.
.
.
Dibawah kubah aula yang tersinari oleh cahaya keperakan bulan, Jeno dan Jaemin saling merengkuh satu sama lain, sembari menikmati gejolak gairah yang menggebu-gebu dalam diri mereka diiringi alunan musik orchestra yang seakan melantunkan melodi cinta.
Keduanya, saling bertatapan lekat. Bahkan karena terlalu terpaku pada satu sama lain, mereka melupakan sepenuhnya semua orang yang sedang memandang mereka antara terperangah kaget, kagum dan juga iri, siapapun pasti akan mengakui bahwa keduanya begitu pantas bersanding, seakan mereka memang diciptakan untuk satu sama lain.
Tampan dan cantik. Keanggunan Jaemin, kegagahan rupa Jeno, keindahan keduanya begitu memukau. Semua orang tentu setuju, bahwa Jaemin lah yang paling sesuai untuk berada di sisi Jeno, dan Jeno pun pasti ingin memiliki Mawar Putih Astaroh itu, terlihat dari tatapan penuh posesi seakan Jeno telah memutuskan Jaemin adalah miliknya.
Mungkin dia sedang memikirkan, bagaimana cara memberikan tanda kepemilikannya kepada Jaemin. Sampai-sampai Jeno enggan berpaling karena khawatir, Jaemin lepas dari pandangannya dan terenggut dari tangannya. Ia tidak akan pernah membiarkan siapapun mendapatkan Jaemin. Hanya ia yang bisa memilikinya.
Bahkan setelah alunan musik itu terhenti, Jeno enggan melepaskan Jaemin dari tangannya. Jaemin tidak bisa berbuat apa-apa saat dirinya ditarik paksa oleh Jeno keluar dari lantai dansa, sedangkan musik dansa kembali dimainkan. Jaemin menoleh pada kedua orang tuanya yang hanya diam, tidak bisa berbuat apa-apa. Ia berusaha menyesuaikan kecepatan langkah kakinya dengan Jeno ketika ia dibawa keluar dari aula, menuju taman kekaisaran.
Jeno mengeratkan tautannya pada tangan Jaemin. Enggan membiarkan Jaemin jauh darinya. Mereka menyusuri jalan-jalan concrete setapak hitam yang disisi kanan dan kirinya adalah hamparan luas bunga mawar merah. Jaemin memandang takjub bulan purnama yang berpijar terang, menyinari taman itu.
Angin menerbangkan kelopak-kelopak mawar sewarna darah yang bersatu dengan guguran salju, seakan menghujani dirinya dan Jeno. Jaemin menghirup dalam-dalam aroma harum semerbak satu-satunya bunga yang tumbuh di dunia bawah itu.
Lantas, dari kejauhan Jaemin melihat gazebo yang dipenuhi oleh rambatan dan sulur-sulur mawar hitam. Sepertinya Jeno berniat membawanya menuju ke gazebo itu. Dan benar saja, saat mereka sampai, Jeno menariknya untuk duduk di undakan tangga gazebo itu. Jaemin pun patuh dan duduk disebelah Jeno.
"Sebenarnya, kenapa Yang Mulia membawa saya kemari?"
"Aku ingin berdua bersamamu. Aku ingin lebih dekat dan lebih mengenalmu. Ceritakan lebih banyak tentang dirimu. Bagaimana kastil putih mungkin? Dan kehidupanmu disana."
"Tidak ada hal menarik tentang saya yang bisa dibicarakan, Yang Mulia. Kastil putih membosankan, tidak semenarik kastil hitam dan yang bisa saya lakukan hanya berada dikamar dan membaca buku. Saya juga tidak memiliki banyak teman. Saya bukan seseorang yang istimewa,"
"Bagiku tidak terlihat seperti itu. Aku ingin tahu semua hal tentang mawar putih Astaroh. Aku sangat tertarik untuk mengetahui segalanya."
Jaemin menghindari tatapan Jeno saat kulit punggung tangan Jeno yang dingin membelai pipinya lembut. Ia nyaris tersenyum ketika mendapati sepasang netra rubi itu berkilat saat memandangnya.
Jaemin benar-benar salah tingkah karena ia sangat menyukai tatapan penuh hasrat dan damba dari sang Dark Prince. Jantung Jaemin berdegub kencang dan dia tahu ada yang salah dengan dirinya. Ia senang karena pangeran mahkota Astaroh itu menginginkannya.
"Aku ingin bertemu denganmu setiap waktu. Sayangnya, aku tidak bisa pergi ke kastil putih untuk menemuimu. Apakah kau mau datang ke kastil hitam jika aku mengundangmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Rose | ft.Akina_Ra
Fanfiction🌹🍁 Mawar terkutuk ditengah kegelapan. Kecantikan mematikan ditengah kelamnya dunia bawah. Tentang iblis yang memimpikan kehangatan.