"hah...hah...hah" aku menyandarkan punggungku di sisi cermin besar ruang latihan. Hoshi benar-benar menghajar kami habis-habisan -seperti biasa. "Hoshi, sebaiknya kita istirahat sebentar" itu Seungcheol yang bicara. Hoshi, meski wajahnya masih belum sepenuhnya puas dengan latihan kami, akhirnya mengangguk setuju pada Seungcheol.
"Apa kalian tidak haus?" Mingyu mengatakan itu sambil menyebarkan pandangannya ke arah member. Aku tahu dia sebenarnya sedang memberi kode untuk meminta seseorang membelikan sesuatu, karena di ruang latihan sudah ada berbotol-botol minuman dengan berbagai macam jenis. "Apa kau mau membelikannya?" sahut Dokyeom mendahului niat Mingyu. Aku menarik sisi kanan bibirku, gambaran situasi yang sering terjadi mulai terlintas dalam otakku. Mereka akan menghabiskan waktu istirahat untuk saling suruh.
Ah, manager kami hari ini sedang melakukan rapat untuk kegiatan kami selanjutnya. Well, ketika artisnya memiliki banyak jadwal, staff akan memiliki lebih banyak kesibukan. Hal yang bagus untuk menjadi sibuk. Setidaknya daripada menganggur dan tidak menghasilkan apapun, sibuk -sampai hampir mati karena lelah mungkin lebih baik.
"Lagu barumu bagus, music videonya juga keren, aku sudah menontonnya. Kudengar, Hoshi sempat datang ke lokasi. Maaf aku tak punya cukup waktu untuk melihatmu kemarin" suara Seungcheol di sampingku mengalihkan perhatianku dari keributan 'siapa yang mau belikan americano?'. Aku menepuk pundaknya, "Santai saja, kau sudah cukup memberikan dukungan. Terima kasih". Seungcheol tersenyum dan balas menepuk pundakku, "Sekarang aku harus memikirkan solusi untuk keributan di sana, sebelum Mingyu benar-benar berangkat dan menumpahkan semua minumannya" lanjutnya. Aku terkekeh, "Biar aku yang melakukannya" putusku.
-My Beautiful Reality-
Akhirnya aku berangkat untuk membeli minuman yang mereka inginkan. Tidak jauh, ada sebuah coffee shop di dekat gedung perusahaan kami. Sedikit berjalan tanpa diikuti kamera seperti ini sangat membantu membuatku rileks. Memperhatikan detil awan dan menghirup udara segar -meski dari balik masker sepertinya sudah sangat lama tidak kulakukan. Belakangan ini jadwal kami benar-benar padat, kami bahkan belum libur setelah world tour.
Meski begitu, berjalan dengan pakian serba tertutup begini tidak serta-merta membuat orang-orang mengabaikanku. Beberapa dari mereka sepertinya mengenaliku, namun syukurlah, mereka cukup sopan untuk tidak menyapaku. Bukan berarti aku tidak suka bertemu dan menyapa fans, tapi, ya, aku juga ingin punya waktu untuk hidup sebagai seorang Vernon. Hanya Vernon.
Aku sampai di depan coffee shop. Aku hendak membuka pintu kaca itu. Namun, tanganku tertahan di gagang pintu karena telingaku menangkap suara halus seseorang menyanyikan bait yang sangat aku kenal. Itu laguku, Black Eye, sedang dinyanyikan 'dengan sepenuh hati' -kurasa oleh seorang gadis di meja kasir.
Posisinya membelakangi pintu, jadi kurasa dia tidak tahu ada aku di depan pintu. Aku menimbang, haruskah aku masuk saja atau pergi saja kembali ke ruang latihan. Kalau aku masuk, bagaimana reaksinya? Kurasa dia akan malu, apalagi saat tahu aku yang datang. Seorang pria dari video music yang dia tonton sedang menontonnya menyanyi dengan sepenuh hati.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap masuk. Aku sudah akan memasang wajah ramah dan berusaha agar tidak membuatnya malu. Bunyi lonceng di atas pintu membuatnya terlonjak dan menghentikan 'aktivitasnya'. "Selamat datang" sapanya sembari membungkuk. Tapi, ada yang aneh dari gadis di hadapanku. Dia menyapaku di arah yang salah.
Aku masih diam memperhatikannya. Dia kemudian meraba-raba sesuatu di depannya. Tangannya akhirnya menyentuh meja di samping tubuhnya, "Ah, sebelah sini ternyata" gumamnya yang masih bisa kudengar "selamat datang" ulangnya.
Akhirnya aku berhadapan langsung dengannya. Aku menatap lurus pada matanya. Aku langsung menyadarinya. Gadis di hadapanku ini.... buta.
"H-halo," ulangnya. Kurasa dia mulai takut ketika aku tak kunjung menjawab sapaannya. "Halo, maaf tadi aku tidak sengaja melihatmu asik menonton-" stupid Vernon! Apa maksudmu dengan menonton?! "-ma-maksudku, tadi kau sepertinya sangat menikmati musikmu, jadi aku takut mengganggu, tapi aku harus membeli sesuatu jadi," sudahlah Vernon, tutup saja mulutmu!
KAMU SEDANG MEMBACA
[VERNON] My Beautiful Reality
FanfictionAda keheningan yang terasa tak nyaman selama sepersekian detik. Aku hanya menyaksikan bagaimana mata itu perlahan menyipit dan kedua sudut bibir itu melengkung ke atas. Angin musim dingin malam itu berembus pelan. Membelai rambutnya yang luput dari...