❝Selamat datang kembali ....❞
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Walau Emma belum mengatakan apa pun, hanya menatapi bulan purnama sepertinya, Ray tahu betul ada yang berbeda.
Itu memang 'Emma'nya, Gadis Matahari yang berhasil membuatnya jatuh hati. Bukan lagi seorang gadis kosong tanpa memori.
"Bagaimana bisa?" tanya Ray.
Emma menolehkan kepala, membuat gestur pistol sambil menunjukkan Ray, mengedipkan sebelah matanya. "Tentu saja itu karena kau, Ray!"
Ray menaikkan syal ungu yang ia kenakan, menyembunyikan wajahnya yang merona. Senyuman Emma sangat meresahkan, selalu membuat Ray salah tingkah.
Cengiran Emma melebar saat melihat reaksi Ray. Lalu ia merogoh saku jaketnya, mengeluarkan gantungan kunci pemberian lelaki kelam di sebelahnya. "Janjimu sudah lunas, ya." Sambil menggoyang-goyangkan gantungan kunci itu.
"Yah, janjiku sudah lunas. Lalu sekarang, apa maumu?" tanya Ray. "Kalau kau hanya diam di sini lebih baik kembalilah tidur. Jangan sampai kau sakit!"
"Hee, jahatnya ... aku malah dimarahi."
Ray mengembuskan napas. Melepaskan syal ungunya, lalu memakaikan syal itu di leher Emma. "Setidaknya pakai ini agar kau tidak kedinginan."
Aduh, perhatian kecil dari Ray memang selalu berhasil menggetarkan hati. Apalagi setelah Emma sudah lama tidak merasakannya.
Walau salah tingkah, dengan mudahnya Emma tetap bertindak seperti biasa, bahkan berniat membuat Ray salting balik. "Hei Ray, bukankah ada sesuatu yang harus kau katakan padaku?" tanya Emma dengan cengiran jail.
Ray yang tidak peka hanya dapat memasang wajah bertanya-tanya.
Tentu saja Emma langsung cemberut dengan sikap Ray yang super tidak peka itu. "Masa aku harus mengatakannya lagi, sih? Itu, lho ... tepat sebelum kita pergi ke dunia manusia, kau serius tidak ingat aku mengatakan apa?"
Usai Emma menanyakan itu, Ray butuh waktu untuk mengingat dan memproses ingatan lama itu. "Oh--" Dapat Ray rasakan wajahnya memanas saat ia mengingat pernyataan Emma hari itu. Cepat-cepat ia memalingkan wajah sambil menggaruk kepalanya. "Bukankah jawabannya sudah jelas ...?"
Emma mengangkat bahu. "Aku mau dengar darimu langsung, dong!"
Ray mendengkus pelan. "Perasaan kita sama, dan kalau kau memang pintar, harusnya kau sadar," tutur lelaki kelam itu dengan cepat, "Paham?"
"Ya, ya, aku paham." Emma mengangguk semangat, cengirannya makin melebar.
Dengan bulan purnama dan tumpukan salju menjadi saksi bisu, kedua insan dengan rasa yang sama akhirnya disatukan kembali.
"Jangan pergi lagi, Emma."
"Tidak akan, Ray."
- fin -
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗨𝗡𝗗𝗘𝗥 𝗧𝗛𝗘 𝗠𝗢𝗢𝗡
FanfictionSeserang serasional Ray pun ternyata dapat mengharapkan sesuatu yang mustahil. Yaitu berharap ingatan Gadis Matahari kesayangannya dapat kembali. ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ The Promised Neverland ©Kaiu Shirai/Posuka Demizu WARNING! - Typo - OOC - H...