⁰¹

9 12 4
                                    

Sudah satu jam lebih sejak tadi seorang gadis berdiri di tepi jalan raya dengan tangan yang penuh. Gadis itu menyandang tas ransel berwarna hitam kesukaannya, dan di tangan kiri gadis itu terdapat Tote bag biru dengan berbagai perlengkapan sekolah di dalamnya, serta cardigan rajut berwarna putih yang ia sangkutkan di atasnya. Kemudian di tangan kanannya ada sebuah novel yang ia pinjam dari perpustakaan dengan sampul pink yang berjudulkan "The choice" karya dari Asri Aci.

Lama gadis itu menunggu namun tak kunjung mendapat jemputan. Kakinya pegal karena terlalu lama berdiri tanpa bergerak dan duduk. Ia lumayan bosan, jadilah gadis itu membuka acak halaman novel yang ia pegang kemudian mulai membacanya.

Sebenarnya gadis dengan netra cokelat kehitaman itu sudah selesai membaca habis tuntas novel tersebut, ia sempat ingin mengembalikan buku itu ke perpustakaan sekolahnya dan meminjam buku baru, namun tadi ia terlalu malas untuk berjalan ke perpus.

Teronggok sendiri, satu per satu orang yang menunggu jemputan bersamanya mulai pergi. Ia tak menyadari bahwa kini sudah sore hari, sialnya gadis itu tak memiliki arloji untuk sekedar mengecek sudah jam berapa hari ini.

Saat ia sedang asyik membaca ulang novelnya, sebuah mobil putih melintas membuat daun daun tersapu angin dan berterbangan dengan syahdu. Kini mobil itu berhenti tepat di depannya.

Gadis itu mulai bingung, mengapa mobil ini terhenti tepat di depannya. Ia mencoba mengacuhkan mobil itu dan bergeser sedikit, mana tau itu adalah jemputan untuk orang lain. Lagipula mana mungkin mobil itu datang untuknya, sedangkan keluarganya adalah keluarga sederhana. Lalu, ini bukanlah dunia wattpad yang didalamnya terdapat cerita-cerita manis dengan adegan romantis, sang pangeran berkuda putih yang datang pada seorang miskin sepertinya.

Ia cukup tau diri dengan tidak membayangkan hal hal yang tak akan mungkin terjadi padanya.

Namun, pintu mobil itu terbuka, menampakkan seorang Pemuda dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Pemuda itu memang tampak sangat keren dan tampan, gadis itu tak dapat memungkirinya.

"Hai, lu belum di jemput?" ujar Pemuda itu dengan menurunkan kacamatanya.

Gadis itu tentu terkejut bukan main, pasalnya ya memang ia tak pernah sempat memikirkan akan ada pemuda tampan yang bertanya padanya seperti saat ini. Ia adalah gadis yang cantik, bukannya terlalu pede, tapi selama ini ia selalu menjauhi para pemuda yang mencoba mendekatinya, saat inipun ia bingung harus merespon atau tidak. Tanpa berfikir panjang lagi ia pun memutuskan untuk sekedar beramah-tamah pada pemuda ini.

Ia tersenyum ramah pada pemuda itu "Hai juga kak, belum nih," jawabnya.

"Kenalin, gua Iyan. Raden Iyanza."

Pemuda itu mengenalkan dirinya dengan mengulurkan tangannya pada gadis di depannya itu. Gadis itu merasa pemuda di depannya ini jauh lebih tua dibanding dirinya jadi agar tak menghilangkan kesopanan ia akan memanggilnya dengan sebutan 'kak' saja, lalu ia menjabat tangan Iyanza dengan ragu-ragu dan mulai menyahuti.

"Salken, aku Aysha bila. Ah iya, kenapa kak Iyan berhenti disini? kakak mau jemput adik ya? atau siapa?"

"Okay Sha. Oh, nggak, gua anak tunggal. Ehm, kebetulan aja liat lu disini."

"Liat aku?" Tanya Aysha keheranan.

"Iya, gua mau nawarin tumpangan aja."

"Ah makasih kak sebelumnya, tapi aku tunggu Bunda aja jemputnya, karena biasanya juga Bunda yang jemput. Jadi gak enak nanti takut juga ngerepotin kak Iyan," ujarnya dengan nada canggung.

Iyan tersenyum simpul "Gapapa, santai aja kali," katanya.

"Tapi nanti Bunda aku nanya-nanya kakak siapa, takutnya dia kira aku pacaran sama kak Iyan."

Sepertinya Iyan memahami kondisi Aysha saat ini "Kenapa? ortu lu strict?"  tanya Iyan pada Aysha.
"Btw, jangan panggil gua kak dong, ga enak dengernya," sambung Iyan.

"Hehe, iya kak eh, Iyan?"

"Aduh, aku ga enak kak kalo panggil gitu, aku ini masih kelas sepuluh loh, gasopan nanti."

Iyan menatap wajah Aysha dengan wajah cerah, ia sangat tertarik pada gadis ini. Siapa sangka ia bisa tertarik pada bocil kelas sepuluh yang baru menempuh SMK.

"Lucu," refleks Iyan tanpa sengaja.

"Hah? lucu? apanya yang lucu kak?"

Iyan buru-buru menggelengkan kepalanya "Nggak," jawabnya tiba-tiba ketus.

'Dih, gajelas banget ni cowo' Batin gadis tersebut menggerutu. Ia jadi kesal karena pemuda itu.

"Yaudah ikut gua aja, lu gatau sekarang udah jam 5?"

Aysha memelotokan mata saking kagetnya, Iyan yang melihat itupun terkekeh geli melihat reaksi Aysha yang seperti itu,  menggemaskan Batin Iyan yang kagum dengan gadis itu, ia terlihat lugu dan polos.

love boombingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang