(2)

160 29 20
                                    

Yuna sedang duduk di dalam kelas, sambil menatap pemandangan langit di jendela sebelah kirinya.

"Kenapa kamu pindah tempat duduk?" Tanya Eunha yang sudah berdiri di samping kanan Yuna,

Beberapa siswa-siswi di kelas juga sudah menatap penasaran ke arah Yuna,

Yuna beralih menatap Eunha, bingung harus menjawab apa.

Yuna memang sengaja pindah ke kursi kosong di barisan paling belakang dekat jendela, meskipun tidak menganggu, Yuna tetap ingin menjauh dari roh laki-laki bercahaya biru itu.

"Hanya ingin saja." Jawab Yuna,

"Apa Jungkook mengganggumu?" Tanya Jimin yang juga sudah berbalik menatap Yuna dari tempat duduknya,

"Aku bahkan tidak bicara sepatah katapun padanya." Bantah Jungkook cepat, sedikit kesal mendengar tuduhan Jimin.

"Bukan begitu." Bantah Yuna, semakin bingung menjelaskan situasinya.

"Mungkin justru karena Eunha sendiri." Ucap Jungkook, ikut berbalik menatap ke arah Yuna.

"Kenapa aku?" Tanya Eunha, berbalik menatap Jungkook.

"Kamu memang cukup mengganggu kan?" Celetuk Yerin datar, tapi nada suaranya cukup keras.

Siswa-siswi beralih menatap ke arah Yerin yang duduk dengan tenang di kursinya, tidak terkejut sedikitpun, Yerin memang dikenal dengan mulutnya yang tajam.

Yuna melirik Eunha, penasaran ingin melihat bagaimana reaksi Eunha.

"Jadi memang karena aku? Apa karena aku terus mengajakmu bicara?" Tanya Eunha menatap Yuna, terlihat tidak tersinggung sedikitpun dengan ucapan Yerin, ya... mungkin karena mereka sudah berteman cukup lama.

Yuna menarik nafas lalu menghembuskannya, sama sekali bukan karena Eunha, Yuna memang sedikit risih dengan sikap Eunha yang sangat ramah tapi tidak sampai membuat Yuna ingin menjauh, alasannya adalah roh laki-laki bercahaya biru itu.

"Bukan karena itu, lagipula kamu tetap bisa datang ke tempat ini jika ingin bicara denganku."

Eunha terdiam mendengar jawaban Yuna, tapi siswa-siswi yang lain justru tertawa.

"Sepertinya memang karena aku." Ucap Eunha sambil menunduk lesu, lalu segera berbalik melangkah kembali ke kursinya dengan ekspresi wajah sedih.

Yuna menghela nafas, sedikit merasa bersalah tapi memang lebih baik jika semua orang menjauh darinya, Yuna tidak ingin berharap memiliki teman yang pada akhirnya nanti akan menjauhinya lagi.

"Selamat pagi semuanya." Sapa ibu Nuri sambil melangkah masuk ke dalam kelas dengan senyum cerianya,

"Selamat pagi bu."

"Loh? Kenapa kamu duduk di kursi itu Yuna?" Tanya ibu Nuri sambil meletakkan buku materi pelajarannya di atas meja guru,

"Saya lebih nyaman duduk di kursi yang dekat dengan jendela bu." Jawab Yuna,

"Lebih baik duduk di kursi yang jaraknya dekat dengan papan tulis."

"Tapi.."

"Ayo kembali ke kursi-mu."

"Apa tidak bisa saya duduk di sini saja bu?"

"Ibu tidak suka melihat ada kursi yang kosong di tengah."

Yuna mendengus, sedikit kesal dengan ibu Nuri.

"Ayo Yuna, pelajaran harus segera dimulai." Desak ibu Nuri,

Beberapa siswa-siswi mulai menatap ke arah Yuna, membuat Yuna semakin risih, Yuna menghela nafas panjang, berdiri dari kursi lalu mengambil tasnya, berjalan lesu ke arah kursi pertamanya.

Blue Light (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang