03

380 73 2
                                    


Hari sudah pagi, sang surya menampakkan dirinya membuat Ara terbangun. 5 menit mengumpulkan nyawa, gadis itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah melakukan ritual mandinya, dia pergi ke lemari baju untuk mengambil seragam sekolah nya.

"Bundaa, sepatu Adek dimana" teriak Ara keluar kamarnya dan meneriaki sang Bunda yang sedang berada di dapur.

"Liat di rak sepatu Dek" teriak sang Bunda juga.

"Gak ada"

"Coba liat baik-baik Azora!" geram sang Bunda. Selalu saja setiap ke sekolah anaknya itu bertanya kemana sepatunya, tasnya dan yang lainnya.

"Gak ada Bundaa" teriak Ara lagi.

Sang Bunda berdecak, ia mematikan kompornya terlebih dahulu dan pergi menghampiri Putrinya yang manja itu.

Bundanya masuk ke dalam kamar menuju rak sepatu "Ini apa hah? Bunda kan udah bilang liat baik-baik" katanya sambil mengangkat sepatu sekolah milik Ara.

"Loh tadi Adek liat gak ada Bun" heran Ara.

"Ini Bunda yang sekolah apa kamu sih? Selalu aja tanya sama Bunda, padahal yang make kamu." ujar sang Bunda lalu keluar dari kamar putrinya itu, kita panggil saja namanya Shani Indira natio.

Sedangkan Ara kebingungan pasalnya tadi ia mencari-cari di daerah situ namun tak menemukannya.

Apakah ada hantu yang menyembunyikan sepatu itu saat ia mencarinya atau Bunda nya ada keahlian khusus?.

Ah tidak mau memikirkan itu, ia segera memakai sepatunya setelah itu mengambil tas dan keluar kamar menuju lantai bawah.

"Pagi semuanya" teriak Ara turun dari tangga sambil berlari.

"Pagi" balas semua orang yang berada di meja makan.

"Dek, jangan lari-lari nanti jatuh" suara bariton itu terdengar dingin untuk memperingati Ara, membuat gadis itu tidak berlari lagi.

"Nah loh, marahin Yah. Di kira rumah ini hutan yak." ucap seorang laki-laki yang duduk di samping Shani.

"Maaf Ayah" ucap Ara menunduk sambil menghampiri sang Ayah.

"Gak papa, ayo duduk" ujar sang Ayah yang bernama Gracio Edgar Harlan.

"Ayah mahh gak seru, tadi aku yang teriak malah di marahin." laki-laki itu menatap Ayahnya kesal.

Gracio menghiraukannya, dia malah bertanya kepada Ara. "Adek mau Ayah olesin selai cokelat di rotinya?" tanyanya kepada Ara.

"Mau Yah." ucap Ara, dia menatap sang kakak dan memeletkan lidahnya mengejek.

"Dasar bocil."

"Zee, makan aja jangan usilin adeknya." kata Shani membuat Zean semakin cemberut sedangkan Ara dia tertawa keras melihat kakaknya itu.

Azean Aidenn Harlan. Kakak Ara, musuh gadis itu di dalam rumah. Dia selalu jahil terhadap Ara, Kadang-kadang Ara akan menangis jika kejahilan Zean terlalu berlebihan dan itu membuatnya takut. Bagaimana tidak, jika Gracio tau Ara menangis karena ulahnya. Ayahnya itu akan menghukumnya dengan cara menyita semua kepunyaannya termasuk kendaraan. Walaupun begitu dia tidak akan kapok menjahili adiknya.

"Ayo makan" seru Gracio, sekeluarga itu pun mulai makan dengan hening karena Gracio tidak suka dengan orang yang sedang makan sambil berbicara.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah selesai makan. Ara dan Zean pamit kepada kedua orang tuanya untuk pergi ke kampus. Sementara Gracio yang akan pergi ke kantor masih menunggu Shani untuk bersiap-siap sebab dirinya akan mengantar istrinya itu ke butiknya.

I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang