Nama Baik

161 30 26
                                    

🍒🍒Typo bertebaran🍒🍒

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karya_ by Lidwinsetya

🍂🍂Happy reading🍂🍂

_________________________________________

"Setidaknya aku sudah mencoba kuat untuk menerima. Jika pun itu kembali terjadi menimpaku, ku anggap semoga sebagai penggugur dosa-dosa ku"

~Gazala Nisa Albagaz~

🥀🥀

Untuk menjaga nama baik keluarga, tidak sedikit orang yang bersikap jaim ketika berada dalam lingkungan yang ramai. Mencoba bersikap cuek atau pun bersikap yang bukan atas kemauan dirinya. Begitulah ketika seseorang yang memiliki latar belakang dikenal banyak orang,  apalagi yang notabennya adalah pengusaha ternama, otomatis nama gelar orang tua bahkan sampai kakek buyut ikut menyertai di belakang nama.

Berkilah dengan sendirinya atau memang tidak meminta menerima itu semua. Perihal keterkenalan nama menjadi sebab beban bagi orang yang memang tidak siap dalam menyandang status terkenal. Ada pula dengan sebutan star syndrom.

Kini Gazala, Rasyid dan Zahwa berada di ruangan direktur tempat biasanya ruangan itu khusus  untuk bertemu klien atau rapat terbatas. Kini ketiganya berada dalam ruangan yang sama.

Gazala menyilang kedua tangannya di depan dada seolah mengatakan bahwa dia berkuasa di sini.  Ya, tentu saja ini menjadi moment pertama  bagi mereka.

Gazala melihat aura kegelapan dalam diri Zahwa. Bukan lagi sebagai orang yang merebut Rasyid darinya.

"Jadi, kalian berdua tidak ada yang ingin mengeluarkan suara? Atau perlu aku hancurkan isi ruangan ini biar kalian angkat bicara." Gazala memutar bola matanya jengah.  Ketika matanya beradu pandang  dengan Zahwa rasanya ingin sekali Gazala mencekik leher wanita itu.

"Kamu, wanita perebut kebahagiaan semua orang yang dekat dengan Abangku. Kamu, wanita serakah yang tidak ingin berbagi kasih sayang sejak dulu. Kamu, wanita yang ku rasa tidak tahu diri setelah semuanya berlalu padahal sudah berjalan hitungan tahun."

"Gazala, kamu kok nyalahin aku. Kamu lihat sendiri kan!  Abangmu Rasyid Misdaq Albagaz, memandang wanita lain padahal mereka sudah tidak lagi sah menjadi suami istri. Abangmu dan Nabila bermain di belakangku. Apa aku harus diam saja? Gak kan!" Ucap Zahwa  dengan dada naik turun. Intonasi suaranya cukup melengking.

Gazala beristighfar dalam hati ingin rasanya saat ini juga mencekik dan memutilasi wanita di hadapannya ini. "Kamu pikir dengan bersikap begini Abang ku tidak semakin muak? Kamu tahu harusnya aku sedang mempersiapkan acara pesta pernikahanku.  Kalau  bukan keponakan ku yang unyu merengek sambil mengadu karena orangtuanya bertengkar  di hadapannya. Kamu gak tahu bagaimana keponakanku ketakutan ketika mendengar suara teriakan. Kenapa saat ini aku datang kesini? Kamu pikir pakai otak mu Zahwa Salsabila Azur" Gazala nampak merah padam. Selama beberapa bulan ini, emosinya sudah terkendali, namun dihancurkan dalam sekejap mata oleh dua orang terdekat yang tidak jauh darinya. Gazala menggerakkan jari sambil menunjuk ke arah Zahwa.

Seandainya Kamu 4 (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang