga yang semangatnya paling membara. Jarak rumah boyot kakung dan rumahku waktu itu hampir 40KM, tapi boyot yang sudah berusia sekitar 80 lebih itu masih tetap senang menggas motornya, sepeda motor yang dibelikan anak lanang terakhirnya. Sepeda motor yang selalu dibawa kemana saja, dibanggakan kesiapa saja, dan sudah membawa segala bentuk kenangan.

Sejak boyot kakung dikabarkan sakit, boyot jarang sekali main kerumah. Padahal dulu bisa sampai satu bulan sekali, kadang juga datangnya rombongan. Suka sekali kalo sudah lihat boyot kakung diatas motornya, terlihat sangat gagah diusianya yang sudah renta, ditambah boyot putri yang duduk manis dibelakang, duh jadi amat sangat terasa romansanya.

Boyot kakung itu pekerja keras, meski sudah tidak diperbolehkan kerja, tapi boyot kakung selalu lebih sibuk dari anak cucu nya yang masih muda, yang masih sekolah dan bekerja. Boyot kakung selalu ada saja pekerjaan atau ide yang dilakukan setiap hari, setiap jamnya. Entah itu mencari botol bekas, yang nantinya dikasihkan ke tetangga yang memang pencari botol bekas. Jadi boyot kakung bisa dibilang membantu mencarikan botol dan barang bekas lainnya, hasilnya sama sekali beliau tidak ambil. Atau kalau tidak ya membetulkan kursi, meja, atau dipan kasur yang dianggapnya tidak simetris. Apapun akan boyot kakung lakukan, istirahatnya saat sholat dan ke pengajian, atau saat anak-anaknya memaksanya untuk tidur siang.

Sedang boyot putri sendiri, menurutku pribadi biasa saja. Memang agak manja, karena kata ibuku dulu sebelum menikah dengan boyot kakung, boyot putri itu anak orang kaya. Jaman berapa tuh? 1940-an kalau nggak salah, dijaman segitu dulu punya rumah dua lantai dan sepeda mini itu sudah bisa dibilang kaya kalau didesa. Dulu boyot kakung dan boyot putri satu-satunya yang memiliki rumah dua susun dan sepeda mini. Ditengah-tengah hutan yang saat itu masih jarang sekali rumah, bahkan yang hanya terbuat dari bambu. Boyot kakung yang saat mudanya pekerja keras, gagah dan giat, bertemu dan berpasangan dengan dengan boyot putri yang lemah lembut, manja dan cantik.

Kertas BuramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang