Aphrodite benar-benar tidak main-main dengan ucapannya. Semenjak malam itu, ia selalu menghampiri Deathmask. Pagi-pagi sebelum para gold saint berkumpul di papacy untuk sarapan, ia turun tanpa suara ke kuil Cancer. Dibangunkannya Deathmask dengan ciuman di bibir bak putri tidur. Ia merasa lega saat Deathmask sama sekali tidak marah melainkan membalas ciumannya. Sepanjang hari pun juga sama. Tidak peduli ia sibuk atau senggang, Aphrodite selalu datang menghampiri Deathmask dan menciumnya sebagai pengganti rokok. Prinsipnya: ia sama sekali tidak keberatan menjadi rokok Deathmask selama saint Cancer itu bisa lepas dari kebiasannya merokok.
Hari pun berganti dan kini keadaan pun berbalik. Aphrodite tidak perlu lagi datang ke Deathmask karena saint Cancer itu justru datang mencarinya. Berkali-kali ia terbangun di pagi hari oleh ciuman Deathmask di bibirnya. Saat ia sibuk mengurus mawar di kebunnya, ia mendapati dirinya seringkali ditindih Deathmask di atas rumput sebelum saint Cancer itu melumat bibirnya dengan rakus. Begitu juga saat ia berjalan melewati kuil Cancer. Deathmask tidak segan-segan mendorongnya pada tembok dan menciumnya berkali-kali hingga ia lupa untuk apa ia pergi ke kuil tersebut. Saat rapat dengan Shion pun juga sama. Begitu Deathmask merasa butuh rokok, ia akan pergi seenaknya sendiri dengan alasan ingin cuci muka. Aphrodite pun segera mengarang berbagai alasan untuk meninggalkan rapat dan menyusul Deathmask. Begitu ia keluar dari ruang rapat, Deathmask langsung menggeretnya masuk ke dalam bilik kecil yang digunakan untuk menyimpan berkas-berkas Sanctuary dari berabad-abad lalu. Di situ ia mencium Aphrodite sebanyak yang ia mau tanpa peduli waktu. Tidak jarang juga mereka baru kembali saat rapat sudah selesai. Alhasil, mereka berdua pun tidak luput dari omelan Shion yang mereka tanggapi seadanya. Setidaknya tidak ada rekan sesama gold saint yang curiga akan hubungan mereka.
Terkadang Aphrodite bertanya-tanya apakah Deathmask merokok sebanyak ia menciumnya. Di suatu kesempatan saat mereka tengah berciuman di kebun mawarnya, ia memutuskan untuk bertanya. "Deathmask," panggilnya di sela-sela ciuman mereka.
"Apa?" tanya saint Cancer itu.
"Berapa rokok yang kamu hisap sehari?"
Deathmask mencoba mengingat-ingat. "Gak tahu. 8 mungkin."
"Oh." Hanya itu reaksi Aphrodite. Meski ia mengakui menghisap 8 batang rokok dalam sehari termasuk banyak, tapi setidaknya jumlahnya tidak sebanding dengan berapa kali Deathmask menciumnya dalam sehari. "Kamu gak takut kena kanker paru-paru?"
"Buat apa?" balas Deathmask sarkas. "Kita semua bakal mati. Lebih baik mati dalam keadaan puas sudah menikmati rokok daripada tidak."
"Tapi sekarang kamu gak merokok lagi."
"Kata siapa?" Deathmask mengangkat dagu Aphrodite hingga menghadap ke arahnya. "Sekarang juga aku merokok." Dan dengan begitu ia melumat kembali bibir Aphrodite.
Saat itu juga saint Pisces itu tertegun. Ternyata ia hanya dianggap tidak lebih dari sekedar rokok oleh saint Cancer itu. Yah, salahnya sendiri juga sudah memperbolehkan Deathmask menciumnya sebagai pengganti rokok. Tapi tetap saja hatinya terasa perih.
Dering ponsel membuyarkan kegiatan mereka sejenak. Aphrodite menarik ponsel dari saku dan melihat nama Shura terpampang di layar. Ia melepaskan diri dari Deathmask dan mengangkat telpon. "Halo,"
"Dite! Apa kabar?" tanya Shura nun jauh di sana.
"Baik. Kamu sendiri gimana?" kata Aphrodite. Diam-diam ia melirik Deathmask yang menatapnya dengan kesal.
"Baik, sehat. Aku besok pulang ke Sanctuary."
Aphrodite mematung. Mendadak ia tidak bisa berpikir jernih. Satu hal berputar di kepalanya: ia benar-benar bingung harus bagaimana menghadapi Shura.
Shura melanjutkan, "Ya ampun! Dua minggu di Spanyol memang asyik, tapi lama-lama bosan juga. Untung misi sudah selesai. Kamu mau oleh-oleh apa?"
"Apa ya?" kata Aphrodite ragu-ragu. Belum sempat ia memberikan jawabannya, Deathmask menghantamkan kepalan tangannya ke pilar dengan keras. Aphrodite terkesiap takut terlebih saat kepalanya hanya beberapa centimeter di bawah kepalan tangan Deathmask.
"Matikan." Kata Deathmask ketus.
"Tapi..."
"Dite, ada apa?" tanya Shura di ujung sana, kekhawatiran terdengar di suaranya.
"Gak ada apa-apa, Shura. Aku telpon lagi nanti ya. Aku dipanggil Shion. Bye." Aphrodite mengarang alasan seadanya dan mematikan telpon sebelum saint Capricorn itu sempat memprotes.
"Kamu beri tahu Shura tentang kita?" tanya Deathmask yang dijawab dengan gelengan kepala Aphrodite. "Pastikan dia tidak tahu apa-apa. Dia mengincarmu."
"Kamu cemburu?" tanya Aphrodite. Diam-diam ia berharap agar saint Cancer itu mengatakan bahwa ia sangat tidak setuju dengan kedekatannya dengan Shura, bahwa mungkin masih ada harapan baginya untuk melangkah lebih jauh dengan Deathmask.
Tapi Deathmask hanya mendengus kesal. "Tidak." Katanya tajam. "Tapi aku masih butuh ciumanmu." Dengan begitu ia kembali mencium Aphrodite, kali ini dengan lebih kasar. Sesekali gumaman seperti 'Shura merepotkan' terdengar di sela-sela ciumannya.
Air mata berkumpul di pelupuk mata Aphrodite yang terpejam erat. Ia bersyukur setidaknya matanya tertutup sehingga Deathmask tidak melihatnya hampir menangis. Bagaimanapun ia tidak pernah menyangka upayanya untuk membuat Deathmask berhenti merokok justru malah membuatnya tidak lebih dari sekedar rokok. Dan ia tidak tahu harus apa.
Nah loh. Aphrodite gak tahu harus apa. Saran author sih: ya udah dijalani aja. Mana Deathmask sepertinya cemburu tapi gak mau ngaku. Lol. Menurut readers gimana? Komen di bawah ya sekalian absen: kalian Team Deathmask atau Team Shura ^^. Thank you udah baca. Jangan lupa vote dan commentnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes
FanfictionWarning! Untuk 18+ ke atas ya! Pisces Aphrodite di sini cewek! "Kita coba ini aja, Deathmask. Cium aku setiap kali kamu ingin merokok. Anggap saja satu ciuman denganku sebagai ganti satu batang rokok." kata Aphrodite. "Sudah aku bilang jangan suka s...