chapter 03

1.1K 49 0
                                    

Keinginan mungkin akan terjawab dengan tepat waktu. Bukan waktu yang tepat

***
Happy reading

"tadi, javas ingin jalan-jalan, yah. Tapi javas enggak fokus jadi nabrak mommy deh." Tutur javas. Ken mengernyit heran. 'mommy' apa yang dimaksud javas ini.

"Mommy siapa, nak. Mommy -mu sudah tenang di surga."

"Ihh. Enggak dad. Daddy sama aja kayak mommy. Mommy tadi juga bilang gitu masak mommy itu bukan mommy. Tapi bener kok, kalo itu mommy ." Tuhkan makin rumit. Gimana jelasinnya.

"Sekarang mana mommy-nya. Tadi katanya javas ketemu mommy?" Tanya ken. Ia menganggap bahwa javas sedang menghayal bertemu dengan almh. istrinya.

"Itu." Tunjuk javas pada falisha. Sedangkan orang yang sedang ditunjuk sendiri sedang mengawasi jalan raya , berharap masih ada waktu untuk mengikuti kelas berikutnya .

"Ayo daddy kita ketemu mommy. Tadi juga javas udah bilang kalau javas sama buna mau ketemu ayah."
"Mommy!"javas memanggil falisha

Namun falisha tidak merasa bahwa dirinya yang sedang dipanggil. Jadinya ia tak menengok ke javas sedikitpun. Terpaksa javas menyeret Ken agar mau mengikutinya mendekati falisha yang katanya itu mommy-nya.

"Mommy, iihh. Dipanggil kok nggak nengok." Gerutu javas

"Maaf dek. Aku ini bukan mommy kamu." Jelas falisha

Ken melihat javas sedang berbicara pada orang lain menatap orang itu dengan intens. Felisha Yang ditatap melihat siapa orang tersebut. Tatapan kedua orang itu bertemu. Saling menyelami bola mata lawannya. Ingatannya kembali pada wajah sang istri yang telah meninggal dunia. Ia menggelengkan kepalanya berharap ia tidak menghayal atau semacamnya. Namun hasilnya tetap sama. Wajah yang ada didepannya mirip sekali dengan masa lalunya.

"Felisya." Lirih ken

"Maaf, bapak siapa ya. Nama saya falisha bukan felisya." Ia makin dibuat pusing karena dua orang yang tidak ia kenali malah mengakui dirinya sebagai orang lain.

"Maaf saya salah orang." Hatinya mencelos. Ken sangat merindukan istri pilihan orang tuanya itu .
Memang Ken dulu menikah dengan cara perjodohan, namun lambat laun dia belajar mencintai istrinya sebaik mungkin.

"Tidak apa pak.saya permisi." Pamit falisha.

"Mommy jangan pergi lagi, mom." Javas kembali menangis hingga kejer. Ken melihat putranya tidak pernah menangis sampai seperti itu tidak tega. Begitu pula dengan falisha

"Hey. Jangan menangis. Laki-laki itu harus kuat. Udah ya nangisnya." Bujuk falisha

Javas mulai menghentikan tangisnya, hanya tinggal isakan kecil yang keluar dari bibir itu, betapa manisnya javas ini, dengan hidung yang memerah, dan pandangan yang memelas. "Jangan tinggalin javas, mom!" Wajah javas memelas agar orang yang dia anggap sebagai mommy mau ikut dengannya

"Mohon turuti permintaan putra saya. Ia sudah ditinggal mati mommy-nya sejak lahir. Dan," ken menjeda ucapannya "wajahmu mirip dengan dirinya. Maka dia beranggapan bahwa kamu itu ibunya. "

Falisha terdiam, ia tak tega terhadap pemuda yang imut didepannya ini. Wajah yang memerah karena kelamaan menangis.

"Baiklah saya bersedia. Namun hanya sebentar saja. Saya harus kembali kuliah." Jelasnya

"Mommy ikut sama javas sama ayah juga kan?" Javas memastikan.

"Iya." Falisha mengusap rambut halus milik javas. Javas yang diperlalukan seperti itu merasa senang. Akhirnya ia bisa merasakan kehangatan tangan seorang ibu.

"Mari masuk kedalam mobil saya."

***
Typo bertebaran

Penulis amatir. Hargai karya orang lain

Tinggalkan jejak

The Perfect DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang