III. THE BOOK

238 22 0
                                    


Apo sangat mempercayai adanya suatu hal berbau supranatural yang dapat mengabulkan sebuah harap dengan mantra. Percaya bahwa mantra adalah benar adanya sedangkan Mile menjunjung tinggi fakta empiris yang sangat mutlak, tipe orang yang sangat realistis, menganggap bahwa semua yang terjadi pada hal yang Apo anggap sebagai bentuk nyata dari kuatnya mantra hanya kebetulan. Dan hal mistis adalah bentuk pengocehan atas pengerdilan pikir dan keyakinan. Keduanya memiliki kesenjangan nalar yang tebal, meski begitu, hal tersebut tidak mampu menjadi bentang cinta dan perasaan mereka. Walau Mile sering kali dibuat jengkel ketika Apo sudah mengoceh tentang hal gila di luar nalar pikirnya dan Apo hanya tersenyum lebar jika Mile menganggapnya suka ber omong kosong dan banyak membual. Keduanya tetap berjalan beriringan, seirama dan seiras satu sama lain. Indah bukan?

Apo memiliki buku tua bersampul hitam yang selalu ia bawa. Berisikan beberapa catatan penting beserta mantra. Banyaknya lingkaran merah menandakan sebanyak itu pula mantranya bekerja, dan sisanya failed tanpa kejelasan. Ah, bukankah hal mistis tidak pernah memiliki penjelasan pasti?

Apo akan riang gembira ketika tahu bahwa apa yang ia tulis dalam buku itu menjadi kenyataan. Seperti bagaimana ia meramalkan datangnya hujan di pagi hari, dosen pembimbingnya membatalkan janji atau hal kecil lain seperti Mile menemukan bukunya kembali yang hilang beberapa minggu. Mengoceh tidak henti kepada Mile dan pantang menyerah untuk membuat Mile percaya bahwa mantra dan kalimat yang ia tulis dalam bukunya menjadi nyata. Sedangkan Mile masih menyangkal bahwa hujan memiliki proses ilmiah yang dapat dijelaskan dan pahami secara logika, dosen pembimbingnya yang sudah berkata bahwa ia sibuk sebelumnya sehingga membatalkan janji dan bukunya yang hilang beberapa minggu lalu ia temukan lagi karna Mile mencarinya. Apo menghela napas kecewa, tersenyum masam lalu menutup buku tuanya sebelum memasukkannya lagi ke dalam tasnya. Tersenyum kepada Mile dan menggenggam tangan kekasihnya. Lupakan tentang mantra, mari kembali pada realita cinta diantara keduanya. Menghabiskan roti yang dipanggang Mile untuk sarapan bersama kopi panas sebelum memulai aktivitas.

Puncaknya sore itu di depan gedung fakultas. Keduanya sama-sama panas kepala sampai ke dalam apartemen mereka. Atmosfer berubah dingin kaku dan sama sekali tidak bersahabat. Bukan, bukan dingin yang mencekam. Tapi kalut dan suram. Bentang itu seolah melintang memisahkan keduanya yang tak pernah memiliki celah. Bentang tak terlihat yang mengaburkan semua cinta dan logika diantara mereka yang telah terbangun lama.

"Berhenti bertingkah aneh dan melakukan hal bodoh, Po," Mile geram. Suaranya meninggi disaat keduanya tersulut emosi.

Mile masih tidak percaya ketika Apo bertengkar dengan Tong di depan gedung fakultas. Membicarakan tentang buku tua dan mantra konyol Apo yang meramal bahwa Tong gagal menjalani sidang ujian akhir hari itu juga. Ya, beberapa waktu yang lalu Tong mengolok-olok Apo perihal betapa aneh dan gilanya dia. Berkata kepada Mile dengan lantang bahwa kekasihnya gila, dan sebentar lagi Mile tidak ada bedanya. Seolah apa yang diyakini Apo semacam virus menular dan hal menjijikkan.

Apo yang tersulut emosi dan sakit hati, menulis mantra di buku tuanya bersamaan dengan, "Tong gagal ujian akhir". Sialnya, mantra itu tidak bekerja. Tong tetap lulus sidang dan mengolok Apo di depan banyak orang bahwa Apo hanya pembual, pembohong besar. Tong semakin membesarkan ucapan Apo yang baginya hanya bualan dan mempermalukan Apo di depan gedung fakultas. Hampir satu angkatan yang saat itu sedang berada di fakultas melihat pertengkaran mereka lantas menatap aneh ke arah Apo sambil menggelengkan kepala.

Apo tidak mau kalah begitu saja. Dia mencari pembenaran tentang Jeff yang kehilangan cincinnya saat acara kampus beberapa hari yang lalu. Pembenaran tentang Mario yang kehilangan kunci mobilnya dan masih banyak lainnya.

"Ya, aku aneh. Kau tidak percaya padaku bukan?" Ucap Apo masih dengan nada keras. Dadanya bergemuruh menahan amarah yang membuncah. Kenyataan bahwa orang yang dicinta tidak mempercayainya adalah fakta pahit bahwa dia meragukan apa yang ada pada dirinya. Jika saja yang berkata gila, aneh, konyol dan segala bentuk tuding yang diarahkan kepadanya berasal dari orang lain, Apo tidak akan merasa sekecewa ini. Tapi dia adalah Mile Phakphum, lelaki yang dicintainya, yang hidup bersama selama hampir 5 tahun terakhir.

Madhouse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang