Chapter 2

72 4 10
                                    

Aphrodite menatap rokok dan pematik Deathmask yang kini berada di tangannya. Satu ciuman sebagai ganti satu rokok. Tawaran yang ia lontarkan beberapa saat yang lalu itu terpajang jelas di benaknya. Ia mendesah selagi perasaan ragu merayapi hatinya. Entah mengapa ia bisa-bisanya melontarkan tawaran tersebut. Memang ia sama sekali tidak suka melihat Deathmask merokok. Tapi semuanya itu keputusan Deathmask dan bukan bagiannya untuk ikut campur. Kini ia sudah telanjur melontarkan tawaran tersebut, Aphrodite sendiri mulai bertanya-tanya apakah ia sanggup menjalaninya. Apakah aku melakukan hal yang tepat? Ia bertanya-tanya dalam hati. Ia mendengar suara langkah kaki mendekatinya dan Aphrodite cepat-cepat menyembunyikan rokok dan pematik tersebut ke dalam kantung celananya. "Iya?" tanyanya tepat saat saint Capricorn muncul di balik semak-semak mawarnya. "Oh, Shura."

"Hola." Kata Shura. "Aku mau ngopi di Athens. Kamu ikut?"

Aphrodite menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Aku harus merawat mawar-mawarku." Katanya memberi alasan.

"Aku sudah jauh-jauh datang dari kuilku loh. Sebentar saja memang gak bisa?" tanya Shura sambil memasang tatapan memelas. "Gak asyik minum kopi sendirian."

Aphrodite tertawa pelan. "Mungkin lain kali, Shura. Aku agak capek setelah kembali dari padang rumput."

Shura menghela nafas. "Baiklah, lain kali ya. Memang kamu ngapain di padang rumput?"

Seketika senyum Aphrodite menghilang begitu mengingat percakapannya dengan Deathmask. "Cuma cari udara segar saja." Dalihnya.

"Kamu tidak diganggu Deathmask kan?" tanya Shura lagi.

Saint Pisces itu mematung. Bagaimana Shura bisa tahu tentang Deathmask? Tanyanya seiring dengan ketakutan yang menggerogoti hatinya. Diam-diam ia berharap agar saint Capricorn itu tidak tahu apa-apa tentang tawarannya dengan Deathmask.

"Maksudku dia tidak menantangmu untuk duel atau mengirimmu ke Meikai hanya karena sarapan tadi kan?" tanya Shura.

Aphrodite tertawa. "Ngga. Lagipula memang dia kuat melawanku?"

"Haha... mungkin tidak..." kata Shura sambil tertawa garing. Ia terdiam untuk beberapa saat sebelum berkata, "Dite... mengenai celetukan Aiolos saat sarapan tadi..."

"Gak usah dipikirkan, Shura." Kata Aphrodite. "Aiolos mungkin hanya iseng terbawa suasana. Bagaimanapun satu papacy memang heboh sendiri dengan kabarnya Milo dan Camus jadian."

Shura menganggukan kepala.

"Jujur saja aku iri sih..." kata Aphrodite sambil memetik sekuntum mawar merah dari semak-semak. "Milo memang sudah lama menyimpan rasa pada Camus, tapi yah kulkas itu tidak peka-peka juga. Berkali-kali Milo harus sakit hati dan aku terus yang dijadikan pelampiasan curhatannya. Sekarang mereka sudah resmi jadian."

"Kamu gak suka?" tanya Shura.

"Tentu saja aku suka. Aku gak pernah lihat Milo sebahagia ini. Sekarang ia jadian juga dengan orang yang ia idam-idamkan. Sebagai sahabat, aku pasti ikut bahagia." Kata Aphrodite. "Aku cuma bertanya-tanya apa aku bisa seberuntung Milo?"

"Memang ada seseorang yang kau pikirkan?"

Sebuah tawa kecil keluar dari bibir saint Pisces itu, namun matanya menatap mawar merah di tangannya dengan tatapan sendu. "Tadi saat sarapan kan sudah sempat disinggung."

"Deathmask?" tanya Shura yang dibalas dengan anggukan kepala Aphrodite. Seketika hatinya memanas menerima jawaban tersebut.

"Memang terdengar gak masuk akal sih. Ngapain juga aku suka dengan saint paling kejam se-Sanctuary. Tapi Deathmask gak selamanya kejam. Ada saat-saat di mana dia baik, hangat. Sayang sekali sejak perang Asgard dia jadi dingin lagi."

Strawberries and CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang