3. Kos Gavi

3 1 0
                                    


Senja Teduh Pelita - MALIQ & D'Essentials

Seharusnya Hari Sabtu adalah hari di mana mereka bebas dari hal apapun yang menyangkut kampus, tapi berbeda dengan mahasiswa yang ikut himpunan seperti Jea. Jam 8 pagi ia harus sudah ada di kampus untuk persiapan acara seminar yang diadakan oleh himpunannya. Bersyukur seminar yang diadakan kali ini hanya sampai pukul 1 siang, jadi masih ada waktu untuk hang out.

"Hari ini lo jadi kerkom?" Tanya Jihan pada Jea.

Jea meletakan mukena masjid yang ia pakai dan melangkah ke arah Jihan yang sedang membenarkan kerudungnya. "Jadi kayaknya, tapi nanya Gavi dulu deh, takutnya dia ada acara." Jea mengoleskan liptint dan membenarkan kunciran rambutnya. "Lo mending ikut kerkom bareng gue deh, daripada diem di rumah." Ajak Jea.

Jihan menggeleng, "Males ah, nanti malem kan gue mau satnight." Sombongnya.

Jea mendelik malas, "Halah satnight satnight! Makan tuh HTS an." Ia berjalan ke tempat penyimpanan sepatu.

Jihan mengambil tempat duduk di sebelah Jea yang sedang membenarkan tali sepatunya sambil tertawa, "Yang sirik selalu berisik." Selanjutnya mereka membicarakan hubungan Jihan dan Dean yang sampai saat ini berjalan di hubungan yang tidak jelas.

"Eh Gavi tuh Je, jalan ke arah kita." Senggol Jihan pada bahu Jea.

Gavi berjalan menghampiri dua sejoli yang sedang mengobrol itu. "Udah selesai beres-beres ruangannya Gav?" Tanya Jihan yang notice kehadiran Gavi.

Gavi, Jea, dan Jihan, mereka satu himpunan hanya saja beda departemen. Sebenarnya masih banyak lagi teman kelasnya yang ikut himpunan.

"Udah Ji." Di seminar ini Gavi menjadi Kooridnator Bidang Logistik, jadi harus membereskan barang-barang yang dipakai setelah seminar selesai. Lalu ia berdiri di depan Jea. "Gimana Je jadi kerkom ga?" tanyanya pada Jea.

Jea mendongkakan kepalanya, "Ayo aja gue mah, lo gimana?"

"Ya udah ayo, tapi ambil laptop dulu ke kos an ya."

Jea pun berdiri mengikuti langkah Gavi setelah berpamitan pada Jihan.

Gavi menghentikan langkahnya, lalu menengok ke belakang, tepat di mana Jea berjalan. "Kenapa?" Tanya Jea ikut berhenti juga.

"Bawa motor?"

"Bawa."

"Pake motor lo ya, motor Remmy dipake, jadi gak bisa di pinjem."

"Oke." Jea memberikan kunci motornya pada Gavi dan mereka melangkah bersisihan menuju parkiran motor. Pemuda yang berasal dari Bogor itu memang tidak membawa kendaraan dari rumahnya, keluar pun lebih sering di bonceng Remmy atau meminjam motor Remmy, teman kos dan kelasnya.

Tidak ada percakapan yang menarik hingga mereka sampai di kos Gavi. Jea tahu diri karena ia dibonceng, jadi saat Gavi akan turun untuk membuka gerbang kos nya, Jea inisiatif untuk turun lebih dulu membukakan gerbang hitam tersebut. "Gapapa sama gue aja Gav."

Setelah Gavi masuk ke dalam kos nya, Jea tetap berdiri di luar kamar pintu kos Gavi. "Masuk aja Je, pintunya di buka lebar aja, gue mau ganti baju dulu." Ia membawa baju gantinya ke kamar mandi di dalam kamar kos tersebut.

Sejujurnya ini pertama kali Jea mengunjungi kos cowo sendirian, biasanya berdua atau banyakan dengan teman perempuannya. Tapi ini sendiri jadi ada rasa takut dan ragu. Ia duduk di kursi belajar Gavi sambil mengamati kos an temannya itu. Seperti kos pada umumnya, terdapat kamar mandi dalam persis di sebelah pintu masuk, ada kasur kecil yang hanya sukup untuk satu orang, lemari baju yang di atasnya dijadikan tempat menaruh helm dan makanan siap saji, meja belajar dan kursi belajar, ada meja kecil yang di atasnya di taruh rice cooker, 3 piring, 2 mangkok, 3 gelas, sendok, garpu, termos kecil, kotak makan, dan botol minum, lalu di pojok dekat pintu ada rak sepatu, keranjang baju, dan di belakang pintu terdapat gantungan baju. Untuk ukuran cowo, Gavi termasuk golongan cowo rapi dan tertata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paramore!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang