SHIC - 36

38.7K 2.1K 96
                                    

Dua hari setelah kejadian Shella menangis di depan Yoga, dia kembali ceria. Ibu satu anak itu sudah melupakan perkataan Arista. Karena Yoga, suaminya lebih perhatian dan lebih mengutamakannya, hubungan mereka pun kembali semakin membaik. Mereka kembali serius menjalani rumah tangga, tidak ada lagi perdebatan hebat, keegoisan atau suara umpatan seperti dulu. Hanya sesekali mereka sedikit berdebat karena mengalah, bersikukuh mengalah. Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, perdebatan yang mereka lakukan sebelumnya bukan karena mengalah, melainkan karena keras kepala, bersikukuh bahwa mereka yang paling benar.

“Gimana masakan gue?” Tanya Shella. Ia menunggu suaminya makan lebih dahulu, mencicipi hasil eksperimennya. Semua pengetahuannya telah di arahkan untuk membuahkan hasil gulai yang enak. Agar tidak seperti biasa ia buat, asin, hambar atau kurang masak. Meski sebelumnya ia sering memasaknya.

Yoga manggut-manggut “Udah banyak kemajuannya. Enak” Jawabnya, membuat Shella mengembangkan senyum. Ia kemudian mencoba hasil masakannya dan senyumnya kembali tersungging dan membenarkan ucapan suaminya. “Kalau lo terus berusaha, lama-lama masakan lo akan lebih enak dari pada makanan di restaurant” Kata Yoga. Shella kagum sehingga pipinya merona. “Itu sama halnya seperti kita, kalau kita berusaha menjadi lebih baik. Kita pasti akan berhasil meski tantangannya banyak” Tambah Yoga

“Iya. Makasih, ya”

“Buat apa?”

“Semuanya” Shella dan Yoga sama-sama tersenyum lalu mereka kembali melanjutkan makan. Sesekali mereka saling melirik dan pandangan mereka bertemu membuat Shella makin merona.

Setelah selesai makan mereka duduk di sofa sambil menonton. Hari ini mereka tidak masuk kuliah, hanya nanti siang Yoga kerja. Kali ini mereka tidak lagi berebutan sofa untuk di tempati atau rebutan remote televisi.

Shella kemudian beranjak ke kamarnya melihat keadaan Adel, bayi mereka yang baru saja menangis. Setelah selesai mengganti popok bayinya, Shella keluar dari kamarnya dan menghampiri Yoga, suaminya yang masih duduk di sofa sambil menonton.

Sebelum Shella menghempaskan pantatnya di sofa, Yoga menariknya hingga istrinya duduk di pangkuannya. Shella memekik kaget lalu Yoga melingkarkan tangannya di pinggang Shella dengan possessif. “Gimana Adel?” Tanyanya pelan di telinga Shella.

Shella menunduk untuk menyembunyikan wajah merahnya karena jantungnya tidak bisa diajak kerja sama “Adel udah tidur lagi” Gumannya pelan.

Mereka kemudian hening, Shella masih menunduk dan memilin-milin ujung bajunya, ia tidak berani mengangkat kepala atau menatap suaminya. Jantungnya terlalu bersemangat memompa darahnya sehingga membuat Shella hampir meledak. Yoga mengangkat dagu Shella mengarahkannya di depan wajahnya sambil berguman “Makasih ya, lo udah mau serius sama gue” Senyum Yoga mengembang, ia menyelipkan rambut Shella ke belakang telinganya. Jujur saja, ia tidak memiliki topik untuk di bahas. Keadaan mereka begitu canggung sekali.

Shella membalasnya dengan senyuman dan anggukan “Maaf ya, kalau aku masih sering keras kepala. Aku akan lebih berusaha. Kalau aku susah di atur, ngga mau mengalah. Kamu jangan bosan ngingetin aku, ya” Ucap Shella memandang wajah suaminya harap.

Yoga menyerngit “Aku? Kamu?”

Shella mengangguk “Kamu ngga suka? Kalau gitu kita pake lo – gue, aja lagi” Ucap Shella cepat.

Yoga menggeleng “Aku suka. Aku suka kita pakai ‘aku – kamu’ ngga usah di ubah lagi” Ucap Yoga

“I..i.. iya..!” Jawab Shella gugup. Yoga memegang pipi Shella lalu mengecup lama kening istrinya. Lalu beralih pada mata kanan kemudian kiri. Kemudian pipi kanan lalu kiri. Setelah itu, Jarak diantara mereka semakin dekat, kening dan hidung mereka telah bertemu. Shella telah melingkarkan kedua tangannya pada leher suaminya.

“Aku suka dengan usaha perubahan kamu. Jangan berhenti atau bosan, ya.” Kata Yoga pelan. Shella senyum lalu mengangguk. Pipinya semakin merah atas pujian suaminya. Yoga kemudian mengecup bibir Shella, istrinya “Aku harap kita akan selamanya seperti ini, kamu terus di sisiku menjadi pendampingku dalam suka dan duka”

Shella bersender di dada suaminya “Aku janji, aku akan terus di sampingmu dan berusaha menjadi lebih baik lagi untukmu” Ucapnya senyum. Yoga mengelus-elus rambut istrinya sambil berguman terimakasih, kemudian dia mengeratkan pelukannya. Begitu nyaman sehingga dirinya ingin di posisi itu lebih lama lagi.

Dengan rasa malas Shella memaksa membuka mata, ternyata sudah siang. Pasti ia ketiduran di pangkuan suaminya. Sehingga seperti biasa, Yoga memindahkannya ke kamar. Senyumnya kembali mengembang saat mengingat moment indah itu. Ia tidak pernah menyangka mereka akan serius. Yang Shella pikirkan selama ini hanya Adel, ia tidak ingin bayinya tidak memiliki sosok ayah. Shella hanya ingin di masa kecil Adel, bayinya merasakan bagaimana rasanya memiliki ayah. Seperti ia dulu, ia begitu bahagia karena memiliki seorang ayah, papa yang sangat sayang padanya. Menggendong dan memeluknya setelah papanya kembali ke rumah.

Lamunan Shella terbuyar saat sebuah tangan memeluk pinggangnya dan tengkuknya terasa panas karena hembusan nafas. Ia kemudian berbalik dan melihat Yoga masih tidur pulas di sampingku. Ia baru menyadari dimana kini mereka berada. Ini bukan kamarnya atau ruang tamu. Ini adalah kamar Yoga, Lengkungan bibirnya semakin tertarik ke atas lalu menempatkan tangannya di wajah suaminya. Hangat, itu yang dirasakan saat tangannya bersentuhan dengan pipi suaminya. Yoga menggeliat dan membuka mata “Kamu udah bangun?” Tanyanya

Shella mengangguk lalu menggeser tubuhnya pada Yoga. Memeluknya begitu erat dan menelenggelamkan wajahnya pada dada suaminya “Apa aku membangunkanmu?” Tanyanya. Ia kembali tersenyum, sekarang mereka telah menggunakan kata ‘aku-kamu.’

“Sama sekali nggak” Jawab Yoga membalas pelukan Shella. Ia juga tersenyum. Sekarang ia benar-benar tertular tukang tidur seperti istrinya.

Shella melepaskan tangannya dari Yoga lalu menatap wajahnya “Kalau gitu, bangunlah, bentar lagi kamu masuk kerja” Ucapnya setelah beberapa saat kemudian.

Yoga menariknya kembali “Tunggu bentar lagi, aku masih ingin memelukmu, seperti ini” Ucapnya. Ia begitu nyaman berada di samping istrinya, ia menyukai semua yang ada pada Shella. Tak bosan-bosannya ia menghirup aroma wangi rambut panjang Shella. Hei! Kemana saja ia selama ini? Kenapa baru sekarang menyadari itu? Kenapa baru sekarang ia mengetahui kalau rambut istrinya wangi. Apa selama ini ia tidak pernah mencium aroma rambut Shella yang sering ia jambak sebelumnya? Dan kenapa selama ini ia tidak pernah membawa istrinya kekamarnya.
Yoga menghela nafas panjang mengingat semua kilasan demi kilasan masa lalu mereka. Ia merutuki dirinya yang tidak mau mengalah dengan Shella. Ia membiarkan anak dan istrinya tidur di kamar kecil yang hanya beralasan tilam kecil dan tipis. Sementara ia tidur di kamar yang lumayan luas dan kasur lebar serta empuk. Ia kembali menyesal di saat Shella meminta tukaran kamar padanya beberapa minggu yang lalu setelah malamnya ia menggunting kuku dan mencongkel semua pernak-pernik kukunya secara diam-diam.

Sungguh, ia merasa sangat egois sebagai laki-laki, seorang suami untuk Shella dan seorang ayah untuk Adel, bayi mereka.

***
TBC

Bks, 27.02.17

Ceileh.... Mesrah mesrahan. Kwkwkwkwkwk.
Jones kasian, bisanya gigit jari hihi.

Pengen cepet namatin SHIC. Biar yang lain cepet dilanjut 😂😂

Ini dulu lah ya. BR jangan ditanya. Filenya ada di laptop. Dan aku gapunya laptop lagi. Gabisa kebuka.  Data di hp cuma SHIC dan MY Maid.

(S)He Is Crazy [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang