Cuaca di sore itu tampak sedang bagus. Waktu yang tepat untuk berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan di desa.
Sang gadis berdiam di tempat. Menikmati semilir angin yang membuat beberapa anak rambutnya berantakan.
Didapatnya sebuah toko kelontong kecil yang menjual beraneka ragam jajanan. Dengan hati sumringah ia masuki toko kelontong itu.
“Permisi...“ucapnya sopan sembari melangkahkan kakinya ke dalam.
Hening...
Tidak ada seorangpun disana.
Mata hazel sang gadis bergerak mengamati beberapa jajanan yang terpampang rapi di toko itu.
“Permisi...”
Datang pelanggan kedua.
Sang gadis menengok ke belakang.
Rambutnya abu terang dengan campuran ombre hitam di bawahnya. Terlihat lucu namun elegan. Raut wajahnya datar namun sejuk saat dipandang.
Seakan tersihir oleh penampilannya, sang gadis memukul pipinya pelan.
“Maaf...apakah anda juga pembeli disini?“tanya si pria.
Sang gadis terdiam.
“Nona?“tanya si pria lagi.
“I-iya,“jawabnya canggung.
“Rambutmu bagus,“ucap sang gadis tidak sadar.
Sang pria bingung dan tertawa pelan. “Terimakasih,“ucapnya sambil tersenyum.
Sang gadis merutuki dirinya sendiri dalam hati. Ia sangat malu dan berlalu pergi keluar toko.
“Nona! Dompet anda tertinggal!”
“Sial,“umpat sang gadis. Ia kembali lagi ke depan toko dengan wajah merah.
Pria itu memberikan dompet sang gadis kembali. “Anda terlihat sangat lucu,”
“Apakah itu sebuah pujian? Baiklah saya anggap itu adalah sebuah pujian,“ucap sang gadis sarkas.
“Itu memang sebuah pujian,“balas sang pria.
Gadis itu bingung dan berlalu pergi meninggalkan toko itu dengan wajah kesalnya.
“Shinsuke Kita,“sang pria berteriak keras, membuat gadis itu menoleh ke belakang.
Lagi – lagi sang gadis tersihir oleh senyuman pemuda itu.
Dilambaikannya tangan si pemuda, lalu ia juga beranjak pergi berlawanan arah.
“Semoga kita bisa bertemu kembali,“ujar sang gadis pelan disertai senyum tertahan.