- PROLOG -

5.6K 290 0
                                    


Jingga terpancar di langit pada balutan pukul 5 sore. Terdengar suara tawa yang menggema, bocah laki-laki yang tengah memeluk boneka beruangnya bersorak gembira ketika sang Ayah menuruti permintaannya

Mobil hitam yang membawa sepasang suami istri, beserta anak bungsunya. Melaju pelan membela jalanan sore, candaan-candaan terlontar ketika sang kecil aktif berbicara

Tak menyadari, truk dari arah berlawanan menghantam mobil keluarga bahagia itu. Menewaskan dua orang dewasa, sementara bocah lelaki itu menangis dalam dekapan hangat sang bunda.

Langit jingga yang semulanya cerah, kini redup dan menumpahkan tetesan air. Seolah kedatanganya membawa berita duka, kesedihan, bagi mereka yang merasakannya

Menyaksikan kedua orangtuanya terkapar, sang bunda yang tak lagi menampilkan senyum indahnya.

"Kamu senang kan, sekarang aku ga punya ayah sama bunda"

"Gara-gara kamu aku kehilangan orangtua ku"

"Kamu itu pembunuh, Aidan"

"Seharusnya, Lo yang pergi"

Sejak saat itu, ia sadar. Kepergian ayah dan bundanya berhasil menghapus rasa sayang kembarannya, rasa sayang seorang Abang yang dulunya sangat menyayanginya.

Jika ia meminta pada tuhan, bisakah ia saja yang menggantikan ayah dan bundanya. Dari pada menahan sakit pada fisik dan batin yang tak kunjung menyembuh.


Publis, Medan, 11 Jan 2023
Revisi, Medan, 14 nov 2024

Publis, Medan, 11 Jan 2023Revisi, Medan, 14 nov 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surat Dari Adek | Jeno Haechan [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang