mencari kebenaran 2

0 0 0
                                    

"Berbahagialah untuk setiap hal yang terjadi, untuk apa meng-iri.. cam-kan saja bahwa apapun yang di tanamnya, itu lah yang akan di tuai-nya"

Selamat membaca:)

Setelah amplop itu sampai pada bimo, dia pun langsung mengirim pesan ke mala. "Okkey, aku akan membantu mu" kirim bimo kepada mala.

Mala masih terus berusaha mencari laki-laki yang menabrak nya di taman. Tetapi juga tetap membantu ibunya di warung.

Hari ini fiza akan sidang, jadi dia pergi lebih pagi.

"Bu, fiza pergi dulu.. doakan fiza bisa lulus sidang ini" ujar fiza mencium kening ibunya.

"Bismillah ya nak,," ibu memeluk putrinya itu, dan mencium keningnya.

"Kak, fiza berangkat" ujar fiza dengan senyum sinisnya.

Matahari sudah naik hampir sejajar kepala, terlihat ibu yang selalu melihat ke arah luar warung.

"Nungguin siapa bu?,, dari tadi mala lihat nengok ke luar terus" Tanya mala.

"Ibu nungguin adek mu nak,, gak sabar dengar hasil sidang nya" ujar ibu tersenyum.

"Owh,," jawab mala datar.

Pasti ada rasa sedih di hati mala, seharusnya ia pun bisa mengukir senyum di wajah ibunya. Tetapi, kenyataan tidak berpihak atas itu. Dia merasa gagal sebagai seorang anak, dan memilih adiknya untuk meneruskan mimpi.

"Nak, kenapa menangis??" Tanya ibunya yang melihat mala mengusap pipinya.

"Ha? Mala gak nangis kok,, ini keringat tadi... terus kena sabun matanya" jawab mala beralasan. Sebenarnya, dia menangis.

Satu jam kemudian, fiza datang dengan setengah berlari ke arah ibu.

"Ibu!,, fiza lulus!,, fiza lulus bu" ujar fiza dengan nada sedikit serak, karena sepanjang jalan menuju warung dia menangis.

Ibunya langsung memeluk putrinya yang baru saja menyelesaikan tugas akhir pendidikannya.

"Maa syaa Allah nak,, ibu bangga pada mu" ujar ibunya.

Saat memeluk ibunya, fiza menghadap ke arah mala yang melihat mereka. Dengan senyum penuh kemenangan dan 'licik' fiza menatap kakaknya tajam.

Melihat itu, mala memutar tubuhnya menghadap keluar warung. Sesak rasanya, melihat adiknya yang sudah 'bisa sukses' di dunia pendidikan. Sementara dirinya, wanita biasa yang tak punya apa-apa untuk di banggakan.

Dia menangis,

"Assalamualaikum,,," bimo tiba-tiba datang memberi salam.

Ibu dan fiza masih sibuk dengan ceritanya. Sampai tak sadar, bimo datang.

"Mala?? Kenapa menangis??" Tanya bimo, ketika melihat mata mala berair dan merah.

Sontak mala terkejut, karena ucapan salam bimo pun tak di sadarinya.

"Hm, gak apa-apa... ini cuman perih tadi kena uap sup yang aku buat" mala kembali beralasan.

Di Ujung DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang