Deburan ombak yang tak terlalu kencang malam itu menjadi soundtrack dari kebahagiaan satu keluarga disini. Roseanne, Jennie dan anak-anaknya tengah menikmati malam di pantai. Selain suara ombak, tentunya kicauan dua anak yang tengah berkejaran mengelilingi api unggun yang Papa nya buat tadi.
"Ihhh Kakak punya Chu!" Jisoo berlari terus mengejar kakaknya yang mencuri jagung bakar yang tadi Mama nya buatkan.
"Minta sedikit Chu, jangan pelit. Nanti kuburannya sempit."
"Gak mau! Kakak balikin!"
Roseanne sendiri membiarkannya, "Pisahin gih," pinta Jennie.
"Biarin aja, nanti juga baikan lagi."
Akhirnya keduanya lelah berlarian dan merebahkan diri disamping Jennie yang sedang membakar jagung dan beberapa sosis.
"Capek kan?"
Lisa dan Jisoo mengangguk dengan ucapan ayahnya.
"Udah ah jangan rebutan. Mama bikin banyak kok."
Jisoo mengambil jagung bakar lain yang sang Mama berikan. Lalu duduk diatas pangkuan Jennie sambil menikmati makanannya.
Tahun ini Jisoo masuk sekolah dasar, dan Lisa sudah kelas 3. Dan sebelum masuk sekolah lagi mereka mau liburan dulu, jadi aja Roseanne angkut keluarga nya ke pantai.
Jisoo mulai mengantuk dan tertidur dalam pelukan sang Mama, sedangkan Lisa masih berusaha menghabiskan Jagungnya sambil mengucek matanya yang sudah tinggal 5 Wat.
"Ngantuk ya?"
Lisa mengangguk atas pertanyaan sang ayah.
"Udah gapapa gak habis juga. Cuci tangannya terus tidur ya?"
Lisa mengangguk, kemudian Rosé tuntun untuk masuk villa. Dibelakangnya Jennie mengikuti sambil menggendong si bungsu.
Ya, masih bungsu. Nyatanya setelah menghabiskan seminggu di Raja ampat dulu, Jennie mulai mual-mual dan masuk angin.
Dia masih belum bisa memberikan seorang adik untuk Jisoo, tapi gapapa guys.
Rosé bilang pernikahan baru 2 tahun, Jisoo juga masih kecil, nungguin gede dulu biar dia asuh adiknya sendiri.
Lah kita? Tanya Jennie.
Bikin lagi lah.
"Yuk?"
Jennie mengalihkan pandangannya pada Rosé yang tiba-tiba mengajaknya setelah menidurkan dua buah hatinya.
"Kemana? Udah malam gini."
"Liat bintang sayang," Rosé merapatkan dirinya pada sang istri.
"Heh, jangan."
"Kenapa?" Rosé bergerak seduktif menyibakkan rambut hitam panjang sang istri sesamping, dan Terlihatlah leher jenjang nan putih istrinya.
"Rosé,"
"Shh, sopankah manggil nama suami gitu?"
Jennie menutup matanya dalam "kamu mau dipanggil apa hmm?" perlahan dia berbalik, mengusir rasa merinding yang dia dapatkan dari hembusan nafas Roseanne dilehernya.
"Mas sayang,"
Jennie tertawa geli "gak cocok." balasnya lalu pergi keluar kamar.
"Terus apa dong?" Rosé mengejar.
Ternyata Jennie kembali keluar, membereskan beberapa barang bekas bakar-bakar tadi.
"Terserah ah, harus gitu ada panggilan gini?"
Rosé duduk lalu bertopang dagu "biar makin intim aja. Panggil aku Daddy,"
Jennie melemparkan tissue padanya "jangan ngaco deh"
"Emang kenapa? Nanti ade nya Jisoo panggil aku Daddy,"
"Enggak. Papa aja kayak kakak-kakak nya. Nanti Chu sama Lili ngambek lagi."
"Apalagi aku bukan Mama kandung mereka. Mentang-mentang anak kandung manggilnya dibedain. Aku gak mau mereka sampe mikir gitu"
Rosé mendekat, memegang tangan Jennie lalu menariknya mendekat, keduanya duduk diatas tikar, tidak. Rosé sedikit berbaring, menatap lurus mata kucing itu.
"Terkadang aku berfikir yang kamu nikahin itu keluargaku, bukan aku."
"Hmm?"
"Kamu perhatian ke mereka sampai hal se detail itu, yang aku sendiri pun gak kefikiran sampai sana."
"Itu mah... Kamu nya aja pendek akal." Jennie mendorong Rosé menjauh darinya. Rosé terkekeh geli dan kembali menarik Jennie untuk berbaring disampingnya.
"Udah beres-beres nya. Aku minta restu Mama buat nikahin kamu itu untuk dijadikan teman hidup, bukan kang beberes gini."
"Jiah cuma teman."
"Gak gitu konsepnya."
Jennie menopang kepalanya "yaudah kamu mau apa sih hm?"
Rosé menutup matanya saat sang istri membelai pipinya. "Mau bikinin Jisoo ade sih. Gimana?"
Jennie tersenyum tipis "soal itu... Aku minta maaf ya belum bisa ngasih Jisoo ade."
"Nourr sayang, ini bukan salah kamu, jangan minta maaf. Ini... Salah aku, ya adonannya keenceran kayaknya."
"Apaan sih," usapan itu berubah menjadi pukulan begitu ucapan ngaco Roseanne keluar.
"Iya, aku lupa formula nya kayak gimana, hmm"
"Udah deh ah, malah bahas itu."
Kini Rosé menarik istrinya untuk tidur diatas lengannya. Menatap kelip bintang diatas sana.
"Kamu bahagia gak?"
Jennie meliriknya "kenapa nanya gitu?"
"Aku cuma takut kamu gak bahagia. Soalnya kita nikah karna kamu makan mandu itu."
"Dih masih inget aja."
"Tapi kamu bahagia kan? Aku cuma takut kamu gak bahagia tapi diem diem bae."
Jennie memperbaiki tidurnya "aku bahagia sayang,"
Rosé mengulum senyumnya, menyadari Rosé tak kunjung mengoceh lagi, Jennie mendongkak "kenapa mukanya gitu?"
"Ehm dipanggil sayang sama ayank."
"Ahh aku tarik lagi."
"Ih mana bisa"
"Bisa."
"Enggak ya. Kamu manggil aku sayang, avv uwu banget."
"Nyesel bilang gitu." merasa angin yang berhembus semakin menusuk, Jennie semakin mendusel dileher Rosé.
"Kenapa sih kucing"
"Dingin tau"
"Masuk aja yuk? Kita saling menghangatkan aja."
"Pamaksud?"
"Cuddle night gitu."
"Oh"
"Kamu mikirnya kejauhan."
"Emang aku mikir apa? Sok tau."
Rosé menggaruk kepalanya lalu ikut membereskan beberapa barang yang mereka pakai tadi.
Segitu dulu ygy 🗿
Aing takut gantung euy... Tapi aing akan berusaha buat selalu ada dan nyempatin waktu buat kamu sayang:)
Stay tuned ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Bear 2
FanfictionTentang kehidupan baru Jennie setelah menikah dan memiliki dua anak yang menggemaskan. "Li, dasi kamu pake." "Chu, rok kamu kependekan astaga." "Stop Ma! Aku udah gede! Aku tau apa yang aku lakuin!" "Jangan banyak ngatur deh Ma. Mama kandung aku aj...