XVI: MISSION III

8 7 2
                                    

🐟まだ、私たちは常に試みなければなりません🐟

Ruangan itu memiliki aroma yang cukup aneh. Sina yang terkucilkan di suatu tempat masih melayang-layang di udara. Fraksi Yuki sedang memikirkan bagaimana cara mengeksekusi Sina agar tak menjadi Kigeru selanjutnya.

Karena menurut mitos yang sudah beredar di legenda Hakone, akan menyebabkan ketidakseimbangan bumi dan juga kehidupan di bawah laut. Juga, jika Kigeru sudah mencapai 50 orang maka akan terdapat guncangan dari semesta berupa tsunami besar-besaran. Itu semua karena bumi sendiri tak mau menerima iblis pemakan manusia untuk menguasai bumi.

Sedangkan Kigeru sendiri akan mati jika ada keluarga mereka yang telah mati terlahir kembali. Namun ada cara yang cepat untuk membunuh dan memburu Kigeru. Yakni menebas kepala mereka dengan katana khusus Jepang, itu pun hanya orang-orang yang menguasai teknik bela diri tingkat khusus. Meskipun Kigeru terlahir dari orang-orang pecundang. Mereka terikat kerjasama dengan iblis.

)(

🌴 // 2007 // 🌴 +flashback+

Langit saat itu memilih warna biru, awan mengalir seperti darah manusia, pelangi muncul menjadi dirinya sendiri dari sela-sela gunung yang mendapat porsinya.

Sina kecil sedang asyik bermain dengan keluarganya yang masih lengkap. Mereka tumbuh dengan rumah bergaya Jepang, meskipun berada di Indonesia.

Melihat bahwa itu adalah permintaan Naoro, ibu dari Sina yang ahli di bidang pembuatan rancang bangunan. Sina kecil menangis ketika dijahili seorang anak laki-laki kecil yang mana bolanya terlempar ke arah rumah Sina.

Okaasan! Aku akan melempar bola itu ke anak itu,” ujar Sina kecil merengek.

“Iya kembalikan saja dengan baik,” Naoro tersenyum.

Berjalan menuju ke arah anak laki-laki tersebut. Sina merasa tak terima bagaimana bisa bola itu tiba-tiba terlempar ke rumahnya.

Anak laki-laki yang memiliki warna rambut hitam pekat itu menjawab santai, “Kemari-kan bola itu,” imbuhnya lagi.

Sina melemparkan bola itu hingga mengenai wajah anak laki-laki jahil tersebut. Mereka saling di timpal amarah satu sama lain.

“Kauuuuuu! Lihat lemparanku akan lebih sakit!,” ucap anak laki-laki itu yang sedang berancang-ancang ingin melempar bola sepak ke arah muka Sina.

Namun spontan anak kecil yang memiliki rambut kecoklatan itu telah menghadangi Sina, agar tidak mengenai wajah Sina yang imut tersebut.

“Awas!” ucapnya dengan lantang, laki-laki kecil yang masih berumur lima tahun itu adalah Rian.

Itu adalah pertama kali Sina merasa jatuh cinta kepada Rian, seseorang yang melindunginya meski terluka. Seseorang yang kini tumbuh keren menjadi atlet nasional. Meski terluka Rian tetap saja menanyakan “Apa kau tak apa?” kepada Sina.

Hal itulah yang membuat jantung Sina berdetak begitu kencang.
Hingga menuju ke sekolah menengah pertama. Mereka satu sekolah, seolah semuanya adalah takdir. Sebelumnya Rian sendiri adalah tetangga dari Sina, mereka pindah ke Indonesia setelah Sina sudah menempati komplek perumahan itu dalam empat tahun terakhir.

“Oh kau! Anak yang dijahili itu kan? Aku lupa kita belum berkenalan dengan baik, Fujiwara Ryu, tapi disini aku dipanggil Rian!” Rian mengulurkan tangannya untuk kesan yang lebih baik.

JAY ENHYPEN AS FUJIWARA RYU

JAY ENHYPEN AS FUJIWARA RYU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KNOCK KNOCK (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang