part 1

2 0 0
                                    


Mataku mungkin saja minus dan memiliki kekurangan tapi hati dan perasaanku tau kepada siapa orang yang selama ini jadi pemiliknya


Seorang gadis berhijab syari nampak terburu-buru keluar dari lift dan menuju ke kelasnya. Berlomba dengan jarak dan waktu membuat ia teledor dan menabrak apa saja yang ia lewati saat sudah dekat dengan pintu kelas nya, tiba-tiba dia menabrak seseorang yang membuat buku-buku nya jatuh berserakan.

Brakk

" aduh pake acara jatuh lagi" gadis itu berdecak kesal karena bisa ia pastikan ia akan terlambat masuk kelas

"Sorry" sapa sebuah suara dari arah belakang sang gadis

Degg, suara ini... apakah dia sedang berhalusinasi saat ini? Mengapa dia bisa mendengar suara yang sudah lama tidak ia dengar? Mengapa perasaan ini tiba-tiba bergejolak, mungkin kah dia kembali? Dengan perasaan campur aduk, dia kembali membereskan buku yang terjatuh di lantai. Saat ia membalikan tubuh untuk melihat siapa pemilik suara itu, terlambat. Sang pemilik sudah memasuki lift, sekilas ia bisa melihat dari belakang bayangan orang itu.

Degg, lagi-lagi ia terkejut, pupil mata nya sedikit membesar, kaki nya terasa seperti jely karena begitu lemas. "Tidak mungkin... apakah dia kembali?" Cicit nya dengan nada sedih.

Drtt, pintu kelas nya terbuka menampilkan sosok dosen yang baru saja keluar kelas "loh Aluna kenapa kamu masih ada di luar kelas?" Ujar sang dosen terkejut.

"Maaf pak Dion, Aluna tadi terlambat masuk" ujar si gadis sambil menundukan pandangan nya.

"Yasudah kamu silakan masuk, bapak mau ke toilet dulu" pak Dion pergi ke arah utara untuk ke toilet dan meninggalkan Aluna sendiri.

"Baik pak" sembari membuka pintu kelas, dia duduk di kursi paling depan yang tidak terisi dengan mahasiswa lain. Ah selalu seperti ini 'gpp bertahan yah Aluna, sebentar lagi kok setelah ini kamu gak akan bertemu dengan mereka lagi. Ah dia jadi merindukan kehidupan masa SMA nya' dia tersenyum kecut memikirkan 3 tahun yang sudah ia alami disini.

" Byantara Arsenio Pradipta apakah suara orang yang menabrak ku tadi itu suara kamu?" Gadis berhijab syari itu terkekeh pelan dengan pemikiran nya sendiri.

*********
Tampak di sebuah kafe depan kampus terdapat dua orang wanita yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Gadis berpakaian syari dan hijab berwarna hijau sedang menyelesaikan tugas nya, terbukti dari beberapa tumpuk buku dan laptop yang ada di depan nya, sedangkan gadis satu lagi berhijab pink tengah sibuk memainkan makanan nya. Sang gadis tampak tidak fokus dengan sekitar.

"Lun,menurut lo untuk tugas pak Dion baiknya gue ambil ppt warna apa yah?"

5 menit menunggu tak ada tanggapan dari gadis berhijab pink itu, sang sahabat berdecak sebal hingga menimbulkan kerenyitan di dahi gadis berhijab hijau tersebut.

"Lun, perasaan dari tadi gue perhatiin lo gak fokus deh" bukan tanpa sebab Syarifah berkata demikian, sebenarnya dia sudah memperhatikan gadis di depan nya ini dari. Tatapan mata yang kosong dan tangan yang sibuk memainkan makanan dari sejam yang lalu.

"Eh, maaf ri lo tadi nanya apa?"

"Ck lupain, sekarang gue tanya ke lo. Sebenarnya lo kenapa? Ada masalah? Mereka nyusahin lo lagi Lun?"

Sedikit banyak riri tau masalah yang gadis ini hadapi 3 tahun belakang berdampak sangat signifikan dengan perubahan sahabat yang sudah ia kenal sejak kecil ini.

"Eh engga kok, kalau masalah itu mah udah biasa gue hadapin hehe" Aluna terkekeh kecil, Syarifah hanya menghela nafas mendengar penuturan sahabatnya itu. 14 tahun tumbuh bersama dia bisa mengetahui ada kesedihan dibalik tawa nya.

"Jadi masalah apa yang lagi lo pikirin?" Riri melanjutkan kembali aktivitasnya yang sempat tertunda sambil sesekali menyesap juice yang ia pesan.

"Menurut lo mungkin gak sih dia kuliah disini?" Pertanyaan itu membuat sang gadis mengerenyitkan dahi, dia siapa yang Aluna maksud? Selama ini sahabat nya tidak pernah terlihat dekat atau di dekati lawan jenis kecuali saat masih sma. Yapps, sahabatnya ini bisa dibilang gatal saat itu, eh maksudnya ada banyak yang dia suka walaupun ujung-ujungnya tertolak haha.

Melihat tatapan dari sang sahabat, Aluna menghembuskan nafasnya lalu membuat gestur mengangguk seolah tau apa yang ingin disampaikan si penanya meskipun tanpa suara.

"Uhuk uhukk beneran Lun?" Dia sampai terbatuk-batuk karena gak percaya dengan pemikiran nya sendiri. Gak mungkin kan dia yang dimaksud oleh Luna adalah 'orang itu' sial hampir saja ia tertawa tapi melihat ekspresi sang sahabat yang datar dan serius membuatnya tidak jadi.

"Ehem, maksud gue gak mungkin kan orang yang lo maksud itu 'dia' karena heyy itu terlalu mustahil girl" ujarnya sambil menekankan kata 'dia' dan menaik turunkan kedua jari telunjuk dan tengah.

"Huft gue harap juga gitu tapi gue benar-benar melihat dia ri. Setelah gue telusuri dan ingat-ingat lagi semua kemungkinan yang akhir-akhir ini terjadi menunjukkan ke sosok dia"

"Tapi lo tau sendiri kalau dia itu balik ke Jakarta Lun. Mungkin lo terlalu rindu dia, itu yang buat lo halusinasi ngeliat orang lain yang mirip dia"
Riri menarik nafas sebentar untuk memberi jeda.

"Emang lo liat dimana? Udah lo pastiin kalau itu dia? Lagian yah, lo itu mata nya minus mungkin aja yang lo liat itu orang lain lun" Sambung nya

"Mata gue emang minus tapi bukan berarti mata gue buta Ri. Emang sih gue liat dia saat dia udah mau masuk lift.."

"Nah bener kan yang lo liat itu orang lain Lun, so stop buat jadiin halusinasi lo jadi nyata. Gue tau lo terbiasa baca dan nulis wattpad tapi itu semua gak nyata Lun, cmon kita ini real kehidupan kita ini ada di tangan Tuhan bukan di tangan author. Gak ada ceritanya orang yang jelas-jelas ada di luar kota tiba2 balik kesini"

"Ri please deh gue belum selesai bicara" gadis berhijab pink itu memutar bola mata nya malas, sahabat nya itu bisa dibilang sangat cerewet persis seperti dia waktu SMA.

"Oh hehee yaudah lanjutin" Syarifah terkekeh dan mencomot kentang goreng yang ada di depan nya.

"Gue udah tau lo pasti bilang gitu..." saat sang sahabat bersiap mau memotong ucapan nya lagi, dia bersedekap "Ri diem yah, gak sopan potong pembicaraan orang lain" setelah memastikan sang sahabat mengerti ucapan nya, Luna melanjutkan lagi apa yang ingin dia sampaikan.

"Mata gue mungkin aja bisa salah liat karena kekurangan gue tapi hati gue gak mungkin bisa salah memilih untuk siapa dia berdetak kencang Ri. Tangan dan kaki gue juga kompak seakan ikut membenarkan perasaan dejavu itu"

" perawakan tubuh dan dingin nya suara orang itu sama persis dengan pemilik hati gue. Ya dia seperti orang yang sama dengan sosok Byantara Arsenio Pradipta"

untuk ArsenioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang