Goceng

18 4 5
                                    

Di sebuah kelas SMA Nusa Bangsa Indonesia.

"Pok Ambe-ambe, belalang belang-belang, Byanka Hobi ngecabe, keliaran macam Bolang!" nyanyi Bay dengan girangnya.

Byanka cuma berdecak kesal, ia coba tak memperdulikannya.

"Pok Ambe-am—"

Sebuah sepatu melayang tepat di wajah Bay.

"Berisik lo!" maki Byanka kesal, tampangnya seperti singa yang kelaparan.

"Udah, biarin aja, Byan, ntar cape sendiri tuh makhluk," nasehat teman sebelahnya, Arnold.

Enak aja! Dikira Byanka ke sekolah cuma buat digangguin doang apa?

"Gue dimana?" Bay perlahan bangun dengan wajah sok polos.

"Di akhirat! Ya di sekolah bego! Goblok, nyusahin lo!"

"Sabar, By."

"Lama-lama gue tampol lu ya!" Hampir saja tangan Byanka melayang ke pipi Arnold.

"Perhatian-perhatian, minggu kedua bulan Januari, sudah dimulai."

Semua siswa di kelas yang mendengar itu pura-pura sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Nah, diem lu pada!" teriak makinya.

"Sabar, Anjela yang cantik." Arnold menggoda.

"Gosah lo goda-goda gue, Arn, setor goceng sini."

Arnold tersenyum,  menggeleng pelan.

"Jan bilang, kalo lo lupa bawa duit lagi?!"

Arnold terkekeh kecil. "Iy, iya, Anjel, lupa baw—"

Tiba-tiba buku pelajaran matematika melayang ke kepala Arnold. Ia terpental jatuh.

"OSIS doang lo, tapi miskin!"

"Maksud amat lo ngomong kek gitu, Anjel!" Bay datang bak pahlawan.

"Kenape? Nggak suka lo? Minimal, minimal setor goceng dong, bos! Senggol dong!" kata Anjel.

Bay menggocek saku bajunya, tetapi terlihat kesulitan. Ia lihat ke dalam saku, terlihat seribu logam di ujung sakunya.

Anjir, lupa bawa duit gue, Nge!

"Mana?!" tagih Anjela tak sabaran.

"Lup, lupa bawa duit gue, Nge!"

"Udah gue duga, lo gimana Byanka? Lupa bawa duit juga?"

"Sans!" Byanka menyerahkan sejumlah uang ke Anjela.

"Nah gini dong! Kan enak kalo nyetor double gini. Bukan kek OSIS itu, miskin belagu pula."

Bay memandanginya dengan sinis. Awas aje lo! Gue sumpahin duitnya ilang diambil pocong.

Pocong be like, "Tutor ngambilnya, deck!" Bahkan pocong pun bingung harus bagaimana mengambil uang itu.

"Lain kali, telat bayar, gue denda lo pada." Anjela memperingati.

"Woi, mau korupsi lo?!" protes Bay.

"Maksud amat lo nuduh-nuduh gue kek gitu?!" Tunjuk-tunjuk Anjela.

"Ya, itu tuh udah bibit-bibit korupsi, Nge. Pake denda segala, dikira bayar pajak apa?"

"Bodoh amat. Makanya bayar tepat waktu, bego!"

Setelah kepergian Anjela.

"Lo berdua emang nggak ada duit?" tanya Byanka.

"Ada, tapi duit bensin, Nge, pas-pasan pula," jawab Bay.

"Lo, Arn? Ya kali lo beneran lupa."

"Serius gue, By. Tadi tuh sibuk ngerjain PR di rumah, lupa bawa duit."

"Terus lo istirahat nanti ngapain?"

"Ya, ke kantinlah."

"Lah, katanya lo gak bawa duit. Gimana ceritanya."

"Bay kan ada."

"Hah?!" Bay yang terkejut namanya tiba-tiba disebut mendadak memandangi keduanya.

"Tadi kan lo bilang bawa duit bensin, ya pakelah dulu."

"Dih, ogah gue! Bensin gue udah habis, Nge. Cuma cukup sampe SPBU simpang."

"Ya elah, SPBU simpang doang mah gampang, Bay, ntar gue bantu dorong deh."

"Ya lo mau, gue mah ogah anjir. Udahlah, kita puasa aja hari ini, gimana?" usul Bay.

"Gue dari pagi nggak makan apa-apa, Nge, tolong gue kek."

"Makanya, pagi-pagi tuh makan, bukan ngerjain PR."

"Dih, kek lo pernah ngerjain PR pas malam ae."

"PR? Bukunya aja basah, gimana mau ngerjainnya."

"Lah, lo lupa apa gimana. Hari ini kan ada PR dari Pak Satria, bahasa Inggris. Yang ada lo di jemur tod!"

"Hah?" Bay hanya melongo mendengar hal itu. Mampus gue :)

***

Next!

Serba-serbi SMA Nusa Bangsa Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang