02

506 95 8
                                    


Beberapa menit kemudian, Chiko tak menangis lagi namun posisi mereka masih sama. Chiko menyandarkan kepalanya di bahu Ara dengan nyaman dan Ara yang setia mengelus kepala Chiko.

"Araa, Raa."

"Hm?"

"Aku kangen Mama."

"Mau ke makam Mama?"

Chiko menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Yaudah, ayo." ajak Ara namun Chiko malah semakin memeluk dirinya erat tak mau melepasnya "jadi gak? Ayo lepas dulu."

"Aku juga kangen kamu."

"Kan ini udah ketemu."

"Araa."

"Apa Chiko."

"I love you."

Ara tersenyum mendengarnya "I love you more."

"Jangan tinggalin aku ya Ra, temenin aku terus ya." laki-laki itu melepaskan pelukannya tapi tangannya masih di pinggang Ara dan menatap gadis itu cemberut.

"Iya gak, kamu juga jangan tinggalin aku." balas Ara, kedua tangannya ia kalungkan di leher Chiko.

Cup...

"Aku gak bakal ninggalin kamu karna kamu obat aku." kata Chiko setelah mencium bibir Ara sekilas.

"Jadi ke makam mama?"

"Jadi, gue siap-siap dulu." Chiko ikut berdiri di saat Ara berdiri.

"Ih tadi aku kamu, sekarang lo gue."

Ya begitulah Chiko, dia akan menggunakan aku kamu ketika hanya akan manja saja.

Chiko hanya terkekeh melihat Ara kesal lalu mengacak-acak rambut Ara.

"Eh pake sendal dulu, nanti luka lagi." Ara menahan tangan Chiko yang ingin masuk ke dalam kamar lalu mengambil sepasang sandal yang berada di pojok kamar laki-laki itu. Setelah Ara memberikannya, dia memakainya lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Ara yang berada di kamar mengatur barang-barang laki-laki itu yang berserakan dan menaruhnya di tempat semula.

"Gak usah di bersihin, biar bibi aja." ucap Chiko yang baru saja keluar dari kamar mandi, dia melihat Ara yang sedang mengumpulkan serpihan kaca.

"Gak papa."

Setelah membersihkan serpihan kaca, Ara membuangnya di tempat sampah.

"Kenapa lukanya di basahin?" tanya Ara melihat perban di tangan Chiko yang telah basah. Laki-laki itu keluar dengan memakai kimono.

"Ya gimana ya, gue kan mandi pasti basah lah." Chiko menggelengkan kepalanya.

"Kan bisa jangan di basahin."

Chiko menghela nafasnya "Kan ada lo bisa ganti perban gue, ngapain harus ribet." Dia menuju lemari untuk mengambil bajunya.

"Lo mau liat gue ganti baju?" kata Chiko melihat Ara yang masih di dalam kamarnya.

"Iya ini keluar." Ara menatapnya kesal lalu berjalan keluar kamar laki-laki itu.

Dia turun ke bawah, terlihat seorang pria paruh baya baru saja masuk ke dalam rumah. Pria itu tidak melihat keberadaan Ara yang sedang turun dari tangga. Pria itu langsung duduk di sofa lalu terlihat dia membuka sepatunya.

"Udah pulang Om." sapa Ara.

Pria itu sontak melihat keberadaan Ara yang menyapanya "Eh ada Ara, sejak kapan udah disini?" tanyanya melanjutkan aktivitasnya.

I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang