PROLOG

73 19 191
                                    

Surabaya, 08 Januari 2018

Malam ini suasana taman lebih sepi dari biasanya. Terlihat seorang gadis duduk di salah satu bangku taman dengan senyum yang terulas di bibirnya terlihat sedang menunggu seseorang. Sesekali kakinya menendang kerikil, pandangan matanya tak lepas dari bulan yang bersinar indah. Helaan nafas gusar mulai terdengar, rasa antusias masih bergemuruh di hatinya.

“Haduh si juju mana sih, gak tau apa ya gue udah gasabar pengen ketemu dia, kangen begete.”  Dia kaylana, bergumam dengan alis menukik lucu.

Bulan malam ini menambah kesan indah tersendiri memang untuk bertemu seorang 'kekasih' tampannya itu.

Tak berselang beberapa lama terlihat sosok laki laki melambaikan tangan ke arah Kayla. Netranya menangkap sosok 'Juandra' kekasih tampannya tak jauh dari tempat dirinya duduk.

Akhirnya yang di tunggu tunggu datang juga.”

Juan mengambil space duduk di sebelah Kayla. Menatap netra coklat gadisnya, memberikan ulasan senyum tipis.

“Hai, udah lama ya nunggunya?”. Tangan Juan tergerak mengusak rambut Kayla.

Kayla tersenyum malu, “Ngga ko kak, Kay baru sampe beberapa menit yang lalu, oh iya kakak pasti ngajakin aku ketemu karena kangen? iyakan? aaaa kakak tau aja si kalo Kay kangen kakak banget.”

Raut wajah Juan berubah ketika teringat tujuan dia mengajak sang kekasih untuk bertemu. Sorot matanya terlihat sendu, namun ia berusaha untuk tetap tersenyum.

“Iya kangen, banget.”

Tangan kiri Juan beralih memegang pundak gadisnya sedangkan tangan kirinya mengusap pipi Kayla penuh kasih sayang. Sungguh, senyuman gadis itu membuatnya merasa lebih lega dari sebelumnya, perasaan gelisah yang biasa ia rasakan setiap malam berangsur membaik.

Netra hitam legamnya menilik menuju langit, ada Bulan. Satu dari segala hal yang indah di penjuru dunia.  Tangannya menelisik menuju lengan kanan Kayla, merengkuhnya dari samping.

“Bulannya indah ya?”

Kayla mengikuti arah pandang Juan, “Selalu, bersinar seperti kakak.”

Juan terkekeh, “kamu tau? bulan itu identik sama keharmonisan. Bulan itu ngajarin kita kalau gelap belum tentu gak ada cahaya sama sekali. Sama seperti kamu. Di balik kekurangan kamu, kamu punya kelebihan yang ga semua orang punya.”

Kayla mulai menyandarkan nyaman kepalanya di pundak kekasihnya.

“Gak cuma aku aja tapi kamu juga. Sampai sekarang masi banyak pertanyaan rumit tentang kamu yang gabisa aku cari jawabannya sendiri kamu terlalu semu dan tertutup.”

“Jangan cari tau, biar aja jalan seperti ini, nanti kamu juga bakalan tau”. Tersirat makna dari ucapan pria sipit itu. Kayla yakin.

“Terlepas dari itu semua, ada banyak hal yang aku takutin. Salah satunya kehilangan kamu. Rumah aku.”

“The moon is beautiful isn't it? kamu bakalan sama aku terus kan?”. Rasa takut berlebihan sering Kayla rasakan, tak sadar itu awal baru dalam bab yang berbeda dalam cerita mereka.

Juandra diam, ia bungkam.





To be continued..

NYCTOPHILIA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang