I: TOKYO 2016

117 68 51
                                    

🐾私は自分の人生に自分のラインを作っただけです🐾

Gadis berambut hitam lurus nan panjang itu membasuh mukanya. Di depan rumah barunya ia memandang gedung-gedung perumahan yang cantik, menoleh ke kanan dan ke kiri bahwa siang hari saat itu begitu sepi, mungkin hanya serangga-serangga saat itu yang tengah membuat kebisingan kecil. Gadis 15 tahun itu memiliki kelopak mata yang memesona, bola matanya berwarna hitam kecoklatan, membuatnya terlihat natural. Sembari bersenandung, ia menyadari bahwa banyak barang yang berserakan di depan rumahnya yang harus segera dipindahkan  ke dalam rumah barunya.

Ishikawa Sina, sering disapa Sina, begitulah namanya. Gadis yang memulai tahun pertamanya bersekolah di Jepang itu tengah berdamai dengan semua kenyataan-kenyataan yang memaksanya. Bagaimana tidak, atas kepindahannya dengan sang ibu yang mana memang berasal dari Tokyo, membuatnya berpisah dan mengalami hubungan romantis jarak jauh bersama kekasihnya, Rian. Tentu saja awalnya Sina cukup berat untuk menerima perpindahan yang mendadak. Namun karena banyak perbedaan yang cukup signifikan antara sang ibu dan ayah yang memiliki tembok perbedaan budaya yang cukup kuat, mereka memutuskan untuk berpisah dan sang ibu mengajak anak semata wayangnya, Sina kembali pulang ke negara kelahirannya.

***

[Jakarta, Januari 2016 – 2 Bulan sebelumnya ketika orang tua Sina resmi bercerai]

“Okaasan (Ibu dalam bahasa Jepang, red*) apa ini benar-benar keputusan yang tepat?” Sina bertanya kepada ibunya yang sibuk berbenah akan berkas-berkas perceraian.
Ibunya hanya menghirup nafas dalam-dalam, mencoba menjelaskan jangan sampai ia membuat anak semata wayangnya ingin menangis. Tidak menutup kemungkinan juga dengan membawa Sina pulang ke kota kelahirannya membuat Sina cukup kesulitan perihal adaptasi secara bahasa, lingkungan, bahkan makanan, serta budaya belajar yang cukup keras disana.

“Karena kau belum 17 tahun disini kau bisa ikut Okaasan menjadi warga negara Jepang yang baik, aku pikir itu akan membuat perpindahan kita selama beberapa bulan lebih mudah,” ujarnya sambil memeluk anak kesayangannya.

Hari demi hari yang terjadi tak sesuai yang diharapkan sang ibu. Sina menjadi gadis pemarah, Rian yang setiap hari bermain ke rumahnya kini jarang terlihat. Tak hanya pemarah terkadang ia juga menjadi seorang yang pemurung yang suka menyendiri.

Sina lambat laun menyadari bahwa tak mudah jika ia benar-benar menghilang begitu saja dari teman sekolah, teman bermain, dan teman-teman ngeband, bahkan sang pacar dimana setiap hari menghabiskan waktu dengannya.
Sina yang tumbuh dengan logat bahasa Indonesianya juga cukup khawatir jika berpindah di sekolah yang orang-orangnya penuh bahasa Jepang, meskipun di Sekolahnya saat ini masih berbau Indo-Jepang “aku rasa itu akan cukup sulit,” ujarnya tiap hari ketika ibunya selalu mendorongnya agar cepat-cepat masuk kursus bahasa jepang ternama di Indonesia.

“Aku mohon ini demi keberlangsungan hidup kita, ibu juga sudah ada kontrak kerja di awal bulan Maret. Ibu ingin cepat-cepat pindah dan tak serumah lagi dengan ayahmu!” Ishikawa Naoro, ibunda dari Sina hilang kesabaran, ia merasa bahwa Sina cukup bebal dan tak mendukung apa yang akan ia siapkan untuk masa depan anaknya.

Sina menjadi gadis yang pembolos, hal itu karena Rian memengaruhinya. “Kau tidak akan bahagia jika selalu mengikuti garis keinginan orang tuamu! Buatlah garis kehidupanmu sendiri!” ujar siswa Jakarta Japanese School tersebut.

pics by: Mere Edits


Rian sendiri adalah seseorang yang seperti Sina. Terlahir dalam keluarga Indo-Jepang, dengan mengenal Rian ia merasa bahwa belajar dua budaya lebih membuatnya cukup terbuka akan hal-hal baru. Tidak seperti Sina yang dididik akan keegoisan masing-masing orang tuanya.

KNOCK KNOCK (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang