#3 Tell Me, If It's Real or a Lie

3 1 0
                                    

Aku bisa melihat Rani menepuk jidatnya dalam jarak pandangku. Aku pun merutuki diriku sendiri, entah mengapa aku malah mengatakan hal bodoh seperti itu. Aku hanya merasa, aku akan canggung dengan Yuri jika aku mengatakan kalau aku adalah salah satu member dari grup yang dia amat sukai.

"Ap-apa kau bilang?" Yuri memasang raut wajah tidak percaya. Tangannya mulai meraba ke arahku, dia mencoba untuk meraih tanganku. Sekarang, aku tidak tahu degup jantung ini karena tangan Yuri menyentuh tanganku atau ini hanya reaksi normal saat kau mengatakan suatu kebohongan.

"Jadi, kopi-kopi kemarin itu untuk.." Yuri menggantungkan kalimatnya. Segera aku menyahut "Untuk Seventeen! Iya! Ahaha! Aku bekerja di Hybe, Yuri. Makanya... ahahaha" aku sangat berusaha untuk tak terdengar kikuk. "Rani! Kau dengar? Hansol ternyata adalah manager Seveteen! Waah!" Yuri sangat senang mendengar kalau aku adalah manager Seventeen. Seandainya, aku mengatakan kalau aku adalah Vernon, bagaimana reaksinya.

"Nah, sekarang, aku akan membantumu untuk bertemu dengan mereka" ujarku kemudian. Yuri memasang raut serius "Apa bisa?" tanya Yuri. "Tentu saja bisa, mereka orang baik, pasti mau bertemu denganmu" jawabku. Kurasakan, genggaman tangan Yuri menguat di tanganku. Aku bisa merasakan betapa antusiasnya dia membicarakan hal ini.

"Tapi, aku perlu untuk membicarakan waktunya dulu, kapan mereka bisa bertemu. Tapi, untuk sekarang, katakan padaku, siapa member yang paling kau sukai? Aku akan meminta tanda tangannya dan kau bisa memajangnya di tokomu". Agenda meminta tanda tangan sama sekali tak ada dalam pikiranku. Aku hanya ingin tahu saja, siapa member yang paling Yuri sukai.

"Aku suka semuanya, Hansol"

"Ehey! Pasti ada, kan satu saja member yang paling kau sukai! Ma-maksudku, aku, kan tidak bisa tiba-tiba meminta tanda tangan semua member. Tanda tangan mereka itu mahal, tahu!"

Yuri tampak berpikir, lalu secercah senyum yang sangat manis muncul di wajahnya. "Baiklah, kalau begitu, aku mau tanda tangan...."

-My Beautiful Reality-

Choi Seungcheol. Tak pernah terpikir olehku nama itu akan keluar dari mulut Yuri. Well, aku memang sedikit -hanya sedikit berharap bahwa dengan ekspresi penuh antusias dan senyum manis itu ia akan menyebutkan namaku.

"Tiba-tiba minta tanda tangan?" tanya Seungcheol ketika aku menyodorkan selembar kertas dan spidol. "Y-ya, seorang fan minta tolong padaku. Dia bilang sangat, sangat, sangat menyukaimu, jadi aku bilang akan memberinya tanda tanganmu" jawabku panjang lebar. Seungcheol menaikkan sebelah alisnya, lalu sedetik kemudian sudut kanan bibirnya terangkat menampilkan seringai yang tidak menyenangkan.

"Apa dia cantik?"

"Ap-apa?"

"Hmmm, cantik rupanya. Kapan-kapan perkenalkan padaku ya" ujar Seungcheol sambil menandatangani kertas yang kubawa. Aku berdehem tak nyaman, merasa seperti anak SMA yang baru saja dipergoki kakaknya sedang berpacaran. "Untuk siapa tanda tangan ini?" tanya Seungcheol lagi. "Sudah kubilang untuk fan" jawabku sedikit ketus. Seungcheol mendongakkan kepalanya menatapku, mungkin sedikit kaget "Aku tahu, tapi pasti si 'fan' ini punya nama, kan?".

Apa yang baru saja aku lakukan? Mengapa aku jadi begitu salah tingkah di hadapan Seungcheol. "Y-yuri, Seo Yuri" jawabku. "T-tolong tuliskan juga, 'semoga tokomu selalu ramai pelanggan' d-dia mengelola sebuah coffee shop, ngomong-ngomong" nada gugup apa itu Vernon?! Sungguh, seperti bukan dirimu saja.

Seungcheol menyerahkan kembali kertas betanda tangan itu. "Jadi dia yang kau temui saat itu? Pantas saja lama sekali kau beli kopi waktu itu" canda Seungcheol sambil menepuk bahuku.

[VERNON] My Beautiful RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang