IV. Kicau

232 20 0
                                    

Dibawah sinar rembulan yang tersenyum cerah, ia bergerak liar bagaikan raga tanpa lelah. Dua jiwa telah menyatu bersama tubuh yang saling padu. Lengket keringat semakin membuat mereka semangat. Saling melumat dan membelit tanpa melepas meski tubuh salah satunya terangkat. Di usapnya punggung mulus yang bagaikan kewajiban untuk dielus.

Kinn menghentak dalam dan kuat menciptakan rintihan Porsche penuh nikmat. Lelaki dibawahnya sakau, mata biru terangnya sedikit parau lantaran dorongan kuat membuatnya kacau. Suaranya parau karena terlalu lama ia mengerang seperti burung berkicau. Tempat tidurnya berderit bersamaan dengan bibir yang ia gigit untuk menahan sakit.

"Emmhhh ", ia mengerang frustasi, lagi. Menarik segala hal untuk menahan nyeri, menancapkan kuku pada punggung lelaki yang sedang menggagahi. Sakit dan nyeri tak lagi berarti ketika semua itu berubah menjadi rasa kepuasan yang tak pernah terganti. Tusukan yang dirasakannya terlalu dalam tapi ia ingin terus di hujam.

End.

Madhouse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang