Jatuh cinta bukanlah sebuah perasaan yang baru untuk Jeno. Jantung berdetak kencang, tersipu, sikap salah tingkah sudah pernah dirasakannya beberapa tahun yang lalu.
Pertama kali ia jatuh cinta ketika usianya menginjak umur 17 tahun, mulai menjalin kasih selama kurang lebih 1 tahun kemudian kandas karena alasan tertentu. Lalu saat usianya menginjak umur 21 tahun, ia kembali merasakan perasaan meletup-letup kala netranya bertemu dengan manik cantik yang sekejap membuatnya terpaku.
Wanita tinggi semapai yang memiliki paras bak putri kerajaan itu berhasil ia taklukan hatinya. Lalu ketika gelar telah resmi tersemat di belakang namanya dan sudah menduduki tahta yang dulunya di tempati sang ayah, pria Lee itu menyerukan keseriusannya dengan menjadikan wanita pilihannya menjadi istri serta ibu dari anak-anaknya kelak.
Pernikahannya terbilang cukup harmonis, sebagaimana Jeno yang mencintai Karina dan begitu pun sebaliknya. Mereka menjalani pernikahan dengan rukun hingga sudah 4 tahun berjalan lamanya.
Jika bertanya, apakah mereka telah memiliki keturunan? Jawabannya belum.
Ada sedikit masalah dan ini merupakan ujian rumah tangga mereka. Rahim Karina cukup lemah sehingga sulit untuk mengandung dan butuh sebuah usaha yang penuh.
Selama 4 tahun mereka berdua menjalani kehidupan yang begitu-begitu saja tanpa adanya selingan tangisan bayi. Terkadang wanita cantik itu merasa sedih, sebab tak ada seorang istri yang tidak mau memberikan keturunan untuk menjadi pelengkap pernikahan mereka.
Hambar.
Adalah perasaan yang dirasakan keduanya saat ini. Bagaimana teman-teman dekat mereka yang kini sudah memiliki keturunan bahkan di usia pernikahannya yang baru beberapa bulan.
Meski terpuruk, meski hambar, dan meski kehidupan mereka terasa flat, mereka tetap mencoba menguatkan diri masing-masing, mereka terus mencoba bangkit, pikirnya tak apa, mereka berdua masih muda dan kehidupan mereka masihlah panjang.
Di tengah-tengah rasa hambar, Lee Jeno lalu bertemu dengan Na Jaemin. Insiden menabrak pohon sehingga mobilnya rusak parah itu justru meneteskan sebuah rasa manis yang telah lama tidak dirasakannya.
Jantung berdebar, pipi tersipu, perasan meletup-letup, dan sikap salah tingkah kembali ia rasakan. Kali ini rasanya sedikit asing untuk dia yang sudah pernah merasakan jatuh cinta. Rasanya entah mengapa begitu luar biasa, seperti perut serta relung hatinya yang terasa begitu tergelitik.
Jeno tak mengerti, dia hanya mengikuti apa kemauan hatinya yang menginginkan Na Jaemin.
"Pak? Kok nglamun?"
Bahu Yuta tersentak kala merasakan tepukan pelan disana. Ketika menoleh, ia langsung menangkap wajah manis anak sulungnya yang tengah berjongkok disamping tubuhnya.
"Ngopo nglamun to pak?" Tanya Jaemin lagi sambil memposisikan dirinya untuk duduk.
Yuta menggeleng. "Ndak papa, bapak cuma diem natap jalan," balasnya.
Jaemin menganggum-angguk sembari kuasanya mencomot roma kelapa yang menjadi teman sang ayah midang di teras.
Yuta menatap lamat-lamat putra sulung manisnya, sedikit helaan nafas terdengar meski samar.
"Na," panggilnya pada sang anak. Jaemin menoleh.
"Ngapo pak?"
Yuta membuang nafasnya, lalu pandangannya kembali menatap langit sore yang nampak cerah.
"Bapak udah tahu, tadi malem ibuk cerita."
Jaemin tercekat, gerakan mulutnya yang tengah mengunyah perlahan berhenti. Si manis melirik takut-takut sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
the'Two─NOMIN
RomanceJaemin tak pernah berfikir untuk menjadi yang kedua. ⚠️WARNING-! ▪️BxB ▪️JUST FIKSI ▪️Mpreg ▪️Salpak, Homophobic, SILAHKAN MENJAUH ▪️Be good at reading and choosing words to comment ©αччlsn